NovelToon NovelToon
Bidadari Penghapus Luka

Bidadari Penghapus Luka

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / nikahmuda
Popularitas:7M
Nilai: 4.6
Nama Author: ujungpena90

Hasna berusaha menerima pernikahan dengan seorang laki-laki yang tidak pernah ia kenal. Bahkan pertemuan pertama, saat keduanya melangsungkan akad nikah. Tak ada perlakuan manis dan kata romantis.

"Ingat, kita menikah hanyalah karena permintaan konyol demi membalas budi. jadi jangan pernah campuri urusan saya."
_Rama Suryanata_


"Terlepas bagaimanapun perlakuanmu kepadaku. Pernikahan ini bukanlah pernikahan untuk dipermainkan. Kamu telah mengambil tanggung jawab atas hidupku dihadapan Allah."
_Hasna Ayudia_

Mampukah Hasna mempertahankan keutuhan rumah tangganya? Atau justru menyerah dengan keadaan?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ujungpena90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Membicarakan suatu hal yang sifatnya pribadi akan sangat tidaklah nyaman jika ada orang lain yang mendengar.

Sama halnya dengan Hasna dan juga Nayla. Kedua perempuan itu membahas hal yang bersifat pribadi, makanya memilih kamar sebagai tempat pembicaraan mereka. Berharap tidak akan ada lagi telinga yang mendengarnya.

Tapi mereka salah, justru semua pembicaraan mereka terdengar jelas di telinga Rama. Lelaki itu menyimak dengan baik semua perkataan kedua perempuan yang duduk di atas permadani itu.

Tak ingin menyela pembicaraan keduanya, Rama bertahan diposisinya. Ingin mengetahui bagaimana reaksi perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu.

Rama ingin memastikan, sebelum melangkah lebih jauh. Pernikahan mereka baru berjalan dua bulan, tapi sudah ada dua laki-laki yang menyatakan ketertarikan kepada istrinya itu. Bahkan salah satunya secara terang-terangan menyatakan perasaannya, dan sudah mengirimkan hadiah manis lewat adik kandungnya.

Dada lelaki itu bergejolak mendengar penuturan adiknya. Namun seketika menghangat saat mendengar jawaban yang diberikan istrinya.

Apakah perasaan perempuan itu benar-benar tulus untuknya? Apakah yang dikatakan Ivan tempo hari benar, jika kita tidak boleh menilai seseorang dari sudut pandang kita saja? Tidak semua orang memiliki nilai yang sama.

Tapi bukan tanpa alasan, Rama mengatakan itu. Semua berdasarkan kenyataan yang ia alami sendiri. Jadi sah-sah saja jika dia memberikan penilaian itu kepada Hasna.

Sungguh dilema, itu yang Rama alami sekarang. Perempuan yang menjadi istrinya itu benar-benar bagaikan magnet. Sudah dua laki-laki yang mengaguminya. Apakah akan ada lagi setelah itu?

Pikirannya benar-benar kacau. Rama bingung harus memutuskan, bagaimana nasib rumah tangga mereka kedepannya. Sedangkan sudah ada dua laki-laki yang menantikan istrinya.

"Ehemm... Boleh saya sholat?" Tanya Rama datar.

Seketika kedua perempuan itu melepaskan pelukan, dan melihat ke arahnya penuh keterkejutan.

"Kak Rama."

"Mas Rama."

Bahkan ucapan keduanya terdengar bersamaan.

Sejenak Rama memperhatikan ekspresi keduanya. Hasna terlihat seperti seorang istri yang ketahuan selingkuh. Sedangkan Nayla, sudah seperti seorang yang tengah membantu pebinor untuk mendapatkan mangsanya.

Tanpa pikir panjang, Nayla pun gegas meninggalkan kamar kakaknya itu.

"Nay permisi ya."

Gadis itu langsung ngacir dan menghilang dibalik pintu yang kembali tertutup rapat.

Hasna menegang melihat ekspresi suaminya. Laki-laki itu diam, tapi bukan berarti hatinya demikian. Apalagi kini pandangannya tertuju pada coklat juga setangkai mawar dipangkuannya. Entah apa yang tengah dipikirkan suaminya itu.

Jantung Hasna berdebar semakin tak karuan. Kerongkongannya terasa tercekat, membuatnya susah menelan saliva. Hasna kembali mengingat pembicaraannya dengan Nayla waktu awal menikah dulu. Tentang masa lalu suaminya. Apa jangan-jangan lelaki itu menilai dirinya sama dengan mantannya dulu? Jika demikian, apa yang bisa ia lakukan. Sedangkan pernikahannya saja dari awal sudah terasa hambar.

Seketika pikiran Hasna dipenuhi oleh bayangan-bayangan mengerikan perpisahan. Sungguh ia tidak pernah memikirkan untuk berpisah dengan Rama.

Namun beberapa saat kemudian, suaminya itu memposisikan diri diatas sajadah, dan memulai ibadahnya.

Hasna segera melipat mukena yang ia pakai , dan menyimpan pemberian Bian diatas nakas. Lalu mengganti pakaiannya, kemudian turun untuk memasak seperti biasanya.

***

Sepeninggal Hasna, Rama tetap pada posisinya. Duduk diatas sajadah sholatnya. Sedikit pertahanannya mulai goyah, dan lebih memilih untuk belajar menerima pernikahannya.

Bukan langsung ke arah hubungan antar suami istri yang sesungguhnya. Tapi lebih ke arah menerima jika Hasna adalah istrinya.

Setelah menanggalkan peralatan sholatnya, ia lebih memilih membuka laptopnya. Memeriksa pekerjaan dan email dari klien yang ditemuinya di luar kota kemarin.

Namun gerakannya terhenti, manakala pandangannya tertuju pada hadiah dari pengagum istrinya. Rama membuang nafas kasar, sebelum mengambil laptop yang berada di samping setangkai bunga mawar merah pemberian Bian.

Dia memang tak pernah memberikan perhatian pada istrinya. Tapi saat melihat ada seorang laki-laki yang berusaha mendapatkan hati istrinya, sungguh ia tidak terima.

***

"Mbak, Kak Rama marah ya?" Tanya Nayla setengah berbisik pada Hasna yang tengah memasak di dapur.

Jujur saja, gadis itu benar-benar takut jika kakaknya marah, mengingat sang kakak memiliki masa lalu dikhianati oleh perempuan yang akan dinikahi.

"Nay takut kalau Kak Rama marah." Ucapnya dengan kepala tertunduk.

"Nay takut, kalau kak Rama mengingat kembali masa lalunya." Cicit gadis itu lagi.

Bukan hanya Nayla, Hasna pun memikirkan hal yang sama. Tapi sedetik kemudian senyuman terbit menghiasi wajah cantiknya. Mengusap lembut pundak gadis disebelahnya.

"Kamu nggak perlu khawatir. Itu urusan Mbak dengan Mas Rama. Yang terpenting kamu sudah jujur menyampaikan semuanya pada Mbak." Nayla mengangguk pasrah.

"Oh ya, kamu ngapain ke sini? Mau bantuin apa gangguin?" UcapHasna berusaha menggoda Nayla.

"Pengennya sih bantu, tapi...Nay nggak bisa masak." Lirih gadis itu diiringi cengiran diwajahnya.

Gadis itu merasa insecure jika dibandingkan kakak iparnya. Mereka seumuran tapi urusan rumah, lebih jago Hasna. Memasak, bahkan rumah baru mereka tanpa ART. Semua Hasna urus seorang diri.

Hasna tersenyum mendengar ucapan adik iparnya.

"Masak itu...nggak perlu bisa dulu baru masak. Tapi, ada kemauan dulu buat belajar biar bisa masak."

"Emang gitu ya teorinya?" Polos sekali pertanyaannya.

Hasna tertawa mendengar pertanyaan Nayla. Memang harus ya, ada teori segala buat belajar masak? Yang terpenting memiliki kemauan juga prekteknya.

"Oke, teori pertama kita adalah memasak tanpa melibatkan perasaan mendalam." Ujar Hasna, seolah-olah menerangkan materi pada anak didiknya.

"Hah?" Nayla terkejut mendengar ucapan kakak iparnya. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum tertahan.

"Prakteknya, kita gunakan...bawang merah." Ucap Hasna sambil mengangkat beberapa siung bawang merah diatas mangkuk.

Nayla makin bingung, kenapa bawang merah? Tapi tangannya menerima mangkuk yang diberikan Hasna kepadanya.

"Selamat mencoba."

Hasna kembali meneruskan pekerjaannya yang tertunda, menyelesaikan masakannya. Sedangkan Nayla segera mengupas butiran-butiran bawang merah dalam mangkuk.

"Hiks...hiks...hiks..." Tak lama terdengar isakan kecil dari bibir Nayla.

"Nay, are you okay?" Tanya Hasna sambil menahan tawa.

"Hiks...hiks...hiks..." Isakan kembali terdengar bersahutan dengan suara susutan hidung.

"Kamu kenapa?" Goda Hasna.

"Nggak tau, padahal aku cuma kupas aja. Tau-tau air mata jatuh gitu aja." Jawabnya polos.

"Hmmm... berarti kamu nggak lulus di praktek pertama."

"Apaan sih, Mbak. Malah ngeledekin." Sewotnya.

Gengsi dong, baru belajar mengupas bawang merah, masa iya harus menyerah.

Canda dan gelak tawa terdengar bersahutan dari dalam dapur, membuat Mbok Sumi ikut tersenyum dibuatnya. Nyonya mudanya itu sungguh pandai membawakan suasana. Terbukti perempuan itu sangat pandai mengambil hati seluruh anggota keluarga Suryanata.

Bu Diana yang baru masuk ke dapur pun ikut dibuat tersenyum ulah tingkah mereka berdua. Keduanya menceritakan asal mula kenapa sampai Nayla menangis. Tak pelak membuat Bu Diana ikut tertawa mendengarnya. Dan semua itu tak luput dari perhatian Rama.

Rama berjalan ke arah dapur, dan seketika gelak tawa berhenti. Kedua perempuan itu memperhatikan gerak gerik laki-laki itu. Ternyata menuju ke arah dispenser disebelah kulkas, mungkin haus.

"Rama, kapan kamu pulang?" Bu Diana sedikit terkejut dengan kehadiran sang putra pagi ini.

"Kemarin malam, Ma." Jawab Rama. Tangannya sibuk mengambil air minum.

"Jam berapa, kok Mama tidak dengar suara mobil saat kamu pulang?"

"Sekitar jam satu dini hari. Rama pakai taksi online, berangkat sama Ivan soalnya. Kasihan kalau dia nganterin dulu." Bu Diana hanya mengangguk kecil mendengar penuturan putra sulungnya.

Pantas saja bangun-bangun Rama sudah berada di sisinya, pikir Hasna.

Sejenak, Rama menoleh ke arah istri dan adik perempuannya. Namun sepertinya Nayla salah tingkah karena tatapan sang kakak yang sulit untuk diartikan. Sedangkan Hasna, perempuan itu terlihat lebih tenang.

***

Selepas sholat ashar Rama mengajak Hasna kembali ke rumah mereka. Berada dalam satu mobil berdua membuat mereka diliputi suasana canggung.

Keduanya membisu, Rama fokus dengan jalanan sedang Hasna lebih memilih memainkan ponselnya. Hingga keduanya sampai di rumah.

Gerbang rumah dalam keadaan terbuka, sepertinya ada orang yang masuk. Di halaman pun nampak sebuah mobil terpakir, dan Rama sangat mengenal siap pemiliknya.

Hasna terlebih dulu keluar dari mobil. Seketika seorang laki-laki berkaos merah menghampirinya. Dia adalah Ivan, asisten Rama.

Dengan berpakaian santai seperti ini, membuat Ivan terlihat lebih muda. Dan itu membuat Hasna sedikit pangling pada penampilan lelaki yang berdiri dihadapannya itu.

"Selamat sore, Mbak Hasna." Sapanya ramah. Tak lupa senyuman menghiasi wajah tampannya.

"Assalamu'alaikum. Selamat sore, Pak Ivan." Ucap perempuan itu ramah pula.

"Wa, wa'alaikumussalam." Jawabnya sedikit malu dengan perempuan dihadapannya.

"Baru pulang dari rumah Pak Andi, ya?"

"Iya, pak Ivan."

"Ehemmm..." Suara Rama mengagetkan keduanya, hingga membuat Ivan mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Hasna.

"Ivan, ada apa kamu kemari?" Tanya Rama datar.

"Emm...ini, Pak, mau mengantar berkas yang Pak Rama minta." Ivan memberikan map yang berada ditangannya kepada Rama.

Rama menerima map itu dengan kedua alis yang saling bertaut.

"Tadi pagi Pak Rama meminta saya mengantarkan berkas ini ke rumah Bapak." Ucap Ivan mencoba mengingatkan.

"Ya sudah, terima kasih."

Rama hendak melangkahkan kakinya, namun ia urungkan, karena Ivan tak kunjung beranjak dari tempatnya. Justru laki-laki itu terlihat memperhatikan pintu rumah yang terbuka lebar.

"Kamu tidak kembali?" Ucap Rama sedikit keras, karena asistennya itu sepertinya tidak memperhatikan apapun selain pintu rumahnya yang terbuka. Terlihat sekali jika lelaki itu sedang menunggu istrinya keluar kembali.

Rama pun menghampiri Ivan dan menepuk pelan pundaknya.

"Ah, iya, Pak. Ada lagi?" Ucapnya gelagapan.

"Tidak, kamu tidak kembali?" Ulang Rama.

"Ah...baiklah, kalau begitu saya permisi."

Ivan pun undur diri, dan meninggalkan kediaman Rama.

Sungguh berbahaya situasinya. Asistennya itu mulai menunjukkan pesonanya dihadapan Hasna.

***

1
Langit Jingga
kangen dehh dg kk otor.
Langit Jingga
semoga mkin byak pembaca y ,like n komen y utk karya inii.
.kereeen
sari emilia
yang bodoh itu hasna...kl aku ogah d perlakukn ky gtu apa lg aku chantik py kerjaan cuek aja lg...lk2 kl udh d cuekin pasti dia penasaran
sari emilia
kl aku aja ogah tebar pesona dgn lk2 spt itu msh ada kevin kn...bs jd teman...apa lg kl kt wanita yg bekerja ga ush pusing2 mikir lk2 ky gtu basi udh bkn jaman nya...buang aja k tong sampah...toh bkn kt yg mau nikah sm dia so kecakepan...lk2 model gtu d tukang loak,tukang besi d pemulung byk d obral murah 1000 dpt 10 pics
sari emilia
lk2 d dunia tu ga spt dlm novel ya cpt n mudah melupakn kecuali pr mk nya pr kl d tinggal mati atau berpisah dgn suami nya byk yg lbh sk dgn kesendiran sampai akhir hayatnya....tp kl d novel ini kebalik krn kiblat nya k drakor
sari emilia
perasaan d kamlung sy kl lk2 d tinggal pacar kwin kemudian d nikahkn org tuanya apalg kl cantik mrk seneng bnr tu....tp kl d novel ko sm semua ya apa krn penulis novel saling copypaste ya jd alurnya tu mirip semua tokoh aja yg beda
Langit Jingga: kyak y lomba kak jadi sama alur y
total 1 replies
sari emilia
bnr jg pr butuh kepastian kl yg muda dah mapan msh lempeng mding tua tp py tyjuan pasti kl cpt matikn resty dpt byk warisan 😄😄
Mira Ratmi rahayu
jahat sekali yaa rama
Mira Ratmi rahayu
kepedean kamu marissa
Mira Ratmi rahayu
yaa udah tamat,,,tp bagus kok ceritanya kusuka kusuka,,,slamat dan sukses slalu yaa author,,,,moga cepat dpt wangsit dan segera menetas crita barunya...😍😍😍😘😘😘😘
Mira Ratmi rahayu
Luar biasa
Mira Ratmi rahayu
hasna tugasmu jd istri berat kali
Mira Ratmi rahayu
selamat mengarungi bahtera rumahtangga hasna dan rama,baik2lah kalian
Mira Ratmi rahayu
awal2 rama cuek ama hasna,,,ntar bucin tau rasa
Mira Ratmi rahayu
ya ampun thor nyesek banget sii
Mira Ratmi rahayu
ygsabar yaa hasna,,,,btw sejauh ini aq suka ama jln critanya kk othor,,mudah2an nggak mbulet2 alur critanya yaaa,,,semangaat kk...
Mira Ratmi rahayu
tenang aja rama , hasna anknya baik kok,,,ntar klu kamu g suka,,,ceraikan biar dia bersama kevin...heheh
Mira Ratmi rahayu
saysng ksli kevin, hasna udah dipinang org lain
Mira Ratmi rahayu
sepertinya dia jodoh sementaramu aja hasna
Mira Ratmi rahayu
jangan sampe calon suami hasna adalah orang yg pernah dilihat direstorsn bersama cewek yg pake baju seksi itu yaa...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!