Siapa sangka kalau gadis lugu yang introvert luar biasa bisa menjadi seorang pelindung umat manusia? Terlahir kembali setelah selamat dari kecelakaan mengenaskan, Reina Sasaki kini berubah menjadi seorang Cyborg yang dilengkapi senjata dan kemampuan bertarung hebat. Bisakah Reina menjadi orang yang berbeda di dunianya yang baru saat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dovey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21: A Peaceful Reunion
Dengan cepat Green Snake lalu menerjang ke arah Reina. Reina yang tidak punya persiapan apa-apa hanya bisa menghindar dari serangan tiba-tiba itu. Ia kemudian menciptakan 2 pedang andalan di kedua tangannya.
Geeen Snake yang melihat hal tersebut lalu mencoba menyerang sekali lagi, namun kali ini Reina berhasil mengimbanginya. Serangan demi serangan yang Green Snake lancarkan bisa ia tepis dengan mudah. Puncaknya adalah ketika Green Snake tertusuk di bagian pinggangnya.
“Ugh.. boleh juga” ucapnya sambil melepas tusukan pedang Reina. Ia kemudian menjauh dari Reina. Reina yang masih tak habis fikir dengan serangan tiba-tiba itu hanya bisa bersiaga dengan kedua pedangnya.
“Gerakanmu boleh juga. Untuk robot yang jadi incaran bos selama beberapa waktu, kau memang ancaman” ucapnya sambil menahan nyeri di pinggangnya. Reina pun kemudian menjawab “apa yang sebenarnya kalian inginkan?” Tanyanya.
Untuk beberapa saat, Green Snake terdiam. Ia pun kemudian membuka mulut untuk pertanyaan Reina. “Aku benci manusia” jawabnya.
Mendengar hal tersebut, Reina masih tak bergeming dan masih bersiaga dengan pedangnya. “Aku tak sudi melihat kalian bertahan sampai hari ini. Enyahlah kalian semua!” Ucapnya sambil kembali menyerang Reina.
Selangkah lagi ke posisi Reina berada, serangannya dihentikan oleh tameng Diane yang tiba-tiba datang. “Mundur, nomor 17!” Teriaknya. Ia pun kemudian melangkah mundur.
Dari sisi lain muncul juga Charo yang datang menyerang Green Snak. “Lawanmu adalah aku!” Dengan cepat, kedua dagger miliknya dilapisi api dan segera menyerang Green Snake.
Ia pun terdesak dengan hadinya 2 Ronan tersebut. Dalam kondisi terdesak, ia segera melepaskan diri dari tubuhnya bak ular yang beganti kulit. Ia pun pergi menjauh dari sergapan kedua Ronan tersebut.
“Ini gawat.. aku bisa mati disini” ucapnya dalam hati. “Yang memakai pedang api itu…. Dia robot terkuat yang aku pernah hadapi” lanjutnya sambil menatap ke arah Charo.
“Kutanya sekali lagi. Kau mau apa dengan nomor 17?” Tanya Charo yang semakin kesal. Tak bisa menjawab, Green Snake hanya terdiam sambil menjulurkan lidah ularnya.
“Benar-benar mahluk menyebalkan!” Ucap Charo sambil menerjang dengan cepat. Ia benar-benar sudah muak dengan permainan Green Snake. Green Snake yang tak berkutik kemudian diselamatkan oleh seorang wanita yang memiliki kemampuan telekinesis.
“Kalian boleh pergi dari sini” ucap sang wanita. Ancaman tersebut rupanya tidak main-main, karena Charo berhasil dibanting dengan mudah tanpa disentuhnya sama sekali.
Charo yang tersungkur dihampiri oleh kedua Ronan lain. “Ayo kita pergi dulu, Charo” ujar Reina. Mendegar itu, Charo mengangguk setuju. Mereka pun berhasil kabur dari tempat tersebut dengan teleport yang dibuka Diane.
Meskipun teleport dibuka, tak satupun dari Green Snake atau wanita bernama Ivone itu pergi menguntit mereka. “Kenapa kau tak menculiknya?” Tanya Green Snake pada wanita itu.
“Regedon baru saja mati dan kita kalah jumlah. Kalau sekarang kita tergesa-gesa, rencana kita pasti hancur berantakan” jawab Ivone. “Kita atur lagi serangan selanjutnya. Untuk sekarang, benarkan dulu luka di pinggangmu itu” lanjutnya sambil menunjuk bagian pinggang Green Snake yang terluka.
“Huh menganggu saja” ucapnya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal Green Snake. Dia masih terpikirkkan serangan Reina dan Charo yang berhasil membuatnya terdesak untuk pertama kali.
“Menyebalkan. Akan kuhabisi kalian pada waktunya” ucapnya dalam hati sambil menyeringai dengan tatapan menakutkan.
Di sisi lain, ketiga Ronan yang baru saja kabur dari markas utama kelompok jubah hitam baru saja tiba. “Terimakasih sudah datang menyelamatkanku, Charo dan Diane” ucap Reina. Keduanya pun mengangguk.
“Aku mengikuti jejak kaki si ular. Aku tidak membangu Ronan yang lain. Saat kamu dibawa pergi oleh si monster jelek aku terus mengikuti jejaknya. Untungnya sinyal pemancar di tubuhmu tidak mati dan itu membuat kami berhasil menemukanmu” ucap Ronan.
“Kami sangat khawatir denganmu, nomor 17! Kami tidak ingin kehilangan Ronan yang lain lagi. Jadi kami memang harus mencarimu sampai ketemu!” timpal Diane. Reina pun merasa terenyuh dengan perkataan keduanya.
“Terimakasih semuanya” ucap Reina sambil tersenyum. Setelah berjalan cukup jauh, mereka bertiga pun tiba di ruang HQ Ronan. Tampak disana sudah ada Ronan-0 dan Ronan lain.
Melihat Ronan-0, Reina seperti terkoneksi dengan wajahnya. Ia seperti mengenali dengan baik wajahnya. Tak lama, Ronan-0 pun melihat Reina dan langsung berteriak.
“REINA!! Itukah kamu?” Tanya Satoshi. Ia segera menghampiri Reina dengan raut yang ceria. “Apa kabar Reina kecil? Sudah lama kita tak bertemu” ucapnya.
Hanya dengan ucapan tersebut, otak Reina kemudian berputar dengan cepat dan menayangkan kembali memori masa kecilmya. Masa-masa indah daat ia masih berumur 4 tahun, dan disana terpapar jelas wajah pamannya yang tak lain dan tak bukan adalah Ronan-0, Satoshi.
“Paman Satoshi!” Ucapnya. Mereka berdua pun berpelukan. Semua orang yang melihatnya terharu dengan reuni tiba-tiba tersebut. Selama ini, Satoshi masih hidup dan masih terlihat baik-baik saja.
“Senang rasanya bertemu kembali dengamu! Lihat dirimu! Kau sudah tumbuh besar” ucap Satoshi. Reina pun tersenyum lebar mendengar itu. “Ah, reuni yang luar biasa. Aku tak menyangka hal ini terjadi pada Ronan” ucap Palaki melihat dari kejauhan.
Dokter Mayfreed yang juga sedang dengan Palaki melihat pemandangan menyejukkan tersebut. Ia juga jadi ikut tersenyum karena melihat sosok Satoshi yang juga teman lamanya akhirnya bisa berkumpul kembali dengan mereka.
Dan dengan kenyataan kalau Reina adalah keponakan Satoshi, si Ronan-0 di dunia sebelumnya, tentu membuat semua orang terkejut. “Kudengar kau sudah banyak belajar ya! Nanti kota lihat sejauh mana kamu berkembang” ucap Satoshi.
Reina mengiyakan ajakan tersebut. Hari itu semua orang di WDT tampak bahagia. Dengan kemenangan mereka akan musuh yang mengintai sejak lama dan kembalinya pasukan lama ke skuad, membuat siapapun disana pasti jadi ikut bergembira.
Semuanya, kecuali Reo. Ia tidak terlihat sejak pertama kali perang antara Ronan dengan kelompok jubah hitam dimulai. Malamnya, ketika semua Ronan masuk ke daam pod-nya masing-masing, tim pengawas juga tidak menemukan keberadaanya.
“Ronan nomor 4 meninggalkan sinyal pemancarnya di pod-nya. Itu berarti dia sudah melepaskan diri” ucap tim pengawas. Dokter Mayfreed yang ada disana pun menjadi panik dengan hal tersebut.
“Apa yang sebenarnya terjadi?”tanyanya dalam hati. Dengan kondisi kehilangan satu lagi Ronan yang ia operasikan, Dokter Mayfreed semakin kebingungan langkah apa yang harus dia ambil.
Dari kejauhan, Reo terlihat mengenakan jubah dan sedang berjalan ke arah dataran pasir. Entah sudah berapa lama ia berjalan di luasnya padang pasir tersebut. Disana ia juga terus memegang sebuah benda.
“Dapat juga” ucapnya sambil melihat benda tersebut. Benda itu tidak lain adalah bagian kecil Magnesia yang di tempatkan di sebuah kotak. “Kini persiapannya sudah beres” ucapnya.
Sambil terus berjalan, ia pun mengibaskan jubahnya dan ternyata jubah tersebut punya logo yang sama dengan jubah kelompok jubah hitam. Yup, Reo adalah mata-mata kelompok jubah hitam selama ini. Lalu, langkah apa yang akan dia pilih selanjutnya?
Lanjutkan thor/Cake//Coffee//Good/