Malam sial itu membuat Ruby harus kehilangan mahkotanya demi menggantikan seorang wanita yang diincar seorang mafia yang harus menyalurkan syahwatnya karena dijebak oleh saingan bisnisnya.
"Tuan. Tolong...! jangan lakukan itu...!" Ruby mendorong pria tampan yang dikenal sebagai mafia bringas.
"Aku sudah membayarmu maka, layani aku...! " Ujar Sean menyeringai licik.
Sean mengira Ruby adalah wanita penghibur namun ternyata Ruby adalah gadis baik-baik yang masih suci. Ia yang ingin kembali ke negaranya ternyata harus menjadi korban salah tangkap oleh anak buahnya mafia.
"Bagaimana kelanjutan kisah antara Ruby dan Sean sang mafia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Hampir Tak Percaya
Seiringnya waktu, baby Oliver tumbuh dengan baik dengan ASI milik ibunya yang masih ada di stok di kulkas. Kadang Sean membawa bayinya ke perusahaan karena baby Oliver selalu menangis jika berada di gendongan Sarah.
Seperti pagi ini, Sean ada meeting mendadak di perusahaannya. Untuk hari ini ia meminta Sarah merawat bayinya. Sarah sebenarnya enggan untuk merawat bayi adopsinya karena ia hanya ingin melakukan aktivitasnya selain merawat tubuh dan belanja tentunya.
"Tolong urus baby Oliver....! Aku tidak lama meeting nya. Aku akan segera pulang." Sean mengenakan kaos kaki dan sepatunya. Baby Oliver dan Sarah sekarang sudah tinggal di kediaman Sean.
"Baiklah. Aku akan menjaganya." Sarah menatap wajah cantik baby Oliver yang lama-lama mirip dengan Sean tapi alis dan bibirnya tidak diwarisi dari Sean.
Sean meninggalkan kamar bayinya yang terkoneksi dengan kamarnya. Namun baru saja beberapa langkah berjalan, baby Oliver yang tadi terlihat tidur pulas menangis.
Sean membalikkan tubuhnya dan Sarah buru-buru mengangkat bayi itu dari tempat tidurnya lalu membawa dalam gendongannya. Ia sempat melihat Pampers sang bayi namun tidak ada terlihat kotoran di sana.
Tangis manja itu berubah raungan keras membuat Sean harus menghampiri bayinya sebentar.
"Aku jadi ragu, jangan-jangan bayi ini bukan darah dagingmu Sarah. Tidak ada seorang bayi di dunia ini rewel digendong ibu kandungnya sendiri kecuali dia sakit," ketus Sean mengambil lagi bayinya dari gendongan Sarah.
Deggggg....
"Bayi sialan....! Kamu hampir saja membuka rahasiaku pada Sean. Kalau tidak ingat pria ini menyayangimu, rasanya aku ingin mencekik mu sampai kamu mati. Tapi, adanya kamu ada gunanya juga buat aku," batin Sarah memasang wajah sendu di depan Sean.
"Biar aku bawa saja baby Oliver ke kantor. Kamu tidak ada gunanya menjadi ibunya. Sebaiknya kamu tinggalkan saja rumahku...!" geram Sean lalu beranjak keluar dari kamar itu.
Sarah hanya bisa manyun sambil berjalan mengekori Sean. Dalam hatinya terus saja ngedumel memaki Sean dan bayinya.
Dick dengan setia mengantar jemput Sean dan bayinya. Wajah cantik baby Oliver mampu membuat hati ayahnya bergetar. Ia menatap ayahnya seakan mengatakan "terimakasih Daddy sudah menyelamatkan aku dari nenek sihir itu."
"Apakah kamu senang sayang berangkat kerja bersama Daddy. Tolong jangan rewel ya...!" ucap Sean.
Tiba di ruang meeting, semua peserta meeting yang tidak lain adalah para pemegang saham sedang menunggu Sean. Begitu pintu dibuka oleh Dick, Sean masuk membawa bayinya serta. Di situ ada nyonya Broke yang langsung menyambut bayi Sean.
"Biar aku yang menggendong bayimu, tuan Sean!" tawar nyonya Broke menatap wajah cantik baby Oliver.
"Biarkan aku saja yang menggendong bayiku, nyonya Broke...!" tolak Sean dengan halus.
"Baiklah. Jika tuan repot biarkan saya menggendongnya," tawar nyonya Broke yang duduk kembali di tempatnya.
"Humm!" Sean duduk di kursi utama yang disiapkan untuknya. Meeting segera di mulai. Sean begitu takut ada yang memotret wajah bayinya sehingga ia sengaja meninggikan selimut bayinya agar menutupi wajah bayinya.
"Master. Anda bisa membaringkannya di stroller kalau anda merasa pegal," bisik Dick namun Sean menolaknya.
"Yah. Nanti saja...!"
"Baik tuan."
Diantara para pemegang saham cukup kaget dengan kehadiran bayinya Sean di tengah mereka. Mereka saling berbisik satu sama lain mempertanyakan bayinya Sean.
"Apakah tuan Sean sudah menikah? Selama ini kita tahu kalau dia hanya menganggap wanita hanya sebagai teman ranjang bukan untuk melahirkan keturunannya," bisik salah satu diantara mereka.
"Kira-kira siapa wanita beruntung itu yang melahirkan benihnya Sean?" celetuk yang lainnya.
Bayinya ternyata anteng ditengah berlangsungnya meeting. Sean begitu senang dengan bayinya yang tidak menyusahkan nya. Hingga meeting itu selesai, baby Oliver begitu tenang tidur dalam gendongannya sang Daddy.
"Tuan Sean. Apakah kami boleh melihat bayimu?" pinta salah satu wanita yang ada di ruang meeting begitu meeting di tutup.
"Maaf. Aku tidak suka milikku dilihat apalagi di sentuh oleh orang lain. Permisi, aku harus mengantar bayiku ke ruang kerjaku. Selamat bersenang-senang, nona Abby," ucap Sean berlalu begitu saja dari para peserta meeting.
"Dick. Siapkan susu untuk baby Oliver...!" pinta Sean saat melihat bayinya mengerjapkan matanya sambil mencari sesuatu yang ingin ia hisap.
"Tuan. Stok susunya tinggal dua botol lagi," ucap Dick.
"Astaga. Itu berarti aku harus menghubungi Nicole untuk membawa ASI milik wanita itu," ucap Sean tanpa menyebutkan nama Rubby di depan Dick.
"Master. Kenapa tidak membawa saja baby Oliver ke wanita itu? Mungkin dengan cara ini, wanita itu mau menjadi ibu susunya baby Oliver," saran Dick membuat Sean berbinar.
"Wah. Kenapa aku tidak kepikiran ke arah itu. Baiklah Dick, kalau begitu tolong antarkan kami ke apartemennya," pinta Sean begitu semangat.
Siang itu cuaca sedikit tidak bersahabat. Angin kencang dan mendung gelap mewarnai langit kota Los angeles. Namun keadaan itu tidak mematahkan semangat Sean untuk mempertemukan bayinya dengan Rubby. Mobil terus melaju stabil di antara para kendaraan lainnya.
Sean melirik putrinya yang terlihat senang juga karena sepanjang jalan baby Oliver kerap tersenyum dalam tidurnya.
"Sayang. Daddy yakin kalau wanita itu tidak akan tega menolakmu. Lagipula dia sedang kehilangan bayinya. Mungkin saja saat melihatmu nanti akan mengobati sedikit kerinduan pada bayinya," ucap Sean tidak sabaran lagi bertemu dengan Rubby.
Ia merasa seperti remaja yang baru mengenal cinta. Ini kali keduanya dia bertemu dengan Rubby. Tapi entah mengapa ia merasa gugup duluan padahal belum bertemu secara langsung dengan Rubby.
Sementara itu, Rubby yang baru menyelesaikan sholat dhuhur nya merasakan jantungnya berdebar kencang. Wajah bayinya terus saja mengisi seluruh benaknya. Rasa rindu itu makin kuat mengigit hatinya hingga ia tidak sadar menangis.
"Bayiku...! Jasmine sayang. Mama sangat merindukanmu. Di mana kamu nak? Tolong datanglah pada mama dengan ijin Allah...! Mama yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan doa hambaNya yang teraniaya," ucap Rubby bersamaan dengan bunyi bel unit apartemennya.
"Apakah itu detektif Leon?" gumam Rubby segera berlari ke arah pintu utama. Tanpa melihat monitor cctv, Rubby segera membuka pintu itu dan melihat sosok pria yang telah merenggut kesuciannya hingga memberikannya seorang bayi perempuan yang sangat cantik.
Sean tersenyum melihat wajah Rubby yang menatapnya dalam. Untuk sesaat keduanya saling menatap seakan ada getaran rindu yang bersarang di sana.
Hoeeekkkk.... hoeeekkkk...
Tangis baby Oliver pecah ketika merasakan keberadaan ibu kandungnya. Rubby akhirnya beralih pada wajah bayi yang sedang di gendong Sean.
"Dia ingin menyusu padamu secara langsung. Boleh kami masuk?" tanya Sean yang langsung pada tujuannya.
"Astaghfirullah halaziiim. Ya Allah. Bukankah ini bayiku Jasmine?" pekik Rubby agak tertahan saking takutnya pada Sean yang akan mengetahui kalau bayinya Sean adalah bayi kandung mereka berdua.
Tubuhnya gemetar dengan air mata tumpah ruah. Sean tidak tahu apa yang dirasakan oleh Rubby saat melihat bayi yang digendongnya.
"Maukah kamu menggendong bayiku?" tawar Sean dan Rubby langsung merebut bayinya dari tangan Sean. Ia memeluk dan menciumi wajah bayinya bertubi-tubi tanpa mempedulikan Sean.
"Alhamdulillah ya Allah. Akhirnya Engkau mengabulkan doaku. Aku hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat ini. Tapi, bagaimana bisa bayiku bisa bersama Sean?" tanya Rubby sambil melangkah ke dalam diikuti oleh Sean.
Rasanya masih pengin 😭😭😭
Rubby selalu saja hidup mu dalam bahaya semoga kamu baik' saja iya Rubby