NovelToon NovelToon
Lebih Dari Dia

Lebih Dari Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Leo Evano mencintai Bianca Anulika di hari pertama dia menatapnya. Namun, Bianca memiliki pria yang dia cintai bernama Gavin.
Padahal Gavin tidak mencintai Bianca sebaik yang dia harapkan, tapi Bianca bersikeras ingin setia terhadapnya.
“Sampai dia membuatmu menangis, aku bersumpah aku akan merebutmu darinya. Saat itu, aku tidak akan takut kau benci. Aku akan melakukan apa pun untuk menyeretmu keluar dari rumahnya.” Itu adalah apa yang Leo tanamkan dalam hati dan hari itu pun datang. Leo memantapkan diri, membuktikan dia bisa memperlakukan Bianca lebih dari pria yang dia cintai. Berharap bahwa Bianca akan segera mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua yang Dia Lakukan

Ian terkekeh, raut wajahnya sedikit kesal. Seperti kata Ian, dirinya anti mengurus urusan orang lain, tapi mulutnya gatal ingin mengeluarkan semua kata hinaan khusus untuk Bianca seorang. “Kau baru saja mencemaskan Leo, tapi kau berlari ke Gavin ketika ada kesempatan?”

Bianca tidak merespon, dia hanya … penasaran dengan apa yang sanggup Ian katakan soal Gavin dan apa yang tidak dirinya ketahui soal suaminya yang telah berpacaran lima tahun dengannya.

“Janji adalah janji,” kata Ian setelah berhasil mengontrol kekesalannya sendiri. Dia memberitahu, “kau ingat hari di mana kalian datang ke rumahku untuk memberi undangan. Malamnya kau berada di cafe, benar?” Bianca mengganguk dan Ian melanjutkan, “mantan Gavin yang sering membuatmu bertengkar dengan Gavin datang ke rumah kalian.”

Seketika saja ekpresi wajah Bianca menegang, dia sampai tidak bisa mengatakan apa pun. “Perempuan itu mengaku menyesal meninggalkan Gavin dan bila diberi kesempatan dia ingin kembali padanya. Kau akan benci mendengar apa yang terjadi seterusnya.”

Bianca masih mendengarkan tanpa memberi respon.

“Gavin bilang dia tidak bisa kembali pada mantannya itu karena dia akan segera menikahimu.” Ian tertawa dikala teringat Gavin menceritakan kejadian itu dengan wajah bodoh. “Kau bisa menebak apa yang akan terjadi kalau waktu itu kalian belum memutuskan untuk menikah?”

“Kau … dari mana kau tahu?” Akhirnya Bianca mengeluarkan suara. Dia berusaha untuk tidak percaya, tapi Bianca tahu betul Ian bukan tipikal pria yang akan mengarang cerita untuk membuat masalah.

“Gavin menemuiku setelah itu. Aku bahkan masih ingat betapa binggungnya dia seolah-olah dia ingin kembali pada perempuan itu andai bisa.”

Hati Bianca bagaikan dicubit. Ragu-ragu dia bertanya, “Leo … tahu soal itu?”

Ian tergelak kecil di saat menjawab, “kau benar-benar berpikir kau bisa menikahi Gavin andai Leo tahu? Aku sampai tidak berani memceritakannya karena takut dia akan mengamuk.”

Bianca mengerucutkan bibir, cengkramannya di seatbelt dekat dada mengerat. “Satu lagi.” Suara Ian membuat Bianca spontan menoleh menatapnya. “Akhir-akhir ini kami sering bertemu di club. Dia hampir tidak pernah berpikir mengapa kau mengkhianatinya, tapi semua yang keluar dari mulutnya adalah mengapa Leo begitu. Setelah apa yang aku katakan, kau masih tidak sadar betapa tak berarti dirimu untuknya?

Bianca menundukkan kepala, mulutnya tertutup rapat tidak berani menjawab. “Lelaki yang benar-benar mencintaimu tidak akan pernah meninggalkanmu tanpa mendapat penjelasan darimu, tapi semua yang Gavin pikirkan hanya perasaan dan harga dirinya sendiri. Aku bukan tidak menyukai Gavin, tapi aku kasihan pada kebodohanmu yang mendarah daging. Kau buta kau tidak bisa melihat kenyataan sebesar itu di depan biji matamu.”

Ini adalah alasan mengapa Bianca hampir tidak pernah berbicara bahkan menyapa Ian selama lima tahun saling mengenal. Ian blak-blakkan dan tidak peduli pada kata-katanya yang mungkin menyakiti hati orang lain.

Namun, kali ini berbeda karena Bianca merasa seperti pantas menerima cacian itu. “Jujur saja, Leo terlalu bagus untukmu,” tambah Ian. “Dari segi manapun, kau tidak pantas untuknya, tapi dia mati-matian ingin bersamamu tidak peduli apa yang terjadi karena dia yakin dia sanggup membahagiakanmu. Sekali lagi, matamu besar, tapi tidak berfungsi.”

“Sudah cukup.” Bianca menghentikan, “aku tidak mau dengar apa-apa lagi.” Bianca perlu dua menit senyap agar dirinya bisa mengutuk Gavin dengan benar. Bianca berpikir, ‘pantas hari itu dia terlihat aneh.’ Bianca ingat Gavin terlalu banyak tenggelam dalam pikiran hari itu. Setelah tahu apa yang terjadi dari Ian, Bianca merasa bodoh. Ingin rasanya menangis sampai menjerit-jerit, sial Ian bukan teman curhat yang tepat, jadi Bianca menahan diri.

Setelah mobil terparkir di area parkiran rumah sakit, Ian tidak langsung keluar tapi menatap Bianca. Sebenarnya Ian tidak bermaksud membicarakan Gavin, melainkan Leo. Dia tidak melakukannya tadi adalah salah Bianca yang lebih memilih menyebut nama Gavin. Pada akhirnya Ian memberitahu, “kau ingat Joshua? Kau tahu mengapa dia tidak pernah lagi bersama kami semenjak kejadian malam tahun baru itu?”

Bianca tentu ingat Joshua, teman keparat yang selalu membuatnya berakhir bertengkar dengan Gavin, tapi dia menggeleng sebagai jawaban karena tidak tahu mengapa Joshua berhenti menampakan diri.

Ian memberitahu, “sehari setelah malam tahun baru itu, Leo menemuinya. Leo meminta Joshua untuk minta maaf padamu. Joshua menolak dan mulai berbicara sesuka hati, jadi Leo menghajarnya. Dia juga hampir memukulku padahal aku cuma tertawa, itu pun bukan karena menertawakanmu.”

“Leo apa?” Bianca berhasil dikejutkan, ini adalah pertama kalinya tahu soal kejadian itu. “Leo benar-benar memukulnya?”

“Iya! Dia melarang Joshua bertemu Gavin dan dirimu karena tidak mau kejadian itu terulang dan masih ada kejadian yang lain.”

“Maksudmu ada lagi selain itu?”

“Malam ketika kau tertidur di rumah Leo karena bertengkar dengan Gavin. Setelah kau pulang, Leo mengejar joshua sampai ke kota B. Dia memukulnya sangat sangat buruk dia hampir mematahkan tangannya.” Kalau tidak ada Ian di sana, mungkin Joshua tidak bisa lagi mengerakkan kedua tangannya, beruntung hal itu tidak terjadi.

Bianca tidak sanggup berkata-kata. Dia menatap sedikit ke samping, mengingat bahwa setelah dirinya pulang, dia memang mendengar Leo pergi untuk urusan mendadak. Bianca tidak menyangka Leo akan melakukan hal seperti itu untuknya. “Aku benar-benar tidak tahu aku bersumpah.”

“Tentu kau tidak akan tahu. Leo bukan tipikal yang akan memamerkan apa yang sudah dia lakukan. Kau juga tidak sadar dia berhenti merokok dan minum setelah kau berkata kau tidak suka pria seperti itu. Banyak hal yang sudah dia lakukan demimu yang kau tidak tahu.”

“Lalu, mengapa kau beritahu aku?” tanya Bianca yang menyadari sepertinya Ian berusaha mengatakan sesuatu. Ian yang tidak suka ikut campur urusan orang lain mengatakan lebih dari tiga paragraf dengan isian menonjolkan semua kebaikan Leo, akhirnya Bianca tersadar dan mulai memahami maksudnya!

Ian mengembus nafas lega, akhirnya bisa mengatakan apa yang ada di dalam benaknya sedari tadi, “Leo tidak meminta banyak hal darimu, cuma beri dia satu kesempatan. Lupakan Gavin dan berikan perhatianmu untuk Leo. Kau bisa menolaknya bila kau benar-benar tidak mencintainya tapi sebelum itu coba untuk menerimanya.”

Bianca terdiam sejenak, kemudian mengerucutkan bibir dan bergumam, “tapi kau bilang Leo terlalu bagus untukku dan aku tidak pantas untuknya.”

Ian menepuk jidat. Ingin rasa mencekik Bianca andai saja bisa. “Abaikan itu juga!” celetuknya, kesal. Akan gawat urusannya kalau Bianca mengatakan hal itu di depan Leo dan membocorkan kata-kata itu dia dengar dari Ian. Ian tidak mau dipukul karena keluguan Bianca. “Aku tahu hubungan kalian buruk dan itu adalah salah Leo, tapi di sisi lain dia sudah melakukan semua hal untukmu. Kau paham maksudku?”

“Aku … akan memikirkannya.” Itu yang Bianca katakan untuk mengakhiri pembicaraan. “Terima kasih karena sudah mengatakan banyak hal padaku, Ian.”

Ian tidak merespon tapi keluar dari mobil, diikuti oleh Bianca. Setelah beberapa saat menunggu, Bianca dipanggil untuk masuk ke ruangan nomor 3

1
Jennifer Alexander
thorr semangat thorr aku di sini menunggu kelanjutan ceritanya /Drool//Smirk/
Kravei: Thank uuu🥰🥰🫶
total 1 replies
Masdi Masdi
sebenarnya AQ merasa Gavin GX cinta hanya merasa terbiasa aja jdi GX mau kehilangan. kalo Leo itu cinta Krn sebegitu terluka nya pun dia berusaha keras untuk tetap bertahan dgn hati tentunya tidak baik² saja untung nya GX sampai gila. di pertahankan pun selamanya Bianca tx akan pernah bahagia.
Kravei: Hihi wajib nantikan flashback di mana Leo galau parah karena Bianca mau persiapan nikah xixi
total 1 replies
Masdi Masdi
hai,,,salam kenal kak... rajin² update ya kak,agar kita GX lupa alur ceritanya.... sampai disini cerita nya bagus banget. AQ suka.🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Kravei: Siap, Kak … bakalan ditambah babnya kalau makin ramai
Makasih karena sudah meninggalkan komentar🥰<3
total 1 replies
Jennifer Alexander
thorr lanjutin ya ceritanya..ada aku di sini yg selalu menunggu kelanjutannya.. ceritamu bagus...kalo episode nya lebih banyak pasti lebih banyak yg baca /Smirk/
Kravei: Hihi makasih banyak, Kak🥰 nanti kalau makin rame, babnya ditambah juga yaaa <3
total 1 replies
Jennifer Alexander
lanjutkan thorr aku menunggu karyamu /Applaud//Kiss/
Jennifer Alexander
lanjut Thor aku sukaaa bangettt
Jannah Sakinah
Semangat Thor nulisnya. rajin update ya. hehehe
Bening Hijau
ikut event dong cerita ini bagus banget
Bening Hijau
sama q juga pecinta second lead
Bening Hijau
bagus banget alur nya
Bening Hijau
bagus banget
Kravei
Hi, salam kenal, Kak🥰
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Mưa buồn
Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.
Kravei: Awww thank you, Akak🥰
total 1 replies
Fatima Rubio
Wah, cerita yang luar biasa! Semangat terus author!
Kravei: Hi, Kak
Makasih ya🥰
Jangan lupa dilika dan follow supaya tidak ketinggalan!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!