Kisah bermula dari pelarian Nathan William Carson, seorang pelaku tabrak lari yang memutuskan untuk bersembunyi dari kasus yang melibatkan dirinya.
Kabur ke sebuah kota kecil tempat kelahiran sang ibu, Nathan justru dipertemukan dengan gadis desa nan polos, pembantu sang nenek tercinta.
Berawal dari kesombongan seorang majikan terhadap pembantunya. Ketidaksukaan terhadap kinerja sang pekerja rumah tangga yang dinilai terlalu menjilat. Hingga berbagai konflik lainnya, menjadi bumbu bumbu sebelum terbentuknya cinta di antara keduanya.
Namun siapa sangka, sebuah drama menguras air mata muncul ketika rasa saling tertarik mulai tumbuh di antara mereka.
Apa yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aldiantt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Beberapa jam kemudian saat keluarga Oma Sasmita baru saja tiba dari restoran...
Tok...tok...tok....
Pintu kamar pribadi Nathan diketuk dari luar. Pemuda yang nampak memainkan ponselnya di atas ranjang itu menoleh. Pintu nampak diketuk dengan tidak sabar.
"Ck! Siapa sih tuh?!" Gerutunya. Mungkin itu Justin, batinnya. Siapa lagi yang berani mengusik ketenangannya selain sang kakak!
Laki laki itu lantas bangkit dari ranjangnya. Dengan malasnya, ia pun berjalan mendekati pintu kamar itu lalu membukanya.
Ceklek....
Nathan terdiam. Dilihatnya di sana, Rengganis nampak berdiri di depan pintu kamar itu dengan wajah tak bersahabat. Netra sayu Nathan nampak bergerak menyusuri penampilan Rengganis dari atas sampai bawah. Ia kemudian mengangkat satu sudut bibirnya.
"Ngapain lo disini?" Tanyanya.
"Saya mau bicara sama kamu!" Ucap gadis itu.
Nathan tersenyum manis. Namun terlihat begitu menyebalkan di mata Rengganis. Pria itu kemudian menggerakkan tangannya seolah mempersilahkan penggaris untuk masuk ke dalam kamar tersebut. Wanita itu pun masuk. Sedangkan Nathan kemudian menutup pintu kamar tersebut rapat-rapat.
Nathan menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang, kemudian berbaring di sana dengan kedua lengan sebagai bantal dan kaki yang terulur ke lantai.
"Mau ngomong apa?" Tanyanya santai pada Rengganis yang kini berdiri di samping tempat tidur itu.
"Apa yang udah kamu lakuin sama masakan saya?" Tanya wanita itu dengan mimik wajah kesal.
Nathan diam sejenak, kemudian berdecih angkuh sambil terkekeh. Ia menoleh ke arah gadis itu tanpa mengubah posisi tubuhnya.
"Emang gue ngapain?" Tanyanya pura pura tak tahu. Tapi dari mimik wajah dan gestur tubuhnya, terlihat jelas bahwa ia tengah tak bersungguh sungguh dengan ucapannya.
"Nggak usah pura pura nggak tahu, kamu! Kamu kan yang hancurin rasa masakan saya? Tadi pagi waktu saya tinggal, cuma kamu satu satunya orang yang ada di dapur! Semua makanan yang saya masak semula rasanya masih enak. Tapi tiba-tiba berubah jadi asin setelah saya tinggal!" Ucap Rengganis. Ia sudah terlalu kesal dengan ulah laki-laki itu. Membuatnya seolah tak peduli dengan siapa ia tengah berbicara saat ini.
Nathan terkekeh. Ia kemudian mengubah posisinya. Ia duduk di samping ranjang dengan kedua tangan bertumpu di kasur.
"Lu nuduh gue?" Tanyanya.
Rengganis tak menjawab. Ia menatap kesal ke arah pemuda itu.
"Lu sadar nggak sih lagi ngomong ama siapa?" Tanya Nathan lagi. "Gue majikan lo! Lu tuh cuma babu di sini!"
Rengganis tak peduli.
"Terserah! Saya nggak peduli! Saya cuma mau kamu bilang sama Oma kalau ini semua tuh ulah kamu! Kamu yang udah ngerusakin rasa masakan saya, dan kamu juga yang udah ngerusakin jas Tuan Wiguna! Jujur sama mereka, atau saya akan..........."
"Akan apa?!!"
Rengganis tersentak kaget dan reflek menghentikan ucapannya. Nathan dengan gerakan cepat bangkit dari posisinya. Ia berdiri gagah dan angkuh tepat di hadapan wanita itu. Ia mengikis jarak dengan sang wanita. Wajah keduanya saling beradu dan berdekatan. Kening mereka bertemu, ujung hidung keduanya bahkan nyaris bersentuhan. Nathan menatap tajam ke arah Rengganis seolah siap mengajak duel sang gadis saat itu juga.
Jantung Rengganis berdebar sangat hebat. Keberaniannya yang semula menggebu gebu seketika menciut.
"Lu mau apa? Hem?" Tanya Nathan dengan suara pelan namun terdengar penuh intimidasi.
Rengganis tak menjawab. Wanita itu bergerak mundur, lantaran Nathan terus merangsek maju seolah ingin mengajak wanita itu bertarung saat itu juga.
"Lu mau macem macem ama gue? Masih belum kapok berurusan ama gue?" Tanya Nathan. Rengganis tak menjawab. Ia terus mundur, hingga...
Duuugghhh....
Buuggghhh....
"Aaawww...!"
Kaki jenjang itu membentur sofa yang berada di salah satu sudut ruangan tersebut. Membuat wanita itupun hilang keseimbangan dan terduduk di sana. Nathan membungkuk. Mengungkung wanita itu dengan posisi wajah keduanya yang begitu dekat. Ia bahkan bisa merasakan hembusan nafas dan detak jantung Nathan yang memburu.
"Lu denger baik baik, ya! Berani sekali aja lu ngusik gue! Gua abisin lu!" Ancam Nathan.
"Tapi ini semua kan kamu yang mulai duluan!" Ucap Rengganis masih ngeyel.
"Mata lu buta?!!" Ucap Nathan dengan suara meninggi sembari memukul sandaran sofa tepat di samping pelipis wajah Rengganis. Membuat gadis itupun reflek memejamkan matanya.
"Lu yang udah cari gara gara ama gue!"
Rengganis menatap tajam pria itu. Ia menipiskan bibirnya, kemudian membuka mulut nya, seolah hendak mengatakan sesuatu. Namun tiba tiba....
Ceklek....
Deeeggghhh...
Pintu kamar terbuka. Nathan dan Rengganis terkejut. Keduanya reflek menoleh ke arah sumber suara tanpa mengubah posisi mereka. Justin nampak muncul dari balik pintu. Pria dewasa itu tak kalah kaget, melihat keberadaan pembantu cantik itu di kamar adiknya. Terlebih lagi posisi keduanya cukup dekat dan ambigu. Rengganis duduk di sofa, sedangkan Nathan berada di atasnya dalam posisi mengungkungnya.
"Kalian ngapain?" Tanya Justin menyelidik.
Nathan dan Rengganis terdiam. Keduanya lantas saling berpandangan.
Satu...
Dua........
"Aaaakkhh....!!"
Keduanya menjerit bersamaan. Nathan dan Rengganis baru sadar jika posisi mereka begitu dekat. Nathan reflek menjauhkan tubuhnya dari Rengganis. Sedangkan pembantu cantik itu dengan segera bangkit dari sofa dan merapikan pakaiannya.
Justin mendekat.
"Lu ngapain di sini?" Tanya Justin pada Rengganis. Ia kemudian menoleh ke arah sang adik dengan sorot mata penuh selidik.
"Wait, wait! Lu jangan salah sangka! Ini nggak seperti yang lu pikir!" Ucap Nathan seolah mengerti isi otak Justin.
Pemuda dua puluh tujuh tahun itu tak peduli. Ia masih menatap penuh selidik ke arah sang adik dan pembantu wanita itu. Dilihatnya, Rengganis nampak menampilkan wajah kesal sembari mengikat rambutnya yang sedikit berantakan.
"Lu ngapain ada di kamar adik gue?" Tanya Justin pada wanita itu.
Rengganis menoleh. Ia nampak menghela nafas panjang.
"Maaf! Tuan salah paham. Saya nggak ngapa-ngapain. Saya kesini cuma......."
Rengganis menghentikan ucapannya. Dilihatnya disana Nathan nampak melotot ke arah nya. Seolah meminta wanita itu untuk tidak mengatakan tentang apa yang terjadi di antara mereka berdua.
"Saya cuma mau bilang sama dia kalau besok saya nggak masuk kerja. Jadi nggak bisa bersihin kamarnya!" Ucap Rengganis tanpa menyebut kata Tuan Muda untuk Nathan.
Justin diam.
"Permisi!" Ucap Rengganis seraya buru buru pergi meninggalkan tempat tersebut. Meninggalkan sepasang kakak beradik itu di dalam kamar tersebut.
Seperginya Rengganis.
Justin menoleh ke arah Nathan yang nampak kembali ke mode angkuh dan songongnya.
"Gue butuh penjelasan lo!" Ucap Justin.
"Penjelasan apa?" Tanya Nathan.
"Ya tentang pembantu tadi!"
"Kan tadi dia udah jelasin! Gue nggak ngapa ngapain! Apaan sih, lo!" Ucap Nathan sewot. Ia mengayunkan kakinya hendak pergi dari tempat itu. Namun belum sempat kaki itu menginjak bumi, tiba tiba....
Seeeetttt....
Buuugghh....
Justin menarik kerah kaos Nathan lalu menghempaskan tubuh sang adik ke atas sofa. Nathan terduduk. Ia terdengar mengumpat. Namun Justin tak peduli. Ia berdiri dengan tenang di hadapan sang adik sembari melipat kedua lengannya di depan dada.
"Gue nggak sebodoh itu! Jelasin sekarang, atau gue seret lu pulang besok!" Ucap Justin mengancam.
mohon maaf untuk judul satu ini kalau jarang banget up. tapi akan tetap di lanjut kok sampai end.
kalau memang teman teman males nunggu update an bab, boleh dibaca nanti kalau udah end. tapi kalau mau menunggu juga g apa apa.
mohon maaf ya teman teman atas ketidak nyamanan nya. sekarang author lagi nyari" tempat menulis yang mungkin lebih layak.
sekali lagi mohon maaf atas ketidak nyamanan nya🙏🏻
masih penasaran, apa bener orang yang ditabrak Nathan adalah Bagas, kekasihnya Rengganis? 😏
Lanjutttt thour💪💪💪