"Ganti rugi 80 juta atau menikah dengan saya?"
Kristal Velicia, gadis yatim piatu dengan paras yang sangat cantik. Menjadi penyebab kecelakaan sebuah mobil mewah.
Gadis itu di tuntut ganti rugi atau menikah dengan pemilik mobil tersebut.
Pria tampan bersifat dingin bersama gadis cantik dan ceria.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vgflia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Hari pernikahan
Kristal mengigit kecil bibir bawahnya, tangannya gemetar saat menyematkan cincin pernikahan pada jari manis Kay. Sedangkan Kay terlihat biasa saja tadi saat menyematkan cincin pernikahan pada jari manis Kristal.
"Setelah mengucapkan janji suci, kini kedua pasangan telah resmi menjadi suami istri. Mempelai pria boleh mencium mempelai wanita."
Semua tamu yang hadir saling memandang, tak percaya dengan apa yang pastor katakan.
Kristal melirik ke arah Kay yang ada di depannya. Pria itu diam, sedangkan berbagi bisikan dari para tamu mulai terdengar.
"Astaga, Pastor. Anda seperti lupa kalau mempelai pria kita tidak bisa berdiri." Carlos tersenyum menatap Kay dengan tatapan mengejek.
Gavin dan Cia yang ada di samping terlihat sedang menahan tawa. Memicu para tamu untuk ikut menertawai sang pengantin pria.
Leo yang berdiri di samping Kakek Frans mengepal tangannya. Ingin sekali dia mengangkat suara tapi itu hanya akan membuat kekacauan, karena yang pasti kakak beradik licik itu tidak akan mau kalah. Leo melirik ke arah Kay yang ternyata juga sedang menatapnya.
Kay menggeleng sekilas, melarang Leo untuk yang terlihat ingin adu mulut. Leo mendengus memutuskan tatapan mereka secara sepihak.
Kakek Frans menghela nafas. Cucu-cucunya itu masih saja tidak berubah. Baru saja dia ingin mengangkat suara—tapi tingkah Kristal malah mengejutkan semua hadirin yang ada disana.
Kristal, gadis mengangkat gaunnya dan berjongkok di depan Kay.
"Apa yang kamu lakukan?" Kay melirik gadis itu dengan datar.
"Pak, ayo cepet. Kaki Kristal sakit, nggak bisa jongkok lama-lama," bisik gadis itu.
Kay mendengus. Dia membuka kain putih yang menutup wajah Kristal—tubuhnya seketika membeku beberapa saat melihat wajah cantik gadis itu. Dengan perlahan Kay maju, mencium kening Kristal sambil menutup matanya.
Para fotografer yang menyaksikan segera mengambil gambar, tak ingin melewatkan momen romantis itu. Para tamu yang hadir ikut mengeluarkan ponsel dan memotretnya.
Suara tepuk tangan terdengar saat Kay melepaskan ciumannya. Pria itu mengulurkan tangannya membantu Kristal untuk berdiri. Keduanya terlihat begitu serasi meskipun umur mereka berbeda jauh.
Kakek Frans mengambil sapu tangan yang diberikan Leo. Pria tua itu menangis menatap cucunya, haru dan bahagia ia rasakan. Akhirnya ada yang bisa menjaga cucunya. Semoga saja Kristal bisa menyembuhkan trauma Kay.
Leo melirik ke arah kakak adik bersaudara itu. Raut wajah mereka sangat buruk karena gagal mempermalukan Kay di hari pernikahannya. Senyuman sinis terpampang di wajah Leo. "Sepertinya Pak Kay menemukan istri yang tepat," batinnya.
Setelah upacara pernikahan selesai, resepsi di adakan di hotel mewah milik keluarga Lysander. Hotel dengan harga menginap 5 juta permalam itu menjadi tempat Kristal dan Kay mengadakan acara bahagia mereka, dan tentu saja itu semua di atur oleh Kakek Frans.
Dekorasi mewah, hidangan makanan dan minum yang lezat, serta ada musik dan tarian. Para tamu juga mendapat souvenir yang di import langsung dari dubai. Ya, meskipun mereka terlihat biasa saja karena hampir semua tamu yang hadir adalah milyarder atau teman bisnis dari Eclipse Group, yang rela datang dari berbagai negara untuk menghadiri pesta pernikahan itu.
Kay memang terkenal di dunia bisnis. Siapapun yang berhasil bekerja sama dengannya dapat di pastikan proyek itu akan sukses. Terdengar berlebihan tapi pria itu memang punya potensi yang luar biasa, sampai ada beberapa tamu yang sengaja menyempatkan waktu untuk hadir agar bisa dapat bekerja sama dengan pria itu.
"Mereka sepertinya akan meledak sebentar lagi." Leo terkekeh melihat ketiga kakak beradik licik itu yang tak henti memandang Kay dengan sorot tajam.
Kay, pria itu sedang berbincang dengan beberapa perdana menteri yang hadir di pernikahannya. Meski gila berbisnis, Kay cukup rajin berdonasi pada beberapa panti asuhan dan juga sekolah. Hal itu menjadi point tersendiri pada pria itu sehingga beberapa menteri cukup menghormatinya. Tak hanya itu, presiden juga secara khusus mengirim kado pernikahan pada pria bermarga Lysander itu.
Kristal menyipitkan matanya, gadis itu sedang duduk beristirahat dengan Leo yang berdiri di sampingnya. Kristal juga sudah mengganti gaun berwarna biru gelap dengan manik-manik yang berkilau seperti bintang. "Meledak? Ehm, ya wajah mereka memang sedikit merah."
"Itu karena iri." Seorang pelayan pria datang dengan nampan berisi berbagai macam minuman. "Kau mau minum?" tawar Leo.
Kristal memalingkan wajahnya dari ketiga kakak beradik, beralih melirik ke arah Leo sekilas sebelum menatap pelayan yang berdiri di depan Leo. "Air mineral."
Leo mengangguk, mengambil segelas air mineral untuk Kristal dan segelas jus untuknya. Dengan cepat Kristal meneguk habis air itu.
"Sepertinya teman-teman mu sudah datang." Leo meneguk habis jusnya dan mengambil alih gelas kosong Kristal.
Kristal melirik ke arah pintu masuk. Paman Wiliam, Jane, Bram, dan kedua lelaki yang belum lama Kristal kenal sedang berjalan menghampirinya setelah di antar oleh petugas keamanan.
Kristal bangkit berdiri di bantu oleh Leo karena gaunnya cukup besar dan menyusahkan.
"Nak, selamat untukmu dan Kay." Paman Wiliam memeluk Kristal setelah memberikan kado pernikahan mereka pada Leo. Kristal memeluk Paman Wiliam dengan erat. Hanya Paman Wiliam lah satu-satunya keluarga yang dia miliki meskipun bukan keluarga kandung.
"Ah, aku ingin menangis sekarang." Bram ingin memeluk Jane tapi dengan cepat gadis itu melayangkan pukulan padanya.
"Jangan menyentuhku! Aku rela datang ke salon hanya untuk menata rambutku!" Jane mendengus kesal dan beralih memeluk Kristal. Sedangkan Natan dan Xio hanya terkekeh menatap Bram yang mengomel sendiri. Mereka sudah cukup terbiasa dengan tingkah keduanya.
Jane melerai pelukan mereka. Dia akan menangis jika terlalu lama memeluk sahabatnya itu. "Aku masih tidak percaya kau sudah menikah. Padahal dulu kau terlihat tidak akan menikah seumur hidupmu." Jane menarik ingusnya. "Berikan aku tissue, aku tidak ingin makeup ku luntur sebelum berfoto dengan Kristal."
"Hei Girl, selamat untukmu. Aku harap kau bahagia selalu." Kristal membalas pelukan Bram, ah sepertinya dia juga akan menangis sekarang. "Terima kasih, Kak Bram."
Bram melerai pelukan mereka. Menyeka sedikit air matanya yang keluar. Natan dan Xio ingin menjabat tangan Kristal untuk mengucapkan selamat tapi keduanya malah di peluk oleh Kristal. Sontak keduanya membeku di tempat. Area belakang mereka terasa dingin dan mencekam seolah ada yang sedang mengamati keduanya.
"Bekerja dengan baik, aku sudah membeli tiket konser untuk kalian," bisik Kristal lalu melepaskan pelukan mereka.
Natan dan Xio yang awalnya gugup kini berbinar menatap Kristal. Keduanya mengangguk antusias. Kristal ternyata tidak bercanda soal mengajak mereka nonton konser bersama.
"Hei, apa yang kalian lakukan di situ? Ayo kemari, makanan di sini enak-enak." Bram menyuapi satu sendok potongan puding besar ke dalam mulutnya, dan Jane, bukannya marah gadis itu juga ternyata sedang asik melihat souvenir miliknya.
Kristal terkekeh melihat Natan dan Xio yang langsung menghampiri Bram dan ikut menyantap dessert yang di sediakan oleh pelayan di meja bundar tempat duduk mereka. Setiap tamu memiliki meja masing-masing, dan makanan akan di sediakan oleh para pelayan yang sudah di tugaskan di setiap meja tamu.
Mewah, hanya hal itu yang terlintas di benak Kristal. Dia masih tidak percaya menikahi seorang pria kaya yang bahkan hartanya tak akan habis hingga tujuh keturunan sekalipun.