NovelToon NovelToon
Love Scandal

Love Scandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sia Masya

Sepasang suami istri yang terlihat memiliki hidup bahagia namun tersimpan banyak teka-teki pada setiap hubungan mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

Keesokan harinya Aletta pamit pada mbak Klara setelah menyelesaikan cek-out nya.

"Mbak, aku izin pulang."

"Ah iya, Aletta. Makasih sudah mau datang ke tempat kami."

"Justru aku yang bilang makasih mbak, karena tempat ini sungguh sangat nyaman. Pelayanan nya juga bagus. Jika ada kesempatan aku akan main ke sini lagi."

"Ah iya Aletta, pokoknya kamu harus ke sini lagi. Lalu sekarang kamu pulang nya gimana? Apa sudah pesan taksi?"

"Nanti setelah di depan akan ku pesan. Ah iya mbak nanti pakaiannya akan ku antar kembali setelah ku cuci."

"Nggak perlu. Baju itu untuk kamu saja. Mbak masih punya banyak kok."

"Tapi aku,"

"Kamu tak perlu merasa tidak enak. Mbak senang kamu sudah datang kemari. Ya sudah, segeralah berangkat. Mbak terlalu lama menahan mu. Hati-hati di jalan."

Aletta sangat bersyukur karena mbak Klara meminjamkan bajunya, meskipun akhirnya baju itu diberikan padanya. Awalnya Aletta berniat memakai gaun yang sempat ia kenakan semalam karena tidak mungkin baginya keluar menggunakan baju tidur milik mbak Klara. Tapi saat melihat dirinya yang keluar dengan gaun, mbak Klara akhirnya memberikan baju kaos dan celana pendek untuknya. Seenggaknya itu lebih enak dilihat daripada gaun yang mungkin dianggap aneh sama orang-orang.

Aletta keluar dari penginapan setelah berpamitan. Namun saat tiba di parkiran matanya tertuju pada satu mobil yang sangat tidak asing.

Bukankah itu mobilnya Gion. Apa semalam dia menginap di sini juga.

Aletta berjalan mendekat untuk memastikan nya. Namun saat ia mengintip pada kaca jendela mobil ia bisa melihat kalau Gion tidur di dalam sana.

Aletta mengetuk jendela mobil dengan kuat agar Gion segera mendengar nya.

Gion yang masih tertidur, terbangun setelah mendengar seseorang sedang mengetuk pintu kaca mobilnya. Dan ia segera keluar saat tahu Aletta lah orangnya.

"Kamu tidur disini semalam?"

"Iya, lebih tepatnya aku ketiduran di sini."

"Kenapa nggak minta kamar sama mbak Klara?"

"Semalam saja kamarnya tinggal satu dan itu untuk kamu."

"Iya juga sih. Tapi seandainya kamu bilang ke aku mungkin kita bisa berbagi kamar." Aletta menyadari bahwa perkataannya itu bermakna ke hal-hal yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. Apalagi raut wajah Gion yang sedikit berubah.

"Umm, maksudnya kamu bisa tidur di tempat tidur yang satunya." Aletta memberi penjelasan supaya tidak ada kesalahpahaman.

"Ya sudah Aletta, kamu mau pulang sekarang kan? Aku antarkan gimana?"

"Oh ya baiklah."

Aletta melihat jam di tangan nya, masih jam 7 pagi.

Saat tiba di depan apartemen nya Aletta masuk setelah mengucapkan terima kasih untuk bantuan Gion sepanjang malam tadi.

Aletta membuka pintu rumahnya, namun ia merasa begitu kosong. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Brian.

Aletta membuka handphonenya yang sama sekali tidak tersentuh dari semalam.

4 panggilan tak terjawab dari Brian dan 3 pesan masuk, juga darinya.

"Bukankah kau yang mengabaikan ku dan mementingkan acara bersama orang kantor mu. Di saat aku mengabaikan mu baru kau menyesal."

Aletta duduk di sofa saat seisi ruangan yang ia lihat mulai gelap. Kepalanya sakit tak karuan. Apakah kini penyakitnya kembali menyerang nya. Mungkin karena ia banyak pikiran.

"Oh iya, obatnya. Mungkin dengan minum obat itu kepalaku nggak akan sakit lagi."

Aletta berjalan menaiki tangga, ia berusaha memegang tangganya dengan kuat agar tidak kehilangan keseimbangannya. Ia mencapai kamarnya dengan menahan pada tembok. Aletta membuka laci mejanya menemukan obatnya di sana. "Beberapa hari ini aku tidak meminumnya. Aku harap bisa membantuku." Ia mengambil sebiji untuk ditelan. Namun kepalanya malah tambah sakit. Ia mengambil dua biji obat tersebut dan ditelannya secara bersamaan.

Aletta menyerah meminum obatnya setelah tidak ada perubahan sama sekali pada keadaannya.

Alhasil Aletta jatuh tersungkur ke lantai kamarnya. Lebih tepatnya dia pingsan.

Brian yang tersadar karena tertidur di dalam mobil segera memeriksakan ponselnya.

"Aletta baru membaca pesanku. Tapi kenapa dia tidak membalas ku." Brian menelponnya tapi lagi-lagi tidak diangkatnya. Padahal panggilannya masuk ke nomor Aletta.

"Maaf sayang, kumohon angkat teleponnya. Aku jadi khawatir kalau kamu kenapa-napa."

Brian menyerah dan memutuskan untuk kembali ke rumah. Ia menekan sandi pintu rumah dan masuk ke dalam. Ia melihat keadaan di sekitar rumahnya, siapa yang menyalakan lampu. Seingatnya saat akan pergi mencari Aletta, ia sempat mematikan lampunya.

Ini aroma masakan Aletta.

Brian berjalan ke arah dapur dan benar saja. Ada Aletta di sana, gadis itu sedang asik memasak lauk untuk nya dan Brian. Ia tersenyum setelah tahu kalau Brian sudah kembali ke rumah.

"Kamu dari mana sayang, kenapa baru pulang?"

Brian bingung melihat istrinya yang begitu ceria. Bukankah seharusnya kali ini ia dimarahi.

"Kamu nggak marah sama aku?"

"Marah, kamu kenapa sih mas? Datang-datang kayak orang kebingungan seperti itu? Kenapa aku harus marah sama kamu?"

"Itu aku,"

"Sebaiknya kamu bersihkan dulu tubuhmu. Aku akan menunggu mu untuk makan. Cepat sana!"

Brian berjalan dengan kikuk menuju kamarnya. Sepertinya ia merasa ada yang salah dengan Aletta. Ia bergegas masuk ke kamar, bejalan menuju meja rias dan membuka laci meja sambil memeriksa sesuatu di sana. Brian menghitung jumlah obatnya.

"Sepertinya Aletta meminum tiga pil obat tersebut. Pantasan sikapnya berubah. Tapi apakah tidak apa-apa. Aku harus menanyakan hal ini pada dokter nanti."

"Kamu belum mandi?"

"Ah maaf," Brian menghadap Aletta yang ternyata sudah berdiri di belakangnya.

"Kenapa kamu memegang obat ku? Bukankah aku menyuruhmu untuk mandi?"

"Itu, aku hanya memeriksanya saja. Aku kira kamu tidak meminum obatnya. Apalagi semalam kamu keluar tanpa membawa obatnya."

"Aku di rumah kemarin. Nggak kemana-mana juga. Aku menunggu mu untuk merayakan ulang tahunmu. Tapi seperti nya aku melewatkan sesuatu dan tak mengingat nya. Lagian kamu kenapa sih mas, aneh banget hari ini. Kamu yang keluar dan baru pulang malah menuduhku."

"Benarkah? Maafkan aku, sepertinya aku memang salah."

"Kalau aku minum atau nggak, biarkan saja. Lagian aku nggak kenapa-napa. Sekarang letakkan saja obatnya disitu, aku akan menyimpan nya, dan sebaiknya kamu mandi dulu. Cepat sana!" Aletta bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun padanya. Justru ia merasa aneh dengan tingkah Brian. Datang-datang menanyakan dirinya dari mana. Padahal kemarin merupakan ulang tahun nya dan dia baru pulang pagi ini. Ingin sekali dia marah sama Brian tapi dia mencoba untuk bersabar.

Bunyi bel rumahnya membuat Aletta senang. Ia sudah menunggu kue ulang tahun yang kebetulan sudah di pesannya secara online.

Ah, akhirnya datang juga.

Aletta turun dengan cepat, ia membukakan pintu. Di depan seorang kurir menunggunya untuk menyelesaikan pesanan.

"Ini mbak pesanan anda."

"Ah iya makasi ya pak. Ini uangnya. Sisanya untuk anda."

"Ah makasi mbak."

Kue yang ia pesan seharga 250k. Karena itu didekorasi beberapa menit yang lalu sesuai pesannya jadi mungkin harganya sedikit mahal. Uang yang ia berikan sekitar 350k. Sisanya untuk si kurir. Ya itung-itung sebagai bentuk berbagi pada perayaan ulang tahun suaminya meskipun sudah lewat satu hari.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!