Buat yang gak suka gerah, harap melipir!
Bukan bacaan untuk anak yang belum cukup umur.
Ketika Aishe didorong ke laut oleh Farhan tunangan tercintanya, semua rasa cinta berubah menjadi tekad untuk membunuhnya.
Aishe tidak pernah berpikir bahwa Farhan hanya mencintai uangnya, dan tega berselingkuh bahkan mendorongnya ke laut.
Ketika ombak menelan tubuh Aishe, dirinya berpikir akan mati, namun keberuntungan berpihak padanya. Aishe terdampar di sebuah pulau kosong selama 59 hari hingga suatu hari dia diselamatkan oleh Diego, seorang pengusaha yang tampan namun lumpuh.
Dengan kekuatan dan kekayaan Diego, Aishe memiliki identitas baru dan wajah baru, dia bahkan menjadi sekretaris pribadi Diego. Diego, pria yang kaya dan berkuasalah yang dapat membantunya membalas dendam pada Farhan.
Setelah balas dendam selesai, senyuman menyeramkan muncul di wajah Diego, yang membuat jantung Aishe berdegup kencang menunggu kalimat selanjutnya.
"Sekarang giliranmu untuk membalas budi padaku."
Aishe menatap pria yang mendekat di depannya, dalam hati dia berkata, "Lolos dari mulut buaya, malah masuk ke mulut singa."
Ini bukan novel garis lurus yang bisa diambil banyak pelajarannya. Jadi kalian bisa berhenti jika alir terasa berputar-putar, membosankan, jelek dan yang lain.
Silakan kembali tanpa meninggalkan kesan buru di komentar.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KAY_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Aishe mengerjapkan matanya perlahan, mencoba beradaptasi dengan ruangan dengan lampu tidur yang temaram. Setelah matanya mulai terbiasa, dia bangkit dari posisi tidurnya dan duduk termenung, memandangi sekitar yang terlihat tidak asing.
Ini, di kamar? Tapi ini bukan kamarku.
Diingat-ingat, dia tertidur setelah melakukan itu. Bahkan dia belum sempat mencuci bagian miliknya. Lantas, kenapa dia bisa berada di kamar, yang bahkan bukan miliknya?
Sebuah suara berat tiba-tiba terdengar dari belakang, "Terbangun?" Suara itu langsung membuat Aishe menoleh.
"Tu-tuan!" Aishe terkejut, melihat Diego duduk persis di sampingnya.
Diego menutup buku, kemudian menoleh memandangi Aishe. Melihat wajah gadis itu semakin lama semakin memerah, bahkan Aishe sempat menarik selimut dan menutupi wajahnya.
"Ke-kenapa Anda melihatku begitu?" Aishe mengintip sedikit dari balik selimut.
Diego hanya mengedikkan bahu, lalu kembali membaca bukunya. Namun, diam-diam dia melirik Aishe yang terlihat kebingungan.
"Tuan, bagaimana saya bisa sampai disini?" tanya Aishe penasaran. "Mak-maksud saya, siapa yang mengangkat tubuh saya."
"Jalan sendiri," jawab Diego acuh membuat Aishe memanyunkan bibirnya. "Kamu pikir, siapa lagi?"
Farhan?
Mengingat nama itu, Aishe sontak menggerayangi tubuhnya. Mengingat seberapa berantakannya dia tadi.
"Tuan?" Aishe memandang Diego dengan tatapan pilu. "Ba-bajuku … tadi – itu …."
Diego kembali menutup bukunya, lalu menepuk kepala Aishe dengan buku hingga dia menjerit dan mengaduh, "Ahh, aduh!"
"Pikiranmu kemana? Kamu berharap dia yang membantu membetulkan bajumu?" Diego melirik tajam memandang Aishe.
Aku masih marah. Dia baru saja menyatakan perasaannya, tapi malah tertidur begitu saja. Mana aku harus menggotongnya ke kasur!
Diego memincing tajam sambil memanyunkan sedikit bibirnya ke ke depan. Menatap Aishe yang sedang bertingkah imut di depannya.
"Kenapa Anda menatapku seperti itu?" Aishe bertanya-tanya. Tiba-tiba, Aishe mengingat bahwa itu bukan kamarnya, jadi dia harus severa kembali.
"Ohh, saya akan kembali ke kamar!" Dia bersiap-siap turun, tetapi di cekal Diego.
"Ehh, mau kemana?" Diego mencoba menghentikannya.
"Ke kamar." Aishe menunjuk pintu yang tertutup. "Apa Anda butuh sesuatu, Tuan?"
Diego menghela napas panjang, kemudian memberinya sebuah jawaban singkat, "Iya!"
Kemudian, dia menepuk-nepuk kasur beberapa kali, "Aku butuh teman tidur. Kesini, temani aku!"
"Ah, itu …." Aishe mengedipkan matanya sambil menatap Diego. Meski mereka sering beradu skil di ranjang, tetapi mereka jarang sekali tidur berdua. Bahkan, ketika selesai beradu skil, Diego pun langsung meninggalkan Aishe. Sehingga, ajakan Diego kali ini cukup membuat Aishe terheran.
"Cepat, temani aku!" Diego mengulang ucapannya.
Orang buta yang lainnya adalah karena Cinta. Benar, ketiga kategori itu selalu berhasil membuat pertahanan manusia goyah. Menurunkan IQ dan juga EQ ke titik terendah, hingga mereka tidak bisa berpikir dengan jernih.
Sama seperti Aishe, yang tidak bisa mencari alasan dan terus saja menuruti permintaan Diego. Membohongi perasaannya bahwa itu hanya sebatas kesepakatan, tetapi tidak menelisik keinginannya sendiri jika dia sendiri juga ingin.
Seperti pada saat ini, ketika pria itu dengan santai meminta untuk di temani tidur. Aishe tanpa berat hati kembali naik ke ranjang. Tidur dengan posisi menyingkuri Diego, dan akhirnya terlelap setelah beberapa menit berbaring dan menutup mata.
Setelah memastikan Aishe kembali tertidur, Diego mulai bergeser mendekatinya. "Urusan perusahaan bisa begitu sensitif, tapi perasaan sendiri tidak. Dasar, bodoh!"
Diego pelan-pelan mengangkat kepala Aishe dan meletakkan lengannya disana. Pada saat yang sama, Aishe mengeliat dan berputar arah menghadap Diego. Kini, mata mereka tidak beradu pandang, karena hanya mata Diego yang masih terbuka memandangi wajah Aishe yang sedang tertidur. Bahkan dengan santainya ia merangkul Diego dengan kaki dan tangannya.
"Mmm -- gulingnya keras sekali!" Aishe mengigau lirih.
Ke-keras?
Kening Diego berkerut, matanya menyipit, melihat Aishe yang tertidur begitu pulasnya.
Lihat gimana aku menghukummu besok pagi. Dasar kucing liar!