Lelaki Pilihan Papa

Hari berganti, hubungan Anna dan Rayyan kini mulai membaik. Anna semakin banyak berubah. Anna juga sudah bisa masak, mencuci dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Sepertinya Anna mulai menikmati hari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Sebenarnya Rayyan merasa sangat bersalah karena tidak bisa membuat Anna kembali kuliah di kampus itu. Namun Rayyan juga tak ingin menuruti permintaan papanya untuk menikah dengan Hazel.

Hari ini Rayyan sengaja pulang sore. Dia ingin mengajak Anna jalan-jalan, karna malam nanti adalah malam minggu. Selama ini mereka belum pernah jalan-jalan berdua apalagi pergi malam mingguan seperti pasangan muda lainnya. Rayyan tau Anna pasti sangat bosan karna terus berada di kontrakan. Namun Anna tidak pernah sekalipun mengeluh, mungkin dia tau bahwa suaminya itu sangat sibuk bekerja sebagai karyawan restoran.

Setiap hari Rayyan berangkat ke restorannya.

Di sana dia sibuk mengurus bisnisnya. Karna jika di rumah Anna pasti akan mengetahuinya. Rayyan memulai kembali bisnis properti seperti papa Rama dulu. Dan dia melakukan itu secara diam-diam. Rayyan tak ingin Anna tau sekarang, ada waktunya Anna tau siapa dirinya.

Sesampainya di rumah Rayyan melihat Anna sedang tertidur pulas di depan TV yang masih menyala. Apalagi yang bisa di lakukannya selain nonton TV dan tidur.

Seketika bibir Rayyan tertarik ke samping melihat adegan hot yang ada di layar TV itu. Adegan yang belum pernah mereka lakukan walaupun sudah menjadi pasangan suami istri. Bahkan tidur pun mereka masih terpisah sampai saat ini.

"Anna... Anna... Kamu tu nonton film apaan sih..?" Rayyan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Kemudian Rayyan pun mendekati Anna, dan duduk di samping istrinya itu. Di pandanginya wajah Anna yang sedang tertidur lelap. Entah kenapa Anna terlihat sangat cantik berkali lipat saat sedang tidur seperti itu. Bulu matanya yang lentik, hidungnya yang kecil namun mancung serta bibir tipisnya yang berwarna merah muda.

'Cantik banget sih An?'

Kemudian Rayyan berbaring di samping Anna sambil terus memandangi wajah istrinya itu. Tangannya terangkat untuk menyelipkan anak rambut Anna yang menutupi wajahnya, lalu mengelus pipi Anna dengan lembut.

Menyadari sentuhan di wajahnya, Anna pun membuka matanya. Dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat Rayyan kini berada sangat dekat dengannya dan sedang memandanginya sambil tersenyum manis.

"Mas udah pulang..?" tanya Anna sambil mengucek matanya.

"Ummp..." Rayyan mengangguk.

'Ya ampun, lagi-lagi aku ketiduran di depan TV'

"Aku siapin air panas dulu ya..." Anna kemudian ingin bangun namun Rayyan menahannya.

"Nanti aja masih sore juga. Temenin aku tidur dulu, aku sangat lelah.." ucap Rayyan sambil memejamkan matanya. Kemudian dia memeluk Anna erat dan menempelkan hidungnya di leher Anna.

Duuugg.. jantung Anna berdegup begitu kencang. Tidak pernah mereka sedekat ini sebelumnya.

'Aduuhh mas Rayyan ngapain sih kayak gini?'

Rayyan semakin memeluk Anna erat sehingga dia bisa merasakan jantung Anna berdetak kencang.

"Mas, lepasin aku. Aku gerah banget, pengen mandi..." Anna berusaha melepaskan pelukan Rayyan.

"Kalau gitu lepasin aja bajumu, biar sekalian kita mandi bareng..." ucap Rayyan dengan entengnya sambil terus memeluk Anna.

'Mas Rayyan kenapa sih, kok tiba-tiba kayak gini'

Rayyan menghirup aroma tubuh Anna yang begitu wangi. Dan juniornya pun mulai menegang apalagi membayangkan adegan hot yang ada di film tadi. Sebagai laki-laki normal, tentu saja dia juga ingin melakukannya apalagi dengan istrinya sendiri.

Kemudian Rayyan mulai menci*m leher jenjang Anna, lalu menggigitnya kecil.

"Ahh.. mas..." desah Anna sambil terus berusaha melepaskan dirinya. Anna benar-benar takut jika Rayyan akan mengambil haknya. Dan Anna belum siap untuk itu.

Rayyan semakin tak bisa mengendalikan dirinya, tangannya kini mulai naik ke dada Anna, meremasnya perlahan.

"Mas, udah..!" teriak Anna. Sungguh Anna tak tahan lagi sekarang. Tubuhnya begitu menginginkan itu, tapi hatinya belum siap.

"Kamu meneriakiku..?" Rayyan mulai kesal karna tak seharusnya Anna menolaknya. Apalagi saat ini dia begitu menginginkannya.

"Ma'af mas, bukan gitu. Aku hanya..."

"Udahlah, jika kamu memang tidak mau melakukannya, aku tidak akan memaksamu lagi.." Rayyan kemudian bangkit dan menuju kamar mandi.

Anna menjadi sangat bersalah. Apalagi Rayyan benar-benar marah sekarang. Tidak seharusnya dia menolak Rayyan. Karna Rayyan adalah suaminya.

'Anna, apa yang kamu lakukan? Dia itu suamimu, dan dia berhak atas dirimu. Sudah seharusnya kamu melayaninya'

Anna mondar mandir di kamarnya. Mencari cara bagaimana agar Rayyan tidak marah lagi padanya. Tak lama kemudian Rayyan masuk ke kamar dengan hanya menggunakan handuk yang di lilitkan di pinggangnya. Biasanya Anna akan langsung keluar. Tapi kali ini Anna malah membantu Rayyan mencari pakaian untuk di kenakan suaminya itu.

"Udah, biar aku aja. Sebaiknya kamu mandi, karna malam ini kita akan makan di luar..." ucap Rayyan dengan suara dinginnya. Sepertinya dia masih marah.

"Aku nggak mau pergi jika mas masih marah.." ucap Anna manja.

Rayyan menarik nafas kasar. "Baiklah jika kamu tidak mau, maka jangan salahkan aku jika aku akan pergi dengan wanita lain.." ancam Rayyan.

Deg.. Anna terdiam, lalu terduduk di ranjang. Entah kenapa dadanya terasa sesak. Seketika airmatanya jatuh di sudut pipinya. Bagaimana mungkin begitu mudahnya Rayyan mengajak wanita lain untuk pergi dengannya. Mungkinkah selama ini Rayyan sudah sering membohonginya..?

Rayyan melihat Anna dari kaca, kemudian tersenyum menyeringai 'Anna.. Anna.. Kamu sendiri tidak mau melayaniku, tapi kenapa kamu menangis ketika aku mengancam akan pergi dengan wanita lain'

"Jika kamu masih belum siap-siap juga, aku benar-benar akan melakukannya.." lagi-lagi Rayyan mengancam Anna.

"Lakukan saja sesuka hatimu. Atau jangan-jangan selama ini kamu membohongiku. Kamu bilang lembur, tapi nyatanya kamu kencan kan..?" suara Anna bergetar.

Rayyan menahan tawanya, dia senang karna Anna cemburu padanya.

"Kenapa diam..? kamu tu jahat banget mas..." Anna terisak.

Rayyan kemudian berbalik badan, dan duduk di samping Anna. Tangannya terangkat untuk mengusap air mata Anna.

"Udah jangan nangis, aku tidak pernah membohongimu.."

"Bohong...!" Anna mencebik.

"Sayang,, percaya deh. Aku tuh cintanya cuma sama kamu doang. Sama anaknya tuan Rama Rahardian. Ya walaupun aku tau dia tidak mencintaiku..." nada suara Rayyan terdengar kecewa.

"Kata siapa aku tidak mencintaimu? aku mencintaimu mas..." Tanpa sadar kata-kata itu keluar dari mulut Anna. Entah kenapa kata-kata itu terucap dari bibirnya. Mungkinkah Anna benar-benar sudah mencintai Rayyan?

***