Miss. Rich

"Sepertinya kau sangat senggang untuk mengikuti kami," ujar Oliver tanpa ekspresi.

Selama perjalanan, tidak ada suara dari Tyler yang sibuk dengan laptop di pangkuannya. Bukan kebetulan mereka berada di mobil yang sama, bahkan Jeremy dan Oscar juga ada bersama mereka di kursi depan. Bukankah mereka terlihat seperti akan liburan bersama?

"Aku menjaga Liam," jawab Tyler tanpa menoleh.

"Jangan hiraukan tuan, Nona. Dia selalu sibuk bekerja," sahut Jeremy di kursi kemudi dengan sedikit decakan kecil.

"Pikirmu hanya tuanmu? Nonaku juga suka sekali bekerja. Itu sebabnya dia tidak punya pacar!" keluh Oscar.

"Kita punya tuan yang sama." Jeremy mengangguk-angguk seolah mengerti posisi Oscar. Keduanya tidak sadar jika dua pasang tatapan tajam sudah mengarah pada mereka.

"Apa mereka sedang bergosip, Mommy?" tanya Liam polos, membuat kedua orang itu langsung mengatup mulutnya, tersadar.

"Iya, jika ada yang bergosip buruk di depan kita, sebaiknya tutup mulutnya sampai tidak bisa bicara lagi," jawab Oliver dingin sambil menatap kedua orang di depannya itu.

Tyler sampai menutup laptop miliknya dan menyimpannya. Pria itu berdehem, lalu menyikut Liam dengan pelan. "Jangan bertanya lagi," bisiknya. Liam mengangguk patuh di tempatnya. Mommynya masih saja menyeramkan, ya.

"Kami tidak bergosip buruk, Nona." Oscar membela diri. Jeremy mengangguk setuju.

"Apa kalian tidak bisa duduk tenang saja di sana?" Tyler angkat bicara. Keduanya benar-benar diam sekarang.

Liam mendongak sambil menatap orang tuanya bergantian. Suasana memang cukup dingin karena ayah dan ibunya itu, tapi entah kenapa rasanya sangat menenangkan baginya hingga sepanjang jalan Liam hanya bisa tersenyum dengan bahagia saja.

Beberapa lama kemudian, mereka sampai di depan bangunan yang cukup besar dengan pagar besi di sekelilingnya. Sama seperti saat terakhir kali Liam datang, anak-anak yang cukup banyak keluar untuk memeluk Oliver yang menyambut mereka dengan senyuman. Lagi-lagi ada sedikit jejak tak suka di wajah Liam yang di sadari oleh Tyler.

"Ayo keluar." Tyler menggendongnya. "Dia hanya milik kita, jangan khawatir," bisiknya kemudian. Namun, ada hal lain yang di sadari Tyler setelah melihat bangunan ini.

"Mommy!" panggil Liam sambil merentangkan tangan. Oliver langsung mengerti maksudnya dan melepas pelukan anak-anak menuju Liam, lalu mengambil alih gendongannya dari Tyler.

"Masuklah," kata Oliver, kemudian berjalan lebih dulu memasuki bangunan tersebut bersama Oscar dan para pengawal yang membawa semua persediaan.

"Tuan ... bukankah ini tempat nyonya Caitlin pernah tinggal sebelum bertemu Tuan?" tanya Jeremy di sebelahnya.

Tyler mengangguk satu kali, membenarkan. Pria itu hanya menatap bangunan tersebut.

"Kebetulan sekali nona Oliver juga mengurus tempat ini."

"Sir. Tyler?"

Tyler menoleh, seorang wanita paruh baya tersenyum padanya.

"Sarah."

"Ternyata benar." Wanita itu menyentuh wajahnya. dengan berkaca-kaca. "Sudah lama sekali sejak terakhir kali kau datang dengan Caitlin. Bagaimana kabarmu?"

Tyler menurunkan tangan Sarah di wajahnya dan menggenggamnya. "Kabarku baik, Sarah. Maaf tidak pernah datang lagi."

Wanita itu tersenyum lembut. "Syukurlah kau baik-baik saja. Aku sudah dengar dari Caitlin jika kalian putus. Aku juga sudah dengar jika Caitlin—sudah tiada." Ada nada kesedihan di akhir ucapannya.

"Ah, maaf." Sarah tersadar. "Aku melihat kau datang bersama nona Oliver. Apa dia istrimu? Anak kalian sangat lucu."

"Sebenarnya—"

"Aku senang sekali. Nona Oliver sudah lama sekali membantuku mengurus tempat ini. Dia wanita yang baik. Kau sangat beruntung," sambung Sarah lagi.

"Begitu?" Tyler menerbitkan senyum di bibirnya. "Kalau begitu aku akan bekerja keras lagi."

"Ya?" Sarah memasang wajah bingungnya.

"Maaf menyela. Sebenarnya tuan dan nona Oliver tidak memiliki hubungan khusus," ujar Jeremy yang seketika mendapat tatapan tajam dari Tyler.

"Begini, Tuan ... nona akan sangat marah jika tuan mengaku-ngaku lagi. Tidak mungkin, kan, nona berpura-pura menjadi istri Tuan?" bisik Jeremy segera. Situasi harus segera di perbaiki.

"Apa aku salah paham?" tanya Sarah.

"Benar dan anak yang bersama nona Oliver sebenarnya adalah anak tuan Tyler!" jelas Jeremy dengan percaya diri.

"Astaga, maafkan aku, jadi ibunya tidak ikut?"

Jeremy berdehem, tenggorokannya cukup tercekat. Pasalnya, Tyler belum juga menurunkan aura membunuhnya.

"Ibunya sudah tiada, itu sebabnya tuan muda Liam menempel pada nona Oliver dan melibatkan tuan Tyler."

"Oh." Sarah cukup terkejut.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...