Wanita yang dijodohkan dengannya adalah tersangka utama meninggalnya kekasih dan calon anaknya?
Zion dipaksa menikahi Elin oleh sang kakek yang sekarat. Pernikahan tanpa alasan yang jelas ini membuat Zion merasa terjebak dan membenci Elin.
Kebencian Zion semakin mendalam ketika Elin menjadi tersangka utama dalam kasus kematian kekasihnya yang tengah mengandung anaknya.
Setelah kakeknya meninggal, Zion pergi dari rumah dan tak mau lagi bertemu Elin.
Namun, takdir mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang sangat berbeda. Elin yang dulu terlihat kusam dan kurang menarik kini menjelma menjadi wanita yang cantik dan sempurna.
Pertemuan tak terduga ini membuat Zion terpesona dan tanpa sadar jatuh cinta hingga terlibat dalam hubungan terlarang dengan Elin. Karena takut kehilangan Zion, Elin menyembunyikan kebenaran identitasnya.
Rahasia apa lagi yang tersimpan di balik perubahan drastis Elin? Mampukah Zion menerima kenyataan bahwa selingkuhnya adalah istri yang dibencinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Berlawanan
"Lumayan? Bagaimana kalau seperti ini?" tanya Elin yang merasa kecewa dengan jawaban Zion.
Ia melepaskan beberapa kancing kemeja yang dikenakannya, lalu menarik sisi kanan kemeja yang dikenakannya ke sisi kanan pundaknya. Pundak Elin yang putih mulus pun terlihat, bahkan braa yang dikenakan olehnya sedikit terlihat dan menampilkan benda bulat yang sedikit mengintip dari dalam braa.
"Kau ingin menggodaku? Tidak takut aku melakukan sesuatu sama kamu?" tanya Zion dengan suara rendah, masih tersenyum, namun kedua tangannya yang berada di atas pahanya terkepal erat. Elin benar-benar menguji imannya yang sudah tinggal setipis tisu.
"Kenapa aku harus takut? Bukankah kakak suamiku?" sahut Elin enteng tersenyum tipis, "oh ya, kalau kakak ke sini, langsung saja masukkan mobil kakak ke garasi dan nanti kita atur agar kakak bisa membuka pintu di garasi dengan sidik jari kakak," ucap Elin seraya meraih gelas jus milik Zion yang isinya masih setengah. Tanpa ragu ia meneguk jus itu hingga isinya tinggal seperempat gelas.
Zion tak menyangka Elin mau meminum jus yang tadi diminumnya. Ia benar-benar tidak mengerti dengan sikap Elin ini. Semua yang dilakukan Elin saat bersama dirinya seperti tanpa beban dan tanpa ragu, apalagi takut. Seolah Elin sudah mengenal lama dirinya dan sudah terbiasa bersama dirinya.
"Kita baru saling mengenal, kenapa kamu begitu percaya padaku sampai memberikan akses masuk ke dalam rumahmu?" tanya Zion merasa aneh dengan sikap Elin yang terlalu percaya padanya.
"Karena kakak adalah suamiku," ucap Elin dengan seutas senyuman lembut di bibirnya. Hal yang lagi-lagi dianggap berakting oleh Zion. Tapi Zion merasa akting Elin ini sudah sangat berlebihan.
"Begitu, ya? Aku adalah suamimu.. berarti... tidak apa-apa bukan, jika aku tidur di rumah ini, di dalam kamarmu, satu ranjang denganmu?" tanya Zion menaikkan kedua alisnya menatap Elin, kemudian melirik sebelah pundak dan dada Elin yang masih terbuka. Ia ingin mengetes wanita didepannya ini.
"Deg"
Elin terkesiap mendengar pertanyaan Zion, apalagi tatapan matanya saat melirik bahu dan dadanya. Namun dengan cepat ia mengelola ekspresi wajahnya, "Kenapa tidak? Bukankah wajar seorang suami tidur dengan istrinya?" tanya Elin menyunggingkan senyuman tanpa beban.
Lagi dan lagi Zion tidak mengerti dan tidak bisa memahami sikap Elin ini. Bagaimana bisa wanita itu tidak keberatan tidur dengan dirinya yang baru ditemui dua kali?
"Sudah malam, kalau kakak sudah mengantuk, kakak bisa menyusul aku ke kamar," ujar Elin beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja.
Zion tertegun mendengar apa yang baru saja didengarnya. Rasanya ia tak percaya dengan pendengarannya sendiri.
Awalnya ia merasa penasaran dengan sikap Elin padanya. Baru dua kali bertemu, tapi langsung akrab dengan dirinya, bahkan tidak merasa canggung sama sekali padanya. Mengatakan tidak mau didekati pria, tapi malah menempel pada dirinya. Belum lagi pengakuan Elin yang mengatakan ia masih perawan, tapi caranya menggoda dirinya tadi seperti.. wanita nakal.
Hal ini benar-benar membuat Elin seperti magnet yang menarik Zion untuk lebih dekat karena rasa penasarannya. Dan sekarang, Elin malah mengatakan tak masalah jika dirinya tidur dengan Elin. Zion benar-benar penasaran, wanita seperti apa sebenarnya Elin ini?
Sedangkan Elin, ia berani bersikap seperti itu karena Zion adalah suami sahnya. Jika dengan pria lain, mana mungkin Elin berani bersikap seperti itu.
Zion masih tertegun ditempatnya duduk, namun sesaat kemudian ia menampar pipinya sendiri mencoba meyakinkan dirinya kalau ia tidak sedang berhalusinasi atau bermimpi.
"Sebenarnya wanita itu waras atau tidak, sih?" gumam Zion yang benar-benar tak mengerti dengan sikap Elin, "apakah dia benar-benar mengizinkan aku tidur di kamarnya? Satu ranjang dengan dia?" gumam Zion jadi bingung sendiri. Antara membuktikan ucapan Elin barusan atau tidak.
Zion menatap ke arah pintu tempat Elin masuk. Hatinya bimbang, menggigit kuku ibu jarinya sendiri, hatinya bagai dua kubu yang sedang berlawanan. Sekarang malaikat bersayap putih dan malaikat bersayap hitam sedang memengaruhi pikirannya.
Sang setan berjubah hitam berkata, "Coba buktikan apa dia benar-benar mengizinkan kamu masuk ke kamarnya?"
Sang malaikat bersayap putih membulatkan matanya, "Jangan! Kamu baru mengenalnya. Jangan-jangan dia ingin menjebak kamu," cegahnya.
"Menjebak? Kamu seorang pria dan dalam kondisi fit tanpa terpengaruh apapun, mana mungkin kamu bisa dijebak?" sang setan meyakinkan.
"Perempuan itu bisa ilmu beladiri," sang malaikat mengingatkan.
"Kamu juga bisa ilmu beladiri. Masa kalah sama perempuan?" sang setan memprovokasi.
"Tetap saja tidak boleh! Ini tidak benar! Kamu baru dua kali bertemu dengan dia. Bagaimana bisa kamu ingin tidur dengan dia? Kalian bukan suami-isteri!" tegas sang malaikat mengingatkan.
"Kamu akan terus penasaran jika tidak mencobanya. Hidupmu tidak akan tenang kalau kamu dihantui rasa penasaran. Apa kamu ingin mati penasaran?" sang setan tidak menyerah memengaruhi Zion.
"Lihat caranya menggoda mu! Dia bukan wanita baik-baik," sang malaikat tak menyerah untuk mencegah Zion melakukan hal yang salah.
"Kalau dia memang bukan wanita baik-baik dan sengaja ingin menjebak kamu, maka beri dia pelajaran!" sang setan kembali memprovokasi.
"Pelajaran seperti apa? Jangan macam-macam!" Larang sang malaikat tegas.
"Brakk "
"Shiitt!" umpat Zion menggebrak meja karena pusing dengan perdebatan di dalam hatinya sendiri.
Zion meminum jus di atas meja sampai tandas dan meletakkan gelasnya sedikit kasar hingga terdengar suara benturan antara gelas dan meja. Sedangkan Elin yang sudah berada di dalam kamarnya tidak mendengar apa yang dilakukan Zion karena kamarnya kedap suara.
"Aku tidak mau mati penasaran. Aku akan membuktikannya," gumam Zion, kemudian beranjak dari duduknya.
Sejenak ia agak ragu saat akan melangkah menuju kamar Elin. Namun sesaat kemudian ia mengusap wajahnya dengan kasar dan berjalan dengan mantap menuju kamar Elin.
"Jika dia sengaja ingin menjebak aku, maka aku akan memberikannya pelajaran yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya," gumam Zion terus melangkah.
Sedangkan Elin yang berada di dalam kamarnya, dadanya berdegup kencang. Sesekali ia menatap ke arah pintu kamar.
"Apa Kak Zion benar-benar akan tidur bersamaku? Di kamar ini? Arghh.. astaga.. apa yang terjadi padaku?" gumam Elin, lalu menggigit selimut yang dipakainya.
"Nggak mungkin Kak Zion akan masuk ke kamar ini dan tidur bersamaku. Sadar Elin! Sadar! Sebaiknya aku segera tidur," gumam Elin berbaring miring menghadap ke arah pintu dan menutup tubuhnya sebatas pinggang.
"Ceklek"
Suara pintu yang dibuka membuat Elin membulatkan matanya, namun sesaat kemudian ia cepat-cepat memejamkan matanya, ia tak sempat mengganti posisi tidurnya. Tampa sadar tangannya meremas selimut yang dipakainya dan jantungnya mulai berdegup dengan kencang saat mendengar pintu kamar itu di tutup dan terdengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya.
"Kak Zion benar-benar ke sini?" batin Elin, kemudian mencoba merilekskan tubuhnya agar tidak ketahuan pura-pura sudah tidur.
Sedangkan Zion terus melangkah menuju ranjang dengan jantung yang berdegup kencang pula.
"Jika ia sengaja ingin menggoda aku, bukankah seharusnya ia memakai lingerie atau pakaian yang seksi? Ia tidak akan memakai stelan piyama lengan panjang dan celana panjang seperti ini," batin Zion mencoba berpikir logis, "dia tidak akan berteriak atau menendang aku dari ranjang, 'kan?" batinnya mengingat Elin bisa beladiri.
Jakun pemuda itu turun naik saat netranya menatap wajah cantik Elin. Pesona wanita itu bagai magnet yang menarik dirinya agar terus mendekat. Hingga ia perlahan naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Elin.
Sedangkan Elin mati-matian menetralkan degup jantungnya. Seumur hidupnya, baru kali ini ada pria yang berbaring seranjang dengan dirinya.
"Apa yang akan dilakukan Kak Zion padaku?" batin Elin dengan detak jantung yang semakin bertalu-talu. Tangannya dingin, tapi bukan karena AC. Tadi ia begitu berani mengizinkan Zion tidur bersama dirinya. Namun sekarang...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
perasaan baru pertamakali ini deh lihat pak Hadi tersenyum hangat dgn sorot mata lembut.. soalnya sepanjang episode, klo aq baca dari awal & hampir mendekati akhir, pak Hadi gk pernah menunjukkan senyuman hangat & tatapan mata lembut, selalu tersenyum misterius, tatapan mata tajam, wajah datar, dan setiap ucapan yg dilontarkan selalu benar,.belum lagi beliau tipe orang misterius juga, tegas, berwibawa, dll.. apa aja deh.. pokoknya aq suka banget sama tokoh pak Hadi ini.. ❤️❤️❤️ sekebon buat pak Hadi, klo gk ada bapak entah gimana nasib cinta Elin & Zion ini ya.. 😅