Kitsune Herrera Fortes, sangat cantik, dan cerdas. Dia mahasiswi semester terakhir jurusan Managemen Bisnis. Umur, baru sembilan belas tahun kurang tiga bulan.
Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, di atas kesuksesannya meraih karier, anak dari musuh bebuyutan orang tuanya, telah menculiknya. Alexandro Varra namanya. Seorang laki-laki ganteng kaya raya dan kejam.
Tidak ada yang berani kepadanya, baik lawan atau kawan. Orangnya dingin, sadis, tidak ada ampun bagi musuh. Dia tidak percaya takdir. Baginya, takdir manusia ada dalam genggaman tangannya.
Hemm!!
Mampukah Alexandro memb*nuh Kitsune putri kesayangan musuhnya, setelah sang gadis menjadi sanderanya?
*****
I'm really thankful for all of you who always supporting me. don't forget to give me 5 star ✨✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERSEKONGKOLAN
Masuknya Sri menjadi pelayan Kitsune membuat bibi sangat khawatir. Ia bingung harus bicara dengan siapa, masalah ini tidak boleh dianggap sepele, karena Ria dan Ratih juga ikut terperangkap di dalam rencana Sri.
Rumah kedua yang biasanya nyaman dan tenang, kini seolah mencekam. Seperti api dalam sekam. Pekerjaan juga menjadi amburadul dan kurang penanganan.
Biasanya tugas Sri menyapu di halaman depan dan belakang, kini di abaikan. Sri banyakan nongkrong di depan kamar nona Kitsune, alasannya menjaga wanita itu dari musuhnya.
"Sri, kita cuma bersepuluh, sedangkan rumah tuan luas sekali. Inem dan Nining tidak bisa menyapu seluruh halaman, kita kewalahan, butuh bantuanmu."
"Bibi Darmi, tugasku lebih berbahaya. Aku sedang siaga menjaga musuh besar nona Kitsune. Jangan diganggu."
"Selama ini nona Kitsune aman-aman saja lima belas pengawal menjaganya, kecuali ada musuh dalam selimut." sindir bibi.
"Bibi, hati-hati bicara. Mau aku jual ginjal bibi kepada Ary?" ancam Sri mengejek.
"Takdir ada ditangan Tuhan, bibi tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Kita berencana, Tuhan menentukan."
"Bibi jangan bawa nama Tuhan, sekarang ini akulah yang menentukan nasib semua orang yang berada di rumah ini. Aku bisa menjual tubuh mereka satu persatu."
Sri mulai congkak, bibi sampai ngeri mendengar ocehan Sri yang takabur.
Daripada lama berdebat, bibi lalu beranjak dari hadapan Sri. Ia akan mengadukan masalah ini kepada tuan Alex. Keterlaluan sekali, sudah tidak bisa di tolerir lagi.
Pukul. 11.25 wita.
Sudah selesai masak, sudah beres semua pekerjaan. Kitsune juga sudah berangsur sembuh. Ria dan Ratih tidak berani pergi dari kamar Kitsune, ia takut kalau Sri yang nyelonong masuk.
Mereka bergantian mandi ataupun makan, sehingga Sri tidak ada kesempatan masuk ke kamar Kitsune.
"Nining, Inem, bibi mau keluar sebentar, untuk mencari pelayan tambahan. Kita kekurangan tenaga, rumah sangat besar dan luas." ucap bibi memasukan dompetnya ke tas.
"Ya bi, aku juga bepikir begitu, kita minim tenaga, rumah di belakang, samping kiri dan kanan belum sempat dibersihkan. Untung tuan Alex belum pulang, kita bisa istirahat."
"Bukan tuan Alex yang cerewet tapi Ary, mumpung dia tidak disini kita puasin istirahat."
"Bibi keluar dah cari pelayan, kita butuh lima orang lagi atau lebih."
"Semoga ada, sekarang mencari pelayan atau pembantu rumah tangga sangat sulit. Semoga bibi dapat, kira-kira bibi mau mencari kemana?" tanya Nining sambil memasukan jeruk ke mulutnya.
"Ada banyak penyalur, siapa tahu ada yang mau kerja keras. Kebanyakan dari mereka bermalas-malasan."
"Hape yang membuat malas bi. Mereka selalu main hape seperti Sri, disuruh kerja tidak mau."
"Sssttt...pelan-pelan bicara, Sri orangnya cepat tersinggung, dikit-dikit marah dan ngancam mau mut1l4si."
"Dia sombong sekarang bi, katanya dia sangat disayang tuan Ary dan nona Delila, benar atau tidak aku tidak tahu."
"sudah lah, bibi jalan dulu. Jaga dapurnya supaya tidak di habisi Sri, hehe..."
"Ya bi hati-hati di jalan."
Bibi menarik nafas dan membuangnya kasar. Ia melangkahkan kakinya menuju jalan raya untuk mencari taxi. Larangan pergi dari Scurity tidak di gubrisnya.
"Bibi tidak boleh pergi sebelum ada izin dari tuan Alek." kata pak Nyoman Scurity.
"Tuan bisa berhari-hari di perusahannya, jadi kamu tidak boleh melarang bibi untuk pergi, karena sangat urgent."
"Kalau bibi memaksa berarti ini tanggung jawab bibi, kalau ada apa-apa tanggung sendiri."
"Bibi yang akan tanggung jawab, tenang saja. Doain semoga bibi selamat di jalan."
"Ya, jalan sudah, aku tutup mata." kata pak Nyoman kesel.
Saat bibi berdiri di pinggir jalan, tiba-tiba Sri datang dengan tergopoh-gopoh. Ia cepat menghampiri bibi.
"Bibi mau kemana, kenapa tidak bilang?"
"Mau ke Yayasan Merdeka untuk cari pembantu." jawab bibi acuh.
"Tidak usah keluar bi, nanti aku saja. Bibi sudah tua malah kena musibah lagi."
"Bibi sudah biasa ke pasar untuk belanja. Sudah lah Sri, tidak apa-apa."
Taxi yang di pesan bibi sudah datang dan berhenti tepat di depan bibi. Dengan buru-buru bibi naik ke Taxi, tanpa peduli larangan Sri.
Sri tidak bisa mencegah, bibi tetap ngotot untuk pergi. Sri jadi curiga, ia menjadi khawatir, kalau bibi akan mencari Alex dan mengadu.
Tidak mau dipecundangi, ia langsung menulis pesan kepada Ary.
[Selamat siang tuan Ary, saya melaporkan kalau bibi sedang keluar menuju ke rumah tuan Alex] tulisnya.
Ia juga mengatakan kalau bibi sudah tahu tentang rencana Ary, dan kemungkinan besar bibi akan mencari tuan Alex."
"Kau g0bl0g! Kenapa bibi bisa tahu." bentak Ary.
"Ratih dan Ria yang memberitahu."
"Apa maksudmu? Hanya kita berdua yang tahu, kenapa yang lain bisa tahu."
"Karena Ratih dan Ria yang akan membantu ku untuk mengajak keluar Kitsune."
"Aduhh..t0lolnya kau. Bilangin sama Ratih dan Ria untuk mengurus paspor. Setelah itu kalian berangkat."
"Kami tidak bisa keluar karena menjaga nona Kitsune."
"Gantian keluar." sahut Ary kesel.
Ia tidak menyangka kalau Sri akan ngoceh dengan pelayan lain. Sudah dibilangin rahasia, rupanya Sri tidak mengerti.
Mendadak kepala Ary cenut-cenut, ia lalu berdiri. Dengan langkah gontai ia menuju ke tempat Saka. Ia memperhatikan kantor tempat Alex meeting, rasanya Alex akan lama bergulat dengan para pemegang saham, lebih baik ke Mansion dulu, ada yang lebih penting. Bathinnya.
"Saka, tolong kau jaga tuan disini, aku mau pulang dulu. Kalau ada bibi kesini, suruh ke Mansion.
"Siap bos.."
Ary bergegas ke Mansion, ia berdoa supaya bibi belum datang. Kesal sekali dengan Sri, manusia itu tidak bisa di percaya.
Apa jadinya kalau bibi mengadu kepada salah satu pengawal atau kepada Alex, jika itu terjadi ia pasti memn*nuh bibi atau Sri.
Sampai di Mansion ia bertemu Delila yang sedang berada di lobby depan, salah satu pelayan sedang memijit kakinya.
"Kau sudah makan?" tanya Ary mendekati Delila.
"Tadi makan di luar, aku baru datang dari rumah kedua. Ternyata Kitsune sakit, ia dijaga Ratih dan Ria."
"Owh..pasti Alex sudah tahu."
"Ngapain kau kesana? Jangan bikin masalah lagi, nanti Alex tambah marah."
"Tadinya aku tidak dikasi masuk, setelah Sri bicara, mereka mengalah. Saat itu Kitsune tidur, aku jambak rambutnya dan aku gunting. Maunya aku botaki, tapi Ria menangis...."
"D4sar b0doh!!" teriak Ary menampar Delila.
"Plaakkk...."
"Aduuhhh...."
"Kur4ng 4j4r! Beraninya kau men4mp4r aku. Uhk..uhk..."
Delila menangis dan berteriak-teriak tidak karuan. Ia tidak mengerti kenapa Ary tega memukulnya.
"Alex sangat mencintai Kitsune, mengerti kah kau? Aku menahan diri selama ini dan mencari jalan untuk melenyapkannya.Tapi kau telah merusak rencanaku." kata Ary dengan marah.
"Tuan Ary!" suara seseorang mengagetkan Ary.
*****