Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Termasuk tubuhmu?
Kali ini Franz sudah memasuki halaman rumah Hazna. Ia berniat untuk bertemu Hazna dan meminta maaf padanya.
Setelah memencet bel rumah Mama Hazna pun langsung keluar menemui Franz. Kebetulan ia tidak kemana-mana hari ini.
"Franz. Kamu datang?"
"Siang Tante. Mohon maaf sebelumnya. Maaf juga aku tidak bisa datang semalam Tante. Apa Hazna ada dirumah Tante? Aku ingin meminta maaf padanya? Aku juga ingin menjelaskan padanya tentang semalam. Dia ngambek padaku."
"Haha. Sudah kuduga. Semalam dia sangat kecewa padamu Franz. Bahkan dia tidak mau makan malam. Tapi sekarang dia tidak ada dirumah. Sepertinya dia kerumah temannya untuk menghibur diri."
"Apa Tante tahu dimana rumahnya?"
"Bentar Franz. Aku tanyakan dulu padanya biar pasti. Aku tidak akan memberitahunya juga jika kau yang bertanya. Jika tidak ia pasti tidak akan memberitahu dimana dia berada. Aku sangat tahu putriku jika sedang ngambek."
Setelah Mama Hazna menelponnya akhinya ia mendapatkan jawaban dan langsung memberitahu dimana ia berada.
Franz pun segera berpamitan untuk pergi menemui kekasihnya itu setelah memberikan hadiah untuk Papa Hazna yang ia titipkan ke Mama Hazna.
Hampir setengah jam menempuh perjalanan itu akhirnya Franz pun sampai juga di alamat rumah teman Hazna itu. Ia langsung bergegas memencet bel rumah untuk menemui Hazna.
Tidak tahu jika yang datang itu adalah Franz. Kebetulan Hazna dan temannya itu sedang memesan delivery makanan. Jadi ia kira itu adalah kurir yang mengantar makanan kedepan rumah dan ternyata malah Franz yang datang.
"Halo ini siapa ya?" Tanya teman Hazna yang kebetulan tidak begitu memahami akan tunangan Hazna ini. Ia tahu Hazna sudah memiliki tunangan namun tidak tahu jika inilah orangnya.
"Aku Franz. Tunangannya Hazna Kak. Aku ingin bertemu dengannya. Apa dia ada disini?"
"Ohh jadi kau yang namanya Franz?"
Manggil aku Kak lagi, emang aku sudah tua. Batinnya.
Memang Franz juga harus memanggilnya apa. Toh ia juga tidak tahu namanya. Jadi panggilan Kak adalah panggilan yang sopan untuk orang yang tidak kita kenal.
"Iya aku Franz Kak"
Karena merasa temannya begitu lama didepan rumah akhirnya membuat Hazna ikut keluar dari rumah itu.
"Diana kenapa lama se--ka--li?" Setelah melihat Franz membuat bicaranya tersendat sendat. "Mas Franz! Ngapain kesini?" Nada bicaranya pun langsung kesal melihat kehadirannya.
"Hazna aku ingin berbicara denganmu."
"Mau bicara apa lagi???Biasanya juga sibuk!!Pergi saja sana!!!" Berbicara sepahit mood yang sedang ia rasakan.
"Iya aku tahu aku salah Hazna. Mohon maafkan aku. Aku ingin berbicara dengamu sekarang"
"Tidak usah meminta maaf. Aku tahu kau orang sibuk! Aku juga orang sibuk! Aku tidak punya waktu untuk mengobrol denganmu hari ini!"
Sementara teman Hazna hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya melihat tingkah mereka yang sedang bertengkar.
Astaga kedua orang ini!
"Hazna aku tahu kamu marah. Setidaknya dengarkan aku. Ayo kita keluar."
"Nggak liat apa aku lagi main? Dibilang aku sibuk!!"
"Hazna. Aku mohon, jangan membuang-buang waktu. Ayo kita keluar"
"Jika tidak punya waktu kenapa datang kemari!Siapa suruh? Urus saja pekerjaanmu yang sibuk itu! Aku juga sedang sibuk!" Tidak mau kalah. Kekesalan dihatinya benar-benar membuatnya tidak mood. Ia benar-benar seperti anak kecil yang sedang ngambek dan harus dipedulikan.
Astagaaa!
"Haznaaa mau memafkan aku atau tidak? Kalau tidak, kau tidak akan pernah melihatku lagi! Ayo kita pergi." Franz masih berbicara lembut namun sedikit mengintimidasinya.
Dih! Malah dia yang mengancam ku sekarang?
Tentu saja Hazna yang begitu mencintainya itu langsung terpengaruh dengan omongannya. Mau tidak mau walupun ia merasa begitu kesal ia menuruti apa kemauan Franz untuk pergi berdua.
"Ihh! Menyebabkan sekali!" Masih menggerutu dengan kesal. Setelah berpamitan dengan temannya ia langsung masuk kedalam mobil sambil membanting pintu mobil dengan keras.
Brakkk!
"Astagaaa pelan-pelan ini mobil Nona Hazna."
"Kau lebih mementingkan mobil Nona daripada perasaanku?!!"
"Iya..iya baiklah. Aku tahu kau sedang marah."
Didalam perjalanan Hazna benar-benar berpuasa tanpa suara. Ia bahkan tidak melirik kekasihnya sama sekali yang sedang memperhatikannya sambil menyetir.
Aku harus bagaimana sekarang? Apa aku harus bilang saat ini juga tentang pernikahan ini. Tapi suasananya tidak baik. Ini akan memperburuk keadaan hatinya ya Tuhan.
"Apa yang bisa aku lakukan supaya kamu tidak marah?" Ujar Franz lembut. Ia memang merasa bersalah karena tidak bisa datang semalam.
"Memang apa yang bisa kamu lakukan?? Kau saja tidak punya waktu untukku dan hanya memikirkan pekerjaanmu! Pekerjaanmu! Dan pekerjaanmu! Bukankah seperti itu??"
"Baiklah. Kita punya waktu 2 jam untuk bersama. Kita mau pergi kemana dan kamu mau apapun itu terserah kamu. Akan aku turuti."
"Apapun??"
"Ya Apapun yang kamu mau."
"Termasuk tubuhmu?"
"Astaga! Sejak kapan kau sebar-bar ini?" Franz pun terkejut. Baru kali ini ia mendengar kata itu dari mulut kekasihnya.
"Katanya apapun. Aku serius! Aku memang menginginkan tubuhmu! Jika kau mencintaiku pasti kau akan memberikannya! Nyatanya tidak kan? Kau tidak mencintaiku! Itu yang aku tau sekarang."
"Kata siapa Hazna? Cinta itu tidak harus seperti itu. Siapa yang mengajarimu?"
"Yang aku tahu perubahan sikapmu ini bisa jadi karena ada orang lain dibelakang kita. Begitu yang aku tahu. Makanya aku menginginkan tubuhmu dan coba apa kau berani berikan? Bila perlu hamili saja aku. Supaya kita bisa cepat hidup bersama!"
"Tidak! Itu tidak akan berikan. Astaga kamu ini ngaco ya?"
"Benarkan? Apa kau sedang berselingkuh? Sepertinya akhir-akhir kau begitu banyak alasan untuk menghindari ku. Apa kau berselingkuh? Apa kau punya wanita lain?"
"Tidak. Aku tidak menyelingkuhimu Hazna!"
Justru kau yang sedang menjadi selingkuhan aku sekarang.
"Lalu kenapa? Ayo kita ke hotel! Biar aku puas! Dan biar aku percaya kalau kau mencintaiku!"
"Sadarlah! Apa kau salah minum obat?? Apapun itu akan aku lakukan. Jangan ngaco seperti ini Hazna."
"Aku hanya ingin kita ke hotel hari ini. Setelah itu aku baru memaafkanmu! Jika tidak aku akan bunuh diri saja jika aku benar-benar tau kau berselingkuh! Tidak mungkin kan kau lembur itu setiap hari??"
Ya aku tahu kalau Hazna pasti tidak mungkin selalu percaya karena aku beralesan lembur setiap hari.
"Hati-hati dengan ucapanmu Hazna. Aku mohon jangan seperti itu. Aku harus bagaimana?" Franz frustasi dengan keadaan.
"Berhenti!" Mata Hazna sudah berkaca-kaca. Ia ingin menangis. Karena sejak tadi ia sedang menahan tangis.
"Kenapa berhenti?" Franz pun bingung dengan permintaan itu.
"Berhenti saja.." Suaranya merendah. Ia sudah menitikkan air mata. Melihat kekasihnya menangis sudah membuat Franz melemah dan memberhentikan mobil dipinggir jalan, yang kebetulan tidak ada larangan parkir disitu.
"Aku sangat mencintaimu Mas. Apapun itu akan aku lakukan, Apapun itu akan aku berikan, tapi aku mohon jangan sakiti aku seperti ini. Hiks... Hiks...Kau cuek dan tidak punya waktu untukku saja sudah membuatku sakit. Apalagi jika kau meninggalkanku. Aku merasa kau begitu berubah sekarang.. Hiks.. Hiks...."
Ya Tuhan. Aku pasti sangat menyakiti hati Hazna. Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Hazna juga bukan tipe wanita yang seperti itu. Ia seperti ini karena ia merasa stress dengan perubahan sikap Franz sekarang. Makannya setelah berbicara seperti itu ia menangis.