NovelToon NovelToon
Buku Harian Seorang Pembunuh

Buku Harian Seorang Pembunuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Horor / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dendam Kesumat
Popularitas:25.3k
Nilai: 5
Nama Author: Adzalziaah

[Update tiap hari, jangan lupa subscribe ya~]

[Author sangat menerima kritik dan saran dari pembaca]

Sepasang saudara kembar, Zeeya dan Reega. Mereka berdua memiliki kehidupan layaknya anak SMA biasanya. Zeeya memenangkan kompetisi matematika tingkat asia di Jepang. Dia menerima hadiah dari papanya berupa sebuah buku harian. Dia menuliskan kisah hidupnya di buku harian itu.

Suatu hari, Zeeya mengalami patah hati sebab pacarnya menghilang entah kemana. Zeeya berusaha mencari semampu dirinya, tapi ditengah hatinya yang terpuruk, dia malah dituduh sebagai seorang pembunuh.

Zeeya menyelidiki tentang masa lalunya. Benarkah dia merupakan seorang pembunuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adzalziaah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 | Insiden Penikaman Hansel

“Hansel?!” aku berteriak histeris.

Aku melihatnya jatuh tergeletak dengan banyak darah di tubuhnya. Di mana Hana? Kenapa dia meninggalkan Hansel dengan keadaan begini.

“Apa yang terjadi?!” air mataku bercucuran saat mendekatinya yang berada di lantai kelas.

Di perutnya ada luka tusukan yang sangat dalam. Darahnya berceceran di lantai. Bahkan ada noda cipratan darah di dinding kelas.

Dengan keberanian penuh, aku mulai memutar otak. Aku yang masih menangisinya itu segera menekan lukanya untuk menghentikan pendarahan. Aku tak tau apa yang kulakukan ini sudah benar.

“Argh ... argh ...”

Hansel tentu saja menjerit kesakitan. Dia memuntahkan darah dari mulutnya dan tangannya tak berhenti menggenggamku dengan erat.

“Tunggu ... sabarlah ... aku akan segera memanggil sopirku ke sini ...” aku mengusap air mataku lalu kembali ke luar.

“Pak! Tolong ...!” aku berlari sambil meneriaki sopirku itu.

“Eh, eh, ada apa, Non?” mata sopirku membelalak melihat tanganku penuh darah.

“To-tolong, Pak! Tolong antar Hansel ke rumah sakit ...” aku membawa sopirku yang masih kebingungan itu ke dalam kelas.

Makin terkejut lah dia saat melihat keadaan Hansel di hadapannya. Aku kembali menyadarkan Hansel.

“Hansel! Hansel ... kau mendengarku kan?” Hansel mengangguk lemas, “aku akan segera kembali membawakanmu perban ... Pak, tolong bawa dia masuk ke dalam mobil! Aku akan segera kembali.”

Aku berlari lagi menuju ruang UKS meninggalkan Hansel berdua bersama sopirku. Tak peduli dengan tubuhku yang sudah lelah. Tanganku dengan cekatan mengambil gulungan perban, kasa, dan plester luka. Lalu aku bergegas menemui mereka berdua yang sudah berada di dalam mobil.

“Tolong lebih cepat lagi, Pak!” mobil melaju menuju rumah sakit.

Sopirku menancap gas dengan sangat brutal. Tak kuasa memandang Hansel yang terluka karena aku. Dia masih mengerang kesakitan.

.........

Beberapa saat yang lalu

“Lu yakin bakal berjaga di sini sampe malam, Han?” tanya Hana pada Hansel yang sedari tadi terus bersandar memunggungi loker milik Zeeya.

“Iya. mending lu pulang saja sekarang.”

“Tapi lu nggak sendirian, kan? gua bakal pulang kalo Satya udah dateng.” Hana ikut bersandar di sebelah Hansel.

“Satya nggak datang hari ini. Dia ada les. Jadi mending lu pulang sekarang. Tinggalin gua sendiri, nggak papa.”

“Nggak, deh. Gua bakal di sini saja bareng lu ...”

“... ma ... na ... ka ... mu ...”

Samar-samar terdengar suara aneh dari luar kelas.

“Na, lu denger suara?” tanya Hansel.

Hana memasang telinga. Koridor yang sepi membuat suara itu bergema menakutkan.

“I-iya ... jangan-jangan sekolah ini berhantu! Satya pernah bilang sama gua.” Hana refleks memeluk tangan Hansel.

“Ah, masih sore. Mana ada hantu yang muncul ...” Hansel menepisnya.

“Zee ... ya ... di ... ma ... na ... ka ... mu ...”

Suara itu kian mendekat. Hana dengan sigap berjalan keluar menemui sumber suara.

“Eh! Hana, tunggu dulu ...” Hansel menyusulnya.

Seketika Hansel terdiam mendapati seorang wanita di depan pintu kelas. Wanita itu terkejut melihat mereka berdua.

“Lu?!” Hana menunjuk wanita itu, “lu orang yang mengancam Zeeya selama ini?.

Wanita itu mengambil nafas berat lalu menghembuskannya, “ah ... siapa lagi ini? Kenapa banyak sekali orang yang menghalangiku!”

Dia memasang ekspresi kesal, “kemarin si Kairo bodoh itu, sekarang kalian.”

Hansel berpikir mengingat wajah wanita itu, “Sarah?!”

“Lu kenal dia, Han?” Hana memandang Hansel.

“Dia orang yang Zeeya temui waktu di sekolah pacarnya itu.” Hansel menggertak Sarah. “Mau apa lu ke sini?!”

Sarah hanya tersenyum. Dia berdiri dengan menyembunyikan kedua tangannya di belakang badan.

“Aku datang mencari Zeeya ... rupanya malah bertemu kalian.” Sarah perlahan mengeluarkan belati pada salah satu tangannya.

Dia menodongkan belati itu pada Hansel dan Hana sambil tersenyum kejam, “lebih baik kalian minggir. Biarkan aku menyelipkan surat ini ke loker Zeeya.”

Sarah menunjukkan surat yang dipegangnya. Dia berjalan pelan menuju loker sambil terus menodongkan belati pada Hansel dan Hana. Mereka berdua hanya bisa bergerak mundur dari mata belati di hadapan mereka.

“Kalian takut? Aku Cuma mau masukin surat ini sebentar, kok.” Sarah menurunkan belatinya lalu dia menyelipkan surat itu ke dalam loker milik Zeeya.

Seketika itu juga, Hansel menarik pundak Sarah dari belakang, “dasar psikopat!”

Sarah yang masih memegang belati menyodorkan kembali belati padanya. Hansel dengan sigap mencengkeram tangan Sarah. Namun Sarah dapat melepas cengkeramannya. Dia menusuk Hansel dan mendorongnya ke dinding.

“Argh ...!!!” Hansel berteriak keras.

Sarah melepas belati yang menancap di perutnya membuat darah dari tubuh Hansel bercucuran.

“Hansel?!” Hana menghampiri Hansel yang tersungkur di lantai.

“Kalian merepotkan saja ...” Sarah dengan segera menyelipkan surat yang dibawanya ke loker Zeeya lalu bergegas pergi meninggalkan mereka berdua.

“Na ... tangkap dia, Na ...” Hansel berusaha untuk bangkit.

“Tapi .. lu ...”

Hansel menggeleng, “... tangkap dia ... cepat ...”

.........

Para suster dengan cekatan membawa Hansel ke ruang IGD. Mereka tidak memperbolehkanku menengoknya. Aku menunggu di luar sambil berusaha menghubungi Hana yang entah ke mana dia pergi.

‘Han-hana?!’ akhirnya aku bisa meneleponnya.

‘Zeeya ...’ Hana tampak terdengar kelelahan di seberang telepon sana.

‘Hansel! Apa yang terjadi pada Hansel ...?’

‘... Zeeya, apa tadi lu kembali ke sekolah?’

‘Apa yang terjadi pada Hansel? Kamu di mana, Na?!’

aku tak kuasa menahan air mataku lagi, ‘aku ... membawanya ke rumah sakit ... datanglah kemari ...’

Aku tak berhenti mondar-mandir berjalan di depan ruang IGD. Aku tidak bisa tenang. Suara lalu-lalang orang di rumah sakit semakin membuatku merasa tegang. Apa Hansel akan baik-baik saja?

“Zeeya!!!”

Aku menoleh ke arah orang yang memanggilku. Hana yang berlari dengan tubuh dibasahi oleh keringat mendatangiku.

“Hana ... kamu dari mana saja ...?”

Aku memandangnya sangat lega. Akhirnya aku bisa bernafas lega.

“Bagaimana dengan Hansel?” Hana melirik ke pada ruang IGD.

“Dia sedang ditangani sekarang. Sebenarnya ada apa di kelas tadi?” tanyaku.

“Hah ...” Hana menghela nafas panjang, “apa aku harus memberitahumu sekarang?”

“Ayolah ...” aku memohon padanya. “aku sudah menyembunyikan masalahku pada kalian. Lalu membuat Hansel terluka. Aku sudah melakukan banyak kesalahan ...”

“Sarah.”

Aku bingung dengan sepotong kata yang diucapkan Hana, “maksudmu ...?”

“Sarah, orang yang lu temui di sekolah pacar lu itu yang telah mengirim surat berisi fitnah dan yang telah membuat Hansel celaka.”

Aku tersentak kaget. Kedua mataku terbuka lebar. Tak kusangka, aku baru saja bertemu dengannya sewaktu uji coba kompetisi kemarin. Aku menganggapnya orang yang baik.

“Ba-bagaimana bisa ...” aku menutup mulutku dengan dua tangan.

“Nggak tau! dia beneran sudah gila!”

“... lalu kenapa kamu meninggalkan Hansel sendirian di sana? Dia bisa saja mati tadi! Untung aku kembali ...”

“Gua panik, Zee ... Hansel nyuruh gua buat ngejar dia!” Hana memalingkan pandangannya dariku.

Aku tidak sanggup berkata-kata lagi. Kejadian barusan membuatku hilang akal. Seseorang celaka karena berusaha membantuku. Tiba-tiba terdengar suara ribut dari ujung lorong tempat kami berdiri. Seorang lelaki datang menghampiriku.

“Zeeya ...”

“Papa? Kenapa Papa ada di sini?”

“Ayo pulang!” papa menarik tanganku.

“Tapi ...” aku memandang ruang IGD.

“Biarkan saja ... mari kita pulang sekarang!”

.........

1
Jihan Hwang
Hai kak... aku mampir
dari judulnya udah menarik
nanti mampir dinovelku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Delita bae
👍👍👍🙏
diann
zeeya kenapa ngebun kai?
diann: please sedih banget /Sob/
total 1 replies
Anonymous
gercep thor
ADZAL ZIAH: thanks ❤
total 1 replies
diann
arwanya tergantung gentayangan?! 🤨
ADZAL ZIAH: iya 😭
total 1 replies
diann
semangat thor, jangan menyerah.
diann: sama sama
ADZAL ZIAH: makasih ❤
total 2 replies
Anonymous
gila plot twist 😭
diann: mau nebak takut salah
ADZAL ZIAH: tebak hayo~
total 4 replies
Suci ♥️
semangat autour 😍😍 jangan lupa mampir 🤧🤧
ADZAL ZIAH: makasih ❤ nanti aku mampir~
total 1 replies
diann
sampe sini ceritanya makin keren
ADZAL ZIAH: makasih ❤
total 1 replies
Anonymous
lanjut thor
ADZAL ZIAH: 👌okey
total 1 replies
Luzor
Hadir pertama, semangat Thor!
ADZAL ZIAH: makasih❤
total 1 replies
Luzor
Dukung karyaku juga ya kak,/Grin/
ADZAL ZIAH: oke ❤
total 1 replies
Luzor
Ceritanya semakin seru kak,
Luzor
Semangat terus kak,
ADZAL ZIAH: makasih ❤
total 1 replies
bagus kakk💐💐
mampir di novel aku ya kasih nasihat buat aku /Kiss//Rose/
ADZAL ZIAH: makasih ❤ nanti aku mampir
total 1 replies
ADZAL ZIAH
maaf ya kemarin telat update~
putri cobain 347
hadir kak
Rihall Pen
mungkinkah ini awal cerita Zee di tuduh pembunuh🤔
ADZAL ZIAH: bisa jadi. lanjut baca aja ❤
total 1 replies
🏘️⃝𝐏𝐞𝐫𝐢 ⃟🏘️⃟𝐈𝐥𝐮𝐬𝐢
tembak duluan ajah.. hohoho
🏘️⃝𝐏𝐞𝐫𝐢 ⃟🏘️⃟𝐈𝐥𝐮𝐬𝐢
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!