Saat tragedi mengambil jiwanya, Syifa menemukan dirinya yang masuk ke dunia novel sebagai seorang antagonis yang secara obsesif mengejar protagonist pria bahkan berencana untuk menghancurkan hubungannya dengan sang kekasih.
Pada akhirnya dia akan mati terbunuh karna alur itu, oleh sebab itu untuk menghindarinya, dia selalu menghindari pria itu.
Namun bagaimana jika tiba-tiba alurnya berubah, pria itu malah memperhatikannya..
"Tidak! ini tidak ada dalam plot!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Syifa menutup pintu mobilnya dengan sedikit terlalu keras.
Baru setelah mesin menyala, ia menyadari tangannya gemetar.
“Aneh..” gumamnya pelan.
Angin malam menyapu wajahnya, tapi panas di pipinya tak juga turun. Bayangan Kayden—tatapan lembutnya, nada suaranya yang terlalu santai ketika berkata aku mau—terus berputar di kepalanya.
Ini tidak seharusnya terjadi.
Dalam novel yang ia ketahui, Kayden adalah tokoh protagonis pria yang dingin, keras, dan kejam secara emosional. Pria yang akan menghancurkan hidup Syifa sedikit demi sedikit, sebelum akhirnya menyeretnya pada kematian yang sunyi di akhir cerita.
Bukan pria yang tersenyum seperti itu.
Bukan pria yang menawarkan menjemputnya dengan nada seolah-olah itu hal paling alami di dunia.
“Apa dia tetap akan menghancurkanku?” bisik Syifa.
Dadanya terasa sesak.
Ia tahu betul satu hal—alur besar tidak berubah hanya karena detail kecil bergeser. Dalam cerita aslinya, Syifa tetap mati. Entah karena kecelakaan, pengkhianatan, atau pilihan yang salah.
Dan Kayden adalah pemicunya.
‘Kalau begitu, kenapa alurnya berubah?'
Syifa menggigit bibirnya, mempertanyakan mengapa alurnya berubah begitu cepat, Syifa bahkan merasa tidak melakukan apapun, dia hanya menghindari pria itu agar terlepas dari alur novel.
Di tempat lain, Kayden masih duduk dikursi pengemudi dengan mobil yang sudah menyala, tangannya kembali meraih ponsel dan membuka sebuah pesan yang baru saja dia baca beberapa saat yang lalu.
[Ingat taruhan kita, gue yakin lo gak bakal menang!]
Kayden membanting stir mobilnya lalu meninggalkan kampus.
Malam itu, tiga orang itu tidak bisa tidur, entah apa yang mereka rencanakan, namun ada tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing.
Wenda memandangi layar ponselnya yang kosong, menimbang apakah ia masih punya hak untuk muncul kembali.
Dan Syifa..
Syifa duduk di ranjangnya, memeluk lutut, sejak pulang dari kampus, dia berusaha mengingat alur novel yang dulu ia hafal di luar kepala.
“Kalau aku ingin hidup..” bisiknya pelan, “aku harus tahu langkah mana yang harus aku pilih"
Sementara pikiran Syifa penuh dengan kebimbangan, tiba-tiba suara ketukan pintu mengagetkannya.
"Syifa.. kamu gak makan? Bibi tadi bilang kalau kamu gak makan siang"
Itu suara Sean
Syifa yang mendengar itu juga baru sadar kalau dia tidak makan setelah sampai di rumah, karna tidak mau membuat kakak dan orangtuanya khawatir, Syifa pun keluar untuk makan apapun yang tersedia.
"ehehe, Syifa lupa soalnya lagi banyak tugas kak," ucap Syifa sambil berjalan menuruni tangga disamping kakaknya.
Sean hanya menganggukkan kepala lalu dengan tenang mengambil makanan untuk Syifa yang sudah duduk di meja makan.
Ketika suata piring dan sendok sudah terdengar barulah Sean menatap Syifa dengan benar.
"Syifa.."
"Hmm"
"Kamu beneran udah gak tertarik sama Kayden, kan?"
Ada jeda beberapa detik karna Syifa masih mengunyah makanannya, setelah menelan apa yang di mulutnya, Syifa akhirnya menjawab:
"Kakak gak percaya, ya?"
Tentu saja Sean tidak percaya, adiknya itu sudah menyukai Kayden dari sekolah menengah, mana mungkin segampang itu melepaskannya.
"Denger ya kak.. aku itu cantik dan punya pesona, pasti banyak laki-laki yang suka sama aku.. jadi, ngapain aku ngejar Kayden yang jelas-jelas gak suka sama aku"
Jawaban Syifa membuat Sean agak tenang, pasalnya dia juga tidak menyukai Kayden, lebih tepatnya keluarga Kayden..
Kenapa?
Karna keluarga mereka berada di level dunia bisnis yang berbeda dengan keluarga Syifa, banyak rumor yang beredar bahwa mereka banyak melakukan intimidasi dan perjanjian tak masuk akal untuk mendapatkan keuntungan tertinggi bagi perusahaan mereka.
"Bagus.. kakak setuju, lebih baik kamu cari laki-laki lain"