Miss. Rich

Miss. Rich

Prolog

New York, Amerika Serikat

Bulan Februari yang tertutup salju di sekelilingnya dengan menara - menara serta pepohonan yang berhias salju di atasnya. Inilah kota New York yang telah memasuki musim dingin sejak bulan Desember di Amerika.

Bagi banyak orang hari ini adalah kesenangan. Namun, tidak untuk satu orang yang sangat menghargai sebuah waktu, pekerja keras, independen dan perfeksionis. Musim dingin baginya seperti kemalasan dimana tubuhnya akan sangat sulit bergerak karena iklim yang mendukung untuk diam dan beristirahat.

Terbukti dengan seorang wanita yang tertidur di kursi penumpang dengan sangat pulas. Mobilnya melaju pelan membelah jalanan kota New York yang basah. Asisten yang merangkap sebagai sopir pun tidak berani menganggu tidur nyenyak wanita yang bisa menjadi singa betina kapan saja.

Oliver Stacy, wanita karier dengan segudang pekerjaan yang digelutinya. Setiap langkah yang dijalani baginya adalah pekerjaan. Namanya pun tidak lagi asing di kalangan pebisnis, kecuali wajahnya yang tidak akan ditemukan di media manapun.

Di usianya yang ke-26 tahun, ia masih setia melajang dengan tekad tidak ingin menikah. Jika ingin anak, ia bisa pergi untuk adopsi. Begitu rencananya. Parasnya yang rupawan dan menjadi idaman banyak pria tidak membuat hati wanita itu tergerak.

Oscar Cage sang asisten selalu setia berdiri bersamanya hampir di setiap aktivitas sang nona sangat mengerti bahwa Oliver yang terkadang lembut dan manis, juga terkadang menyeramkan hingga membuat seisi gedung perusahaan memilih menghindar daripada bertatapan dengannya sangat anti pada percintaan!

Tapi, siapa yang bisa menebak masa depan? Siapa yang tahu jika Oliver Stacy akan menemukan cinta dan menikah suatu hari nanti. Kisahnya akan dimulai disini dengan—

Brakk!

Kecelakaan kecil misalnya ...

“Apa itu?!” Oliver mau tidak mau terkejut dalam tidurnya dimana sensor motorik nya merespon dengan otomatis.

Oscar menelan salivanya kasar karena kesialan hari ini. Namun, hal itu tidak penting sekarang. Yang terpenting adalah korban yang berada di depan mobilnya. Siapa sangka jika itu seorang— anak kecil? Berapa usianya? Sekitar 6 atau 7 tahun, kah?

“Kau tidak apa - apa?” tanya Oscar cemas.

“Tubuhku terluka! Kau harus bertanggung jawab untuk tubuhku yang mahal," katanya berkaca - kaca. Perkataan yang terdengar arogan itu seperti makanan sehari-hari untuk Oscar.

Bocah kecil ini sombong sekali, pikirnya. Memang sih! Dari pakaiannya saja sepertinya dari keluarga terpandang.

“Kau dengar, Oscar? Katanya kau harus bertanggungjawab. Selain itu, kau juga harus bertanggungjawab karena membuat tidurku terganggu.” Entah sejak kapan nona nya sudah keluar dari mobil dan berkata menakutkan begitu. Ini pertanda ia akan mendapat setumpuk pekerjaan lagi. Oscar hanya bisa menangis dalam hati.

Oliver berjongkok di samping bocah itu sambil berkata, “Hei, Boy. Mau ikut denganku?” ajaknya santai membuat Oscar waspada seketika.

“Nona, jangan bilang kau—”

Sebelum selesai bicara, bocah itu sudah masuk dalam gendongan Oliver yang berbalik badan menatapnya.

“Iya. Aku akan membawanya,” katanya santai.

“Apa? Tidak bisa begitu, Nona. Bagaimana jika keluarganya mencari?” Oscar bernada cukup keras karena Oliver mengabaikannya begitu saja dengan masuk ke mobil bersama anak itu.

“Kenapa tidak bisa? Kau tidak lihat dia hanya sendirian?”

Astaga! Jangan sampai ada berita jika Oliver Stacy menculik seorang anak kecil. Tidak lucu, bukan?

“Hei, Boy. Dimana orang tuamu?” tanya Oscar. Bukannya menjawab, anak itu justru menggeleng dan mengeratkan pelukannya pada Oliver.

“Kau tidak punya orang tua?” tanya Oliver begitu saja. Anak itu mengangguk.

"Aku juga tidak punya," tukas Oliver yang lagi-lagi membuat Oscar melotot. Wah kurang ajar sekali wanita ini. Jika orang tuanya mendengar pasti akan memaki-maki hingga telinganya panas.

“Kalau begitu kau bersama siapa?” Oscar bertanya.

“Alone,” cicitnya, membuat Oliver dan Oscar saling menatap.

“Siapa namamu?”

“Liam."

“Just Liam?”

Bocah itu mengangguk lagi.

"Hei, Nak. Jangan coba-coba membohongi kami. Wanita yang kau peluk itu bukan wanita yang bisa kau permainkan," kata Oscar menelisik.

"Bicara apa kau pada anak kecil!" Oliver menendang kursi Oscar cukup keras. Pria itu lantas mengatup bibirnya rapat.

Karena merasakan ancaman dari pria di kursi kemudi itu, Liam menunduk. “Daddy menyuruhku menunggu, tapi daddy tidak kembali lagi,” jelasnya sendu.

Mungkin hanya Oliver yang menatapnya iba dan kasihan. Berbeda dengan Oscar yang justru menatapnya curiga meski masih ada rasa kasihan. Kenapa rasanya anak ini tidak sesederhana itu.

“Kau dengar itu? Orang tua mana yang menelantarkan anaknya sendiri. Dia bukan orang tua!” hardik Oliver pada Oscar.

“Kau mau ikut denganku saja, Liam? Aku bisa menjadi mommy-mu.” Kali ini Oliver bicara dengan tersenyum.

"Mommy?" Liam mengerjap polos.

"Jika Liam jadi putraku, aku bisa memberikan apa saja yang Liam mau. Jadi, panggil saja aku mommy jika Liam setuju."

"Nona—" Oliver melotot marah, menyuruh pria itu agar diam.

Astaga, Nona ... Oscar frustasi.

"Bagaimana, Liam?"

"Apa kau kaya?" Pertanyaan Liam membuat Oscar terperangah, sangat berbeda reaksinya dengan Oliver.

"Tentu saja! Aku sangat kaya dari para orang kaya di negara ini," katanya bangga.

Liam tersenyum lebar, kemudian mengangguk.

"Setuju, Mommy!"

Oliver langsung tersenyum. “Urus surat adopsi untuk Liam, Oscar. Jangan membantah lagi!”

Oscar akhirnya pasrah dengan usulan itu. Nona nya serius dengan ucapannya. Identitasnya saja belum jelas dan tidak semudah itu mengurus dokumen adopsi. Lagi - lagi setumpuk pekerjaan tidak masuk akal.

"Baik, Nona!" jawab Oscar menahan diri. Lebih baik iyakan saja dulu.

Sedangkan di sebuah gedung pencakar langit di pusat kota yang menjadi gedung tertinggi seorang pria mengacak rambutnya gusar karena anak lelakinya menghilang entah kemana setelah meninggalkannya di ruang kantor saat rapat dengan petinggi.

Sebelum berlanjut, mari perkenalkan ...

Sebelumnya, ada Oliver Stacy, maka ada Tyler Charles. Ia sempurna, memiliki segalanya, penampilan, kekayaan dan status. Begitu semua orang memandangnya seolah tanpa cela.

Bagaimana jika keduanya dipertemukan? Sayangnya belum terjawab hingga sekarang. Meski berada di posisi yang sama, keduanya saling melihat ke arah yang berbeda.

Kembali pada topik awal.

Berdasarkan rekaman cctv, anak lelakinya itu sudah keluar dari perusahaan. Sayangnya, cctv hanya dipasang di area sekitar perusahaan sehingga jejak putranya tidak terlihat lagi di area yang tidak terpasang kamera pemantau.

"Kami sudah mencari di sekitar jalan dan area tersembunyi di perusahaan, tapi tuan muda Liam tidak ditemukan, Sir. Tyler."

Anak itu selalu kembali dengan sendirinya setelah puas bermain, tapi sudah setengah hari anak itu belum juga kembali sehingga Tyler curiga anak itu menghilang.

"Cari jalan yang terdapat cctv! Temukan Liam hingga ketemu!"

Tidak berani bicara lagi, asistennya itu segera berlari keluar untuk mencari tuan mudanya yang berulah kembali.

"Kemana perginya anak itu," desis Tyler seraya memijat keningnya. Padahal baru saja rasanya Liam bertanya seperti apa tipe wanita yang disukainya, lalu tiba-tiba menghilang begini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...cek arus dulu...

Terpopuler

Comments

Rose 19

Rose 19

mulai baca.lanjut

2024-03-09

3

dewi

dewi

sepertinya seruuuu.... 👍👍

2024-03-08

1

dewi

dewi

😂😂😂😂

2024-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!