NovelToon NovelToon
My Rules Is Villain

My Rules Is Villain

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Iblis / Identitas Tersembunyi / Perperangan / Anime / Summon
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Setsuna Ernesta Kagami

Di dunia yang dikuasai oleh dua bulan.

Araksha dan Luminya.

Sihir dan pedang adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Kedua bulan tersebut mewakili dua kekuatan yang bertentangan, Araksha adalah sumber sihir hitam yang kuat, sedangkan Luminya menjadi sumber sihir putih yang penuh berkah.

Namun, keseimbangan dunia mulai terganggu ketika sebuah gerhana yang belum pernah terjadi sebelumnya mulai terbentuk, yang dikenal sebagai "Gerhana Bulan Kembar".

Saat gerhana ini mendekat, kekuatan sihir dari kedua bulan mulai menyatu dan menciptakan kekacauan. Menyebabkan kehancuran diberbagai kerajaan.

"Aku adalah penguasa, diam dan patuhi ucapanku!"

[NOVEL ORISINIL BY SETSUNA ERNESTA KAGAMI]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bulan Luminya - I

Asap masih mengepul di udara, membawa bau kayu terbakar dan darah yang mengering. Tanah desa itu kini penuh dengan mayat ogre yang berserakan, tubuh-tubuh mereka hancur akibat tebasan pedang dan tombak.

Shion berdiri di tengah medan itu, tatapannya tajam mengamati sisa-sisa desa yang kini hampir musnah.

Suara derap kuda mendekat. Luna melaju dengan kudanya, melompat turun dengan gesit sebelum menghampiri Shion.

"Komandan," panggilnya, suaranya serius.

Shion menoleh, menatap Luna yang masih berusaha mengatur napas setelah berkeliling desa.

"Bagaimana?"

Luna menundukkan kepala sedikit sebelum melaporkan, "Populasi desa ini telah berkurang drastis… Dari ratusan penduduk, yang tersisa hanya puluhan keluarga."

Sejenak, angin yang bertiup terasa begitu dingin.

Shion tetap diam, tetapi ekspresinya sedikit mengeras.

Luna melanjutkan, suaranya lebih pelan. "Dan anak kecil itu… dia satu-satunya yang selamat dari keluarganya. Namanya Aria."

Shion menoleh ke arah seorang gadis kecil yang kini duduk di tanah, masih memeluk boneka lusuhnya. Matanya kosong, wajahnya kotor dengan noda debu dan air mata yang telah mengering.

Shion menatapnya lama, lalu menarik napas pelan. "Aku mengerti."

Luna mengangkat alisnya. "Apa perintahmu, Komandan?"

Shion menutup matanya sejenak, lalu berbicara dengan suara yang tegas. "Beritahu yang lain… mulai sekarang, kita menjaga desa ini. Sampai keadaan stabil."

Luna sedikit terkejut, tetapi ia langsung mengangguk.

"Baik, Komandan."

Ia segera berbalik, berlari ke arah Reiner dan Lucy yang tengah membantu para penduduk yang tersisa.

Shion tetap berdiri di tempatnya, angin membelai rambut peraknya yang tergerai. Matanya sekali lagi menatap Aria yang masih duduk sendirian.

"Anak itu kehilangan segalanya…"

Namun di balik wajahnya yang dingin, di lubuk hatinya, Shion tahu…

Aria bukan satu-satunya.

Lalu langit mulai memudar ke warna jingga saat matahari bergerak semakin tinggi. Udara masih dipenuhi sisa-sisa kehancuran, tetapi bagi seorang gadis kecil yang kini duduk di tanah, dunia terasa jauh lebih sunyi.

Aria masih memeluk bonekanya, matanya menatap kosong ke tanah. Sejak tragedi itu terjadi, ia tidak menangis lagi. Mungkin karena terlalu lelah, atau mungkin karena hatinya sudah mati rasa.

Shion memperhatikannya dengan tenang. Ia mengerti perasaan itu lebih dari siapa pun.

Tanpa berkata-kata, Shion berlutut di depannya, menyamakan tinggi tubuh anak mungil itu. Angin berhembus pelan, mengibarkan rambut peraknya yang berkilauan di bawah sinar matahari.

"Aria," panggilnya lembut.

Anak itu mengangkat wajahnya, tatapan mereka bertemu.

Shion tidak tersenyum, tetapi suaranya penuh keteguhan. "Aku tahu dunia ini terasa gelap bagimu sekarang. Aku tahu rasanya kehilangan seseorang yang berharga."

Aria hanya menatap, matanya masih dipenuhi ketakutan dan kehampaan.

"Tapi kau tidak menangis, itu sudah cukup untuk semuanya."

Shion melanjutkan, suaranya tetap lembut namun tegas. "Sekarang kau tidak sendiri. Aku di sini, dan aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu lagi."

Aria terdiam. Jari-jari kecilnya menggenggam erat bonekanya. "Benarkah…?"

Shion mengangguk tanpa ragu. "Aku berjanji."

Dan tanpa berkata lagi, Aria yang awalnya ragu-ragu mulai bergerak. Perlahan, tubuh kecilnya condong ke depan, lalu…

Ia memeluk Shion.

Gadis kecil itu menangis tanpa suara, tubuhnya gemetar di pelukan kesatria suci itu.

Shion menutup matanya, membiarkan gadis itu menangis di dadanya. Biarlah, pikirnya. Jika ini bisa mengurangi beban hatinya, biarlah ia menangis sepuasnya.

Tak lama kemudian, Luna datang bersama seorang pria tua yang berjalan dengan tongkat kayu. Pakaiannya sederhana, tetapi wajahnya menunjukkan pengalaman dan kebijaksanaan yang mendalam.

"Komandan, ini Elder Garrick, ketua desa ini," kata Luna.

Shion berdiri perlahan, memastikan Aria tetap dalam dekapannya. Ia menatap pria tua itu dengan penuh perhatian.

Elder Garrick mengamati Shion dan anak yang dipeluknya sebelum menghela napas panjang.

"Kesatria suci dari Luminara…" gumamnya pelan. "Aku berterima kasih atas apa yang telah kau lakukan."

Shion hanya mengangguk. "Aku tidak melakukan ini demi ucapan terima kasih. Aku melakukan ini karena ini adalah yang benar."

Elder Garrick tersenyum samar, tetapi matanya menyiratkan kesedihan yang dalam.

"Kami tidak bisa tinggal di sini lagi," katanya akhirnya. "Aku ingin membawa penduduk yang tersisa ke desa Valderia. Itu satu-satunya tempat yang cukup jauh dari wilayah perbatasan ini."

Shion memicingkan matanya.

Valderia.

Ia tahu tempat itu. Desa yang jauh lebih besar, tetapi untuk mencapainya…

Mereka harus melewati wilayah yang dipenuhi monster buas.

Luna tampak ragu. "Itu perjalanan yang sangat berbahaya, Elder Garrick."

Pria tua itu mengangguk. "Aku tahu… tetapi kami tidak punya pilihan lain."

Shion diam sejenak, mempertimbangkan.

Kemudian, ia menatap Garrick dengan mantap dan berkata, "Kalian akan pergi ke Valderia."

Luna terkejut. "Komandan?"

Shion melanjutkan, "Aku dan pasukanku akan melindungi kalian sepanjang perjalanan."

Elder Garrick tampak lega, meskipun masih ada kekhawatiran di matanya. "Apakah kau yakin, Nona Shion? Ini bukan tugas yang mudah."

Shion mengangkat satu alisnya, "Aku tidak akan menawarkan perlindungan jika aku tidak yakin bisa menepatinya."

Elder Garrick tersenyum kecil, lalu menundukkan kepalanya. "Kalau begitu… aku menyerahkan nasib kami padamu."

Shion mengangguk, lalu menatap Aria yang masih menggenggam pakaiannya erat-erat.

"Kau dengar itu, Aria?" bisiknya. "Kita akan pergi ke tempat yang lebih aman."

Aria menatapnya, lalu menggenggam erat zirah Shion. "Aku… aku ikut denganmu, kan?"

Shion mengusap kepalanya dengan lembut. "Tentu saja. Aku akan menjagamu."

Dan untuk pertama kalinya, Aria menatapnya dengan mata yang sedikit lebih terang, seakan ada secercah harapan yang mulai kembali ke dalam hatinya.

Namun, jauh di lubuk hati Shion, ia tahu…

Perjalanan ini tidak akan mudah.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of El Dorado
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!