Vanny wanita yang terkenal barbar disekolahnya. dia yang suka membuat ulah dan membuat emosi semua guru yang ada disekolahnya.
Suatu hari ketika vanny akan dijodohkan dengan Arvan seorang CEO yang terkenal dingin dan kejam. Alasan mereka menikah hanyalah sebatas balas budi sang ayah kepada orang tua Vanny yang berhasil menyelamatkan nya dari kecelakaan maut.
Kevin terselamatkan ketika mobil yang jatuh kejurang dan tepat diperkampungan orang tua Vanny tinggal. Mereka menyelamatkan nya sebelum akhirnya mobil itu meledak terbakar. Ayah Vanny berlari dan memeluk tubuh Kevin untuk diselamatkan dan dibawa pulang untuk dirawat. Karena kebaikan orang tua Vanny yang tulus, Kevin sepakat untuk menjadikan anak perempuan satu-satu mereka menjadi menantu, dan akan dinikahkan dengan Arvan putranya.
Tak disangka perjodohan ini membuat mereka akhirnya menjadi suami istri, namun keduanya sepakat bahwa pernikahan ini adalah bohongan, kerena mereka tidak mencintai satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elvani Yunita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Bertemu di taman Erika
Hari sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, Vanny sudah berkutat di dapur, memasak sarapan pagi untuk Arvan. Seolah sudah menjadi rutinitas, dia menyiapkan segala keperluan Arvan dengan cekatan. Sudah seperti istri sungguhan yang melayani suami dengan baik. Arvan pun mengakui kelihaian Vanny mengurus segala keperluannya.
Arvan pun keluar dari kamarnya, ia berpakaian rapi, tapi bukan pakaian kantor yang sudah disiapkan oleh Vanny.
"Kau tidak kekantor hari ini.?" Ucap Vanny seolah heran dengan Arvan yang telah rapi namun tidak memakai pakaian kantor melainkan memakai pakaian casual dan santai.
"Tidak, aku ada janji bertemu dengan temanku." Ucap Arvan dengan sandwich yang sudah berada dalam mulutnya.
"Kau pelan-pelan saja makannya, jangan terburu-buru." Ucap Vanny yang merasakan tingkah aneh Arvan.
"Siapa teman yang ingin dia temui..? " Tanya Vanny dalam hati. Tak biasanya Arvan meninggalkan pekerjaannya di kantor demi menemui seorang teman. Biasanya teman-temannya yang datang menemuinya ke kantor.
"Baiklah, aku pergi dulu ya.! Thanks sarapannya." Ucap Arvan yang telah berlalu meninggalkan Vanny. Seolah tak ambil pusing dengan sikap Arvan, Vanny pun melambaikan tangannya. Dia juga baru ingat kalau dia ada janji untuk bertemu temannya. Dia pun buru-buru membersihkan Apartemen Arvan, menyelesaikan semua tugasnya sebelum ia pergi bebas melanglang buana.
Di sebuah taman terindah yang berada di pusat kota. Terlihat Erika yang sedang menunggu kedatangan Arvan. Tak lama kemudian Arvan pun telah sampai, dan melihat Erika yang melambaikan tangan ke arahnya.
"Aku tau kau pasti datang.! Ucap Erika dengan senyuman manisnya.
"Apa yang mau kau bicarakan." seolah tak mau basa-basi, Arvan langsung to the point.
"Arvan, aku minta maaf.! Maaf karena dulu aku pergi meninggalkan mu demi sebuah impian yang ingin aku raih." Ucap Erika dengan memasang wajah merasa bersalah.
"Tak perlu minta maaf, aku sudah memaafkanmu. Lagian kau sudah meraih cita-cita mu itu. Dan selamat kau sudah menjadi model Internasional." Ucap Arvan dengan dingin dan tanpa ekspresi.
"Terimakasih, oh ya.. Selamat ya atas pernikahan mu." Ucap Erika dengan memasang wajah sedihnya.
"Ya, terima kasih." Jawab Arvan dengan singkat
"Arvan.. Kau benar-benar telah melupakanku..?" Tanya Erika seolah ingin benar-benar memastikan perasaan Arvan untuknya.
Arvan terdiam, dia tak bisa menjawab pertanyaan Erika barusan. Yang ia rasakan saat ini hanya perasaan campur aduk, satu sisi dia mengakui bahwa Erika masih bertahta dihatinya, disisi lainnya kekecewaan yang ia rasakan sama besarnya dengan rasa cinta yang masih ia miliki.
"Untuk apa kau bertanya seperti itu.? Haruskah aku menjawab pertanyaanmu.? Lalu apa untungnya bagimu.?"
Pertanyaan beruntun yang dilemparkan kepada Erika seolah membuat Erika terdiam dan tak mampu menjawab.
"Betapa beruntungnya istrimu. Kau pasti sangat mencintainya." Ucap Erika dengan senyuman terpaksa.
Arvan pun diam membisu, seandainya Erika tau pernikahan seperti apa yang sedang ia jalani, pasti Erika menertawainya.
"Arvan, aku benar-benar menyesal.. Seandainya dulu aku tidak pergi, pasti saat ini yang menjadi Istrimu adalah aku, bukan wanita lain." Sesal Erika yang tak terima ada wanita lain dikehidupan Arvan selain dirinya.
"Kau benar, tapi sayang nya kau malah pergi meninggalkanku, itu artinya kau ingin ada wanita lain yang akan menggantikan posisimu." Jawab Arvan seakan menusuk sampai ke jantung Erika.
"Arvan, masih adakah kesempatan untukku..?"
"kesempatan seperti apa yang kau maksud.? Kau ingin merusak rumah tanggaku.? Ucap Arvan dengan penuh intimidasi.
"Arvan, aku sangat mencintaimu, aku juga mau jika hanya menjadi selingkuhanmu. Aku mohon beri aku kesempatan." Erika memohon dengan meneteskan air mata buayanya.
Salah satu kelemahan Arvan adalah ia tak akan tega melihat Erika menangis. Ia pun tak bisa menjawab permintaan Erika. Pernikahannya dengan Vanny pun hanya sebatas pernikahan kontrak, namun bukan itu yang jadi masalah. Rasa kecewa yang terlanjur ia miliki sama besarnya dengan rasa cintanya pada Erika.
"Kau tau Erika, kau melakukan kesalahan besar, kau tak hanya mengejar mimpimu, tapi kau berselingkuh dengan Produser yang membuat namamu terkenal. Jangan fikir aku tidak tau. Aku bisa mengetahui apa saja tentangmu tanpa harus bertemu. Kau lupa siapa aku..? Aku Arvan Wijaya yang punya kekuasaan dan bisa melakukan apapun yang aku mau, termasuk memata-matai mu ketika kau di luar negeri."
Sontak Erika terkejut, ternyata Arvan tau skandalnya dengan Produser modeling yang membuat namanya melesat, bahkan melebihi model-model papan atas yang sudah lama berkarir.
"Aku minta maaf." Erika menangis sekaligus merasa bersalah, karena telah menyakiti Arvan, laki-laki yang sangat tulus mencintainya dan rela melakukan apapun untuknya.
"Sudah ku bilang, aku memaafkanmu, tak ada yang perlu disesali, semua sudah terjadi. Baiklah aku pergi dulu, kau jaga dirimu. Bye !!"
Arvan pun pergi meninggalkan Erika sendirian ditaman. Erika masih menangis, bagai mana Arvan bisa tau semuanya. Kini ia takut tak akan ada harapan lagi untuk bisa bersama dengan Arvan.
Di lain tempat, tepatnya restoran X yang sudah menjadi tempat perjanjian Vanny dengan Gilang sahabat SMA nya dulu. Vanny dan Gilang bertemu untuk pertama kalinya setelah Vanny menikah.
"Gilang, kau makin tampan saja, apa kau sudah menyelesaikan kuliahmu.? Dan bagaimana dengan pekerjaanmu.?"
"Aku sudah tamat kuliah Van, tepat tiga tahun aku sudah Wisuda. Karena kepintaranku, aku mampu menyelesaikan sarjanaku dalam waktu tiga tahun. Dan sekarang aku bekerja di PT. Angkasa Group tbk." Ucap Gilang dengan bangganya. "Lalu bagai mana denganmu.?"
"Seperti yang kau tau, kuliah ku hanya sampai dua tahun, dan aku berhenti bekerja. Semua itu terjadi karena aku yang harus menikah secepatnya dengan Arvan. Kami menikah karena dijodohkan." Jawab Vanny dengan senyum terpaksa.
"Ooh begitu..!! Ternyata seorang Vanny bisa juga ya menikah dengan Arvan, pengusaha muda terbaik di kota ini."
Vanny hanya tersenyum menanggapi perkataan Gilang, seandainya Gilang tau kalau dia dan Arvan bukan lah suami sungguhan, melainkan suami kontrak yang akan bercerai setelah dua tahun pernikahan.
"Kenapa kau tidak datang saat pesta pernikahanku, padahal aku kan sudah mengundangmu.?" Tanya Vanny yang tidak melihat gilang menghadiri acara pesta pernikahannya.
"Maaf ya Van, mama ku sakit dikampung, jadi aku harus cepat kembali, untuk melihat keadaannya." Ucap Gilang dengan berbohong.
"Oh yasudah lah, tidak apa-apa, ini udah sore banget, aku pulang dulu ya.! Kamu ngga papa kan aku tinggal duluan.?"
"Oo, ngga papa.! See you next time."
"Oya, sebelum aku pulang, aku mau nawarin sesuatu. Kamu mau tidak bekerja diperusahaan Arvan..? Tawar Vanny yang ingin membalas kebaikan temannya .
"Tidak usah Van aku sudah bekerja di perusahaan PT. Angkasa Group tbk. Perusahaan yang sekarang performa nya tak kalah dengan perusahaan suamimu, meski masih menduduki urutan no 2. Hehe..!
"Waah bagus, yasudah aku pulang dulu. Bye."
"Bye"
Vanny pun pulang ke apartemen Arvan, sesampainya disana, ia sudah dikejutkan dengan Arvan yang sudah berada di apartemen, tak biasanya Arvan pulang sore.
"Kau sudah disini..?"
"Ya,," Jawab Arvan dengan cuek.
Vanny pun langsung pergi ke dapur, dan mulai memasak, untuk makan malam dirinya dan Arvan. Vanny merasa ada yang aneh dengan sikap Arvan. Tapi Vanny tak ambil pusing, dia merasa urusan pribadi Arvan bukanlah urusannya.