BURUK RUPA JADI RATU TUAN KEJAM

Sesampainya jalan Pattimura nomor tujuh Kania keluar dari dalam mobil.

Beberapa kali dia mengetuk pintu pagar hingga seorang perempuan paru baya membuka pintu dan datang mendekatinya.

"Nona Linda mabuk lagi?"

"Iya bi."

"Kalau begitu, tolong masukkan mobilnya ke garasi."

Kania mengangguk pelan dan kembali masuk kedalam mobil.

Sedikit demi sedikit Kania mengarahkan mobil Linda masuk garasi.

Setelah dianggap pas Kania mematikan mesin mobil dan kembali keluar membopong tubuh Linda masuk kedalam rumah dan meletakkannya di atas tempat tidur.

"Nona Linda memang sering begini semenjak kedua orang tuanya berpisah."

"Terus orang tua kak Linda dimana sekarang?"

"Keduanya keluar kota dengan pasangan mereka dan meninggalkan nona Linda begitu saja di sini."

"Kasihan juga nasib kak Linda, kalau begitu Kania mohon diri, ibuku pasti sudah kuatir menungguku."

"Terima kasih sekali lagi karena nak Kania Sudi mengantar nona Linda sampai kemarin dengan selamat."

"Sama-sama bi"

Ada beberapa menit Kania menunggu di depan rumah Linda hingga langganan ojeknya tiba.

Perjalanan mereka mulus tanpa hambatan mengingat jam kala itu menunjukkan pukul empat dini hari.

"Maaf pak kalau Kania sudah menggangu jam istirahat bapak?" Ucap Kania saat mereka sudah berada di depan rumah.

"Tidak apa mba Kania, lagian istri saya juga dagang di pasar jadi subuh-subuh saya sudah bangun mengantarnya sekalian jemput mba Kania."

"Begitu ya, kalau begitu Kania masuk dulu soalnya sudah ngantuk."

Selepas kepergian Kania, pak ojek ikut meninggalkan tempat itu.

"Semoga saja ibu tidak bangun."

Dengan cara mengendap kania masuk kedalam kamar lalu menguncinya.

Kania menghempaskan tubuhnya diatas pembaringan.

Saking capeknya di tambah ngantuk berat akhirnya mata Kania terpejam dan sebentar saja sudah masuk kedalam alam mimpi.

Pagi kembali menyambut. Matahari yang tadinya menyembunyikan sinarnya di balik awan muncul menerangi mayapada.

Burung-burung berkicau dan berkejaran diatas pohon menyambut datangnya pagi saat itu.

Pagi-pagi sekali Tina sudah bangun, sebenarnya dia mendengar kedatangan Kania tadi subuh tapi dia mengurungkan niat untuk bertanya karena dia tahu kalau Kania pasti capek.

Dengan keterbatasannya, Tina menyibukkan diri di dapur, dia tidak mau jadi beban berat buat Kania.

Semua kebutuhan dapur sudah Tina siapkan. Tina melanjutkan dengan menyiram tanaman yang ada di halaman.

Walau terlihat lambat tapi Tina bisa mengerjakan semua itu dengan baik.

"Akhirnya selesai juga." terlihat perempuan paru baya itu menarik nafas.

"Andai saja aku tidak teledor saat itu mungkin kehidupan kami tidak akan seperti ini. Dan Kania bisa hidup enak tanpa harus bekerja keras."

Kenangan demi kenangan mulai muncul di ingatan Tina dengan masa lalunya yang kelam.

ENAM BELAS TAHUN YANG LALU.......

desahan dan rintihan terdengar di sebuah kamar hotel.

Dengan linangan air mata, seorang perempuan berdiri di dinding bangunan samping pintu mendengar deru nafas dua orang dalam sana saling berkejaran.

Dengan mengumpulkan keberanian perempuan itu mendobrak pintu.

"Jadi begini kelakuan kalian selama ini padaku. ngakunya ada kerja diluar kota tapi kalian bercumbu di hotel."

Kedua insan yang memacu kenikmatan itu tiba-tiba kaget dan menyelimuti tubuh meraka dengan selimut.

"Sayang kamu jangan salah paham dulu." ari mencoba memberi penjelasan pada Tina.

"Cih........aku najis mendengarkan kata itu"

"Betul Tina, kamu jangan emosi dulu. Aku dan Ari baru pertama ini melakukanya."

"Dasar perempuan iblis kamu Rita, aku sudah menganggap mu saudara tapi apa balasanmu, kamu malah menikam ku dari belakang. Kalian berdua ini benar-benar manusia berhati iblis. Ku pastikan kalian berdua akan menerima akibatnya."

Tina keluar dari kamar hotel dengan deraian air mata.

Mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi dan berhenti di sebuah kantor.

Tina keluar dari dalam mobil dan melangkah masuk kedalam bangunan itu

Tidak lama kemudian dia kembali keluar.

"Kalian akan menerima pembalasanku. Aku bersumpah itu."

Mobil kembali melaju dan tiba-tiba berhenti ditengah jalan.

Sebuah mobil menghadang. Beberapa orang mengarahkan senjata kearah Tina.

"Kalian mau apa?"

"Cepat keluar atau ku ledakkan mobil ini."

Mau tidak mau Tina membuka pintu. Belum juga seluruh tubuhnya keluar, sebuah balok kayu menghantam tubuhnya bertubi-tubi.

Tubuhnya Tina di penuhi darah dan sebagian tulangnya remuk.

Tina tersungkur diatas aspal dan sudah tidak sadarkan diri lagi.

KEMBALI KE MASA KINI

"Kenapa ibu menangis?"

Kania tiba-tiba berdiri di belakang Tina.

"Ibu tidak apa-apa, kamu sudah bangun? makanlah lalu mandi ibu menunggumu di ruang tamu."

Tina memutar kursi rodanya meninggalkan Kania menuju ke ruang tamu.

"Ada apa dengan ibu, apa dia marah padaku? Ada baiknya aku mengikuti saranya, mandi, makan lalu menemuinya."

Hampir empat puluh menit Tina menunggu di ruang tamu hingga Kania muncul dengan baju sudah berganti.

"Duduklah nak"

Tanpa menjawab Kania langsung duduk.

"Semalam kamu pulang jam berapa?"

"Kania pulang jam empat."

"Emangnya kamu bekerja di mana hingga sampai subuh baru kembali."

Hati Kania mulai berkecamuk antara jujur atau berbohong pada ibunya.

"kenapa diam Kania, apa ada yang kamu sembunyikan dari ibu?

"Kania bekerja di club' malam...."

Kania menjawab sambil menunduk.

"Kania, apa-apaan ini, apa kamu jadi wanita penghibur di tempat itu?"

"Ibu ini tidak seperti yang ibu bayangkan. Kania hanya mengantarkan minuman pada pelanggan tidak lebih dan tidak kurang. Dan mana mungkin ada pria yang menginginkan Kania kalau wajah Kania buruk seperti ini."

Kania bersimpuh di kaki ibunya sambil menangis.

"Maafkan ibu nak, ibu hanya kuatir kalau kamu sampai terjun di dunia gelap. Masih banyak jalan untuk mendapatkan rezeki yang halal selain bekerja di dunia malam."

"Ini hanya sementara Bu, jika Kania sudah mendapatkan pekerjaan lebih baik Kania janji akan keluar dari tempat itu."

"Iya sayang ibu paham, kamu berjuang untuk mencukupi kebutuhan kita. Jika ibu di posisi kamu mungkin ibu juga akan melakukan hal yang sama. Sekarang beristirahatlah kamu harus tidur yang banyak karena harimu akan jadi malam dan malammu akan jadi siang."

Kania mengangguk pelan dan berlalu meninggalkan ibunya menuju ke kamar.

*******************************

Sementara itu dua orang berjas lengkap melangkah memasuki sebuah bangunan perkantoran.

Seperti biasa mata elang mereka menembus kearah depan tanpa menoleh sedikit pun.

Para pegawai terutama kau hawa sungguh mengagumi kedua pria tampan itu.

Orang yang baru saja mereka lihat di kota itu.

Ya, siapa lagi kalau bukan Abraham dan Medi sekretarisnya yang siap sedia kapanpun dia di butuhkan.

"Kamu pilih yang mana? Yang brewokan ada wajahnya mulus seperti kapas?"

"Mana pun aku mau. Siapa sih yang tidak mau menjadi pria tampan dan kaya seperti mereka?"

"Betul katamu, tapi dengar-dengar mereka itu berdarah dingin dan menakutkan. Setiap yang mengganggunya tidak akan lolos dari tangan mereka.

"Bagus dong, sebagai pendampingnya kita bisa aman tanpa ganggu dari siapa pun."

"Itu menurutmu bagaimana kalau dia menyiksa kita dan tidak membiarkan kita kemana-mana."

"Ngeri juga ya, kalau begitu untukmu saja aku mau cari yang biasa saja asal sayang padaku.

Begitulah obrolan dua wanita yang terus saja menatap kepergian Abraham dan sekertaris Medi