Saat itu Diana tidak akan pernah menyangka bahwa dirinya akan berubah nasib menjadi tahanan cinta seorang pria tampan dan juga kaya. Dia dibawa paksa untuk menikah dengan pria yang tak dikenalnya itu.
Akankah Diana bisa melalui semuanya dengan sabar? ataukah dia akan berusaha kabur dari genggaman pria tersebut?
🌸🌸🌸🌸
Nantikan kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Evans yang tengah emosi karena Kirana yang sudah berbuat lancang, kini dibuat semakin emosi dengan sikap Diana yang membuatnya bertambah emosi.
Meski Evans tidak mengetahui maksud dari semua yang di ucapkan Diana yang sebenarnya cemburu melihat kejadian sebelumnya.
Namun yang tersisa diantara keduanya kini hanya kesalahpahaman dan ego dari masing-masing.
Diana menjadi bingung melihat sikap Evans namun dia juga takut jika Evans benar-benar marah dengannya.
"Huh.. kenapa Evans yang marah? apa dia tidak melihat penampilanku yang sudah siap makan dengannya? apa tidak bisa sedikitpun dia peduli? padahal aku yang melihatnya bermesraan dengan wanita lain" gumam Diana.
Meski dengan perasaan yang kacau Diana mencoba mengalah dengan pergi ke kamar Evans.
Tok.. Tok..
"Evans, ini aku Diana. Bisa bicara sebentar" ucap Diana di depan pintu.
Evans yang sedang kesal menjadi lebih kesal mendengar suara Diana.
Ceklek!
Evans membuka pintu dengan ekspresi wajah yang marah.
"Ada apa?" pekik Evans.
"Bi, bisa bicara sebentar Evans?" tanya Diana dengan perasaan yang takut.
"Yasudah, masuk!"
Evans mempersilahkan Diana masuk ke kamarnya meski dengan perasaan yang masih kesal.
Diana dengan ragu masuk ke kamar Evans namun dia berusaha untuk tenang.
"Evans, apa aku membuatmu marah?" ucap Diana.
"Ya! aku sudah menunggumu lama di sana tapi sampai aku mendatangimu justru kamu menyambutku dengan ketus! siapa yang tidak marah?" pekik Evans.
Evans tidak mau melihat Diana meski Diana berusaha mendekatinya dari belakang.
Diana terkejut namun dia merasa semua ini tidak adil baginya.
"Meski pernikahan kita ini hanya kontrak tapi aku ini istrimu Evans. Apa aku tidak berhak marah melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain? kalau kamu tidak mau melihatku, aku keluar sekarang"
Diana akhirnya mengatakan apa yang telah ia lihat sebelumnya lalu berbalik untuk keluar dari kamar Evans.
"Apa? jadi Diana melihat semuanya?" benak Evans dengan mata terbelalak.
Evans langsung berbalik lalu menghampiri Diana yang menangis karena sudah lelah dengan semua yang terjadi kepadanya.
"Tunggu!" Evans menarik tangan Diana.
"Lepas Evans" ucap Diana.
Evans memeluk Diana dari belakang untuk menghibur hati Diana yang terluka karena kesalahpahaman yang terjadi antara dia dan Kirana.
"Ini semua salah paham Diana, aku tidak tahu kamu melihatnya di saat seperti apa tapi aku benar-benar tidak ada hubungan apapun dengan Kirana" ucap Evans memeluk erat Diana.
"Apa aku tidak berhak merasa resah dan kecewa? sekarang hanya kamu tempatku pulang, Evans. Kalau bukan kamu, aku harus lari ke siapa? aku marah, aku tidak rela melihatmu dengan wanita lain, aku-
"Sstt.. Diana lihat aku" Evans membalikan badan Diana agar menghadap ke arahnya.
Dengan jelas Evans bisa melihat mata sembab Diana yang menangis karenanya.
"Jangan menangis lagi Diana" ucap Evans sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi Diana.
"Kamu selalu saja seperti itu Evans. Seenaknya saja membuat perasaanku seperti ini" jawab Diana sambil menepuk dada Evans.
"Diana.. istriku sayang. Tolong dengar aku sebentar saja, hm?" pinta Evans sambil menahan kedua lengan Diana.
Diana tidak menjawabnya namun Evans tetap menceritakan kejadian yang sebenarnya hingga semuanya jelas.
"Apa kamu sudah tenang Diana? aku mengatakan yang sebenarnya, aku memang kejam tapi aku bukan pria murahan yang tidak setia meski sudah mempunyai istri sebaik dan secantik kamu Diana" kata Evans dengan sungguh-sungguh.
"Ta, tapi kenapa perempuan itu bisa memelukmu seperti itu Evans?" tanya Diana masih tidak percaya.
"Diana.. aku juga tidak tahu kenapa dia melakukan hal itu tapi aku benar-benar marah dengan apa yang dia lakukan Diana. Aku tidak suka perempuan lain memelukku kecuali istriku" jawab Evans dengan tegas.
"Hmph! apa artinya hanya aku yang boleh memelukmu?" tanya Diana lagi.
"Tentu saja! peluk aku sebanyak yang kamu mau Diana" jawabnya dengan cepat sambil merentangkan tangannya.
Diana berbalik badan untuk mengontrol raut wajahnya yang di buat tersenyum tanpa henti dengan sikap dan perkataan Evans dengan menutupi mulutnya kemudian dia berbalik dengan ekspresi yang datar.
"Eum.. yasudah! semuanya sudah jelas, berarti urusan kita sudah selesai"
"Tunggu Diana, apa kamu tidak lapar?" tanya Evans.
"Tidak" jawabnya dengan cepat.
Kruyukk..
Tiba-tiba perut Diana berbunyi saat mulutnya berkata tidak.
"Haha.. ternyata istriku tidak bisa bohong" Evans tertawa mendengar kekonyolan yang terjadi kedua kalinya seperti saat itu.
"Jangan meledekku Evans, aku masih marah sama kamu" ucap Diana dengan kesal.
"Iya, iya.. maafkan suamimu ini ya? karena istriku sudah berusaha semaksimal mungkin hingga tampil sangat cantik, gimana kalau kita makan malam sekarang?" jawab Evans sambil menggodanya.
Diana menahan tawa dan senyum di wajahnya saat mendengar pujian dari Evans.
"Yasudah, sayang juga makanannya kan?" ucap Diana.
"Hmm.. iya benar" jawab Evans sambil tersenyum.
Evans menggandeng Diana untuk berjalan ke balkon rumah untuk melanjutkan makan malam yang tertunda.
Mereka tak saling bicara sepanjang jalan menuju ke atas namun Diana tersenyum senang berada di dekat Evans begitupun sebaliknya.
Meski sebelumnya terjadi kesalahpahaman namun kini terselesaikan dengan cepat karena Diana mau menurunkan egonya dan mengajak bicara terlebih dahulu ke Evans.
"Wah.. ternyata indah sekali" ucap Diana.
Sesampainya diatas Diana merasa sangat takjub dengan pemandangan malam yang terlihat dari sana.
Evans tersenyum senang melihat ekspresi Diana yang semakin cantik saat tersenyum.
"Hmm.. istriku, apa kamu senang?" ucapnya sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Diana lalu menempelkan dagunya ke pundak Diana.
"Iya suamiku, aku senang karena tempat ini terlihat lebih indah saat malam hari. Ternyata aku belum terlalu mengerti semua yang ada dirumah ini" jawab Diana sambil menyentuh wajah Evans yang sedang menempel di lehernya.
"Lain kali aku ajak kamu ke tempat yang lebih indah lagi Diana" ucap Evans sambil menghirup nafas panjang.
Aroma tubuh Diana yang harum di padukan dengan aroma parfum yang manis dan soft membuat Evans sangat nyaman memeluk Diana dari belakang dan terus mengendus aromanya hingga menempelkan hidungnya ke leher Diana.
"Ah, Evans. Bukannya kita mau makan? kenapa kamu memelukku seperti ini?" ucap Diana merasa tergelitik.
"Aku mau seperti ini lebih lama Diana, boleh ya.. hm?" pinta Evans.
"Eum.. baiklah tapi janji ya hanya sebentar saja"
"Iya sayang"
Evans memeluk Diana dengan erat di temani angin malam yang berhembus sejuk seolah sedang menstabilkan suhu tubuh keduanya yang mulai memanas karena saling bersentuhan.
Berbagi kehangatan tubuh dengan hati yang belum menyadari akan cinta yang mulai tumbuh dari keduanya kini menjadi momen yang dianggap sudah biasa dan wajar terjadi diantara suami istri.