NovelToon NovelToon
Bangkitnya Jiwa Beladiri Tertinggi.

Bangkitnya Jiwa Beladiri Tertinggi.

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Roh Supernatural
Popularitas:110.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Jin kazama

Feng Yan seorang pemuda yang tadinya di anggap jenius telah membangkitkan jiwa beladiri berupa manik hijau misterius yang tidak pernah di kenali dan tidak memiliki tingkatan kualitas sehingga semua orang mulai memandang rendah dirinya. dari yang tadi jenius yang di puja kini berubah menjadi sampah yang di pandang rendah.

tahun demi tahun berlalu. Feng Yang tidak pernah berputus asa hingga suatu hari dia kembali dengan kekuatan yang luar biasa. dia bangkit dengan kekuatan yang menggemparkan Dunia.

ikuti terus perjalanan Feng Yan untuk menjadi yang terkuat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10. Efek Racun Yang Mengerikan.

Bab 10. Efek Racun Yang Mengerikan.

Feng Yan berdiri dengan wajah dingin dan penuh amarah, matanya berkilau tajam saat dia bertanya, "Siapa yang melakukan ini semua?" Suaranya menggema, penuh tekanan dan ancaman. Raja Kera Tulang Besi bergidik ngeri mendengar nada suaranya, seolah merasakan gelombang kemarahan yang menyelimuti Feng Yan. Dengan cepat, dia memberi isyarat untuk mengikuti.

Setelah satu jam perjalanan, mereka tiba di sebuah gua kecil yang jauh lebih sempit dari tempat tinggal biasa para Kera Tulang Besi. Feng Yan merasakan ketegangan di dalam dirinya saat melihat keadaan di dalam gua. Di sana, banyak kera, baik tua maupun dewasa, tergeletak dengan luka-luka parah. Suasana di tempat itu dipenuhi dengan kesedihan dan keputusasaan. Namun, yang paling membuatnya marah hingga dadanya sesak adalah pemandangan beberapa kera kecil yang terbaring lemah, terluka parah. Matanya buta sebelah, dan tangan kanannya patah.

Feng Yan mengenali salah satu dari mereka; itu adalah kera kecil yang selalu bermain bersamanya. Kenangan indah saat mereka tertawa dan berlari-larian di bawah sinar matahari kini terasa seperti mimpi buruk. Rasa kasihan dan kemarahan membanjiri hatinya, membuatnya hampir tidak bisa bernafas. "Siapa yang berani melakukan ini?" pikirnya, amarahnya semakin membara.

Dia merasa seperti ada api yang menyala di dalam dirinya, membakar semua rasa empati dan keadilan. Dia tidak bisa membiarkan ini terjadi. Tanpa menunda waktu lagi, Feng Yan mengalihkan fokusnya. Dia memanggil Manik Hijau yang ada di dalam jiwanya, merasakan kekuatan penyembuhan yang mengalir melalui tubuhnya.

Dengan sigap, dia mendekati para kera yang terluka. Tangannya bergerak cepat, menyentuh luka-luka mereka satu per satu. Energi hijau mulai mengalir, menyelimuti tubuh mereka, mengembalikan harapan dan kehidupan. Dia merasakan ikatan yang kuat terbentuk antara dirinya dan para kera, seolah-olah mereka saling berbagi rasa sakit dan harapan untuk sembuh.

Setiap kali Feng Yan menyembuhkan kera kecil yang terbaring lemah, ingatan akan tawa dan keceriaan mereka menghantui pikirannya. Dia tidak bisa membayangkan betapa kejamnya dunia ini, yang bisa menyebabkan luka sedalam itu pada makhluk tak berdaya. Setiap kali dia melihat mata kosong dan tubuh yang lemah, kemarahan dalam dirinya semakin membara.

Akhirnya, setelah menyembuhkan semua yang terluka, Feng Yan merasa kelelahan, tetapi ada rasa lega yang mendalam. Raja Kera Tulang Besi mendekat, menggunakan bahasa isyarat untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan harapan. Namun, Feng Yan masih terjebak dalam perasaannya sendiri. Dia tahu bahwa ini bukan akhir; dia harus menemukan pelaku kejam itu dan memastikan bahwa mereka tidak akan pernah melukai siapa pun lagi.

Saat dia memandang ke arah para Kera Tulang Besi yang kini mulai pulih, Feng Yan berjanji dalam hati untuk melindungi mereka. Rasa marah dan rasa empati yang campur aduk membuatnya semakin bertekad. Dia tidak hanya berjuang untuk mereka, tetapi juga untuk keadilan yang harus ditegakkan di dunia yang penuh dengan kekejaman ini.

“Siapa yang melakukan ini?” tanya Feng Yan sekali lagi, suaranya penuh ketegangan. Wajahnya menunjukkan kemarahan yang mendalam, seolah-olah setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah ancaman bagi siapa pun yang telah melukai para Kera Tulang Besi.

Raja Kera Tulang Besi, setelah berpikir sejenak, akhirnya memberi isyarat agar Feng Yan mengikutinya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Feng Yan mengikuti langkahnya, hatinya berdebar-debar. Setiap langkah terasa berat, seperti ada beban yang mengikatnya. Dia mengerutkan kening, kebingungan menyelimuti pikirannya. “Kemana kita pergi?” batinnya bertanya.

Setelah satu jam perjalanan, mereka tiba di dekat pemukiman rumah mereka yang sebelumnya. Namun, Feng Yan segera menyadari bahwa mereka tidak benar-benar sampai di tempat tinggal yang aman. Raja Kera Tulang Besi bergerak perlahan, mengendap-endap di balik rerimbunan daun. Feng Yan hanya bisa memperhatikan, rasa ingin tahunya semakin membara.

Ketika matanya melihat ke arah yang ditunjukkan Raja Kera, hatinya tercekat. Di hadapannya, segerombolan 12 Monster Kera Api menguasai wilayah itu. Sebelas monster memiliki kekuatan setara kultivator tahap 3 level 2 dan tahap 2 level 9, sementara satu monster yang paling besar dan mengerikan berada di tahap 4 level 1. Aura kekuatan yang mengerikan memancar dari mereka, menciptakan suasana menakutkan yang membuat Feng Yan merinding.

Melihat pemandangan ini, Feng Yan merasakan kemarahan dan kepedihan yang mendalam. Dia bisa mengambil kesimpulan bahwa pasukan Kera Tulang Besi telah diusir dari rumah mereka sendiri oleh monster-monster yang jauh lebih kuat. Rasa frustrasi dan ketidakberdayaan menghantui pikirannya. Dia merasa seolah-olah dunia ini tidak adil, dan dia terjebak dalam hukum rimba yang kejam.

Dia menghela napas, suara berat yang penuh dengan keputusasaan. “Beginilah dunia,” gumamnya, “di mana hukum rimba berlaku. Yang kuat berkuasa, yang lemah akan ditindas.” Setiap kata itu terasa seperti duri yang menusuk hatinya. Dia tidak bisa membayangkan betapa menyedihkannya bagi para Kera Tulang Besi yang telah kehilangan rumah dan tempat tinggal mereka.

Rasa marahnya mulai membara, tetapi di dalam hatinya juga ada rasa empati yang mendalam. Dia teringat pada kera kecil yang terluka, pada tawa mereka yang kini hanya tinggal kenangan. Feng Yan merasa terjebak dalam dilema—di satu sisi, dia ingin melindungi mereka, tetapi di sisi lain, dia tahu bahwa melawan monster-monster itu adalah tindakan yang sangat berbahaya.

Kepala Feng Yan berputar, pikirannya berusaha mencari solusi. Dia tidak bisa membiarkan keadaan ini terus berlanjut. Dia harus melakukan sesuatu. Namun, rasa takut akan kegagalan dan kehilangan menghantuinya. Apa yang bisa dia lakukan melawan kekuatan yang begitu besar?

Dengan tekad yang baru, Feng Yan menatap Raja Kera Tulang Besi. “Kita harus berjuang kembali,” ujarnya, suaranya lebih tenang namun penuh keyakinan. “Kita tidak boleh menyerah pada kejahatan ini. Kita akan menemukan cara untuk merebut kembali rumah kalian.”

Raja Kera Tulang Besi mengangguk, matanya bersinar dengan harapan yang baru. Dalam momen itu, Feng Yan merasakan ikatan yang kuat antara mereka. Mereka mungkin lemah, tetapi bersama, mereka bisa menjadi kekuatan yang tak terduga. Dan di dalam hatinya, Feng Yan berjanji untuk melindungi para Kera Tulang Besi, tidak peduli seberapa besar tantangan yang harus mereka hadapi.

Masih Di Tempat Gua Tempat Keja Tulang Besi Mengungsi.

Feng Yan duduk di sudut gua, pikirannya berputar cepat. Dia tahu bahwa menghadapi gerombolan Kera Api bukanlah tugas yang mudah. Mereka bukan hanya kuat, tetapi juga memiliki pengalaman bertarung yang jauh lebih tinggi. Kini, dia harus memikirkan strategi yang tepat untuk melawan mereka.

“Ini bukan sekadar pertarungan fisik,” Gumamnya pada diri sendiri. “Aku harus lebih cerdas. Mereka mungkin lebih kuat, tapi aku bisa mengalahkan mereka dengan taktik.”

Dengan tekad yang bulat, Feng Yan mulai merencanakan langkah-langkahnya. Dia tidak ingin bergantung pada cincin dari Han Chen, meskipun itu bisa memberikan banyak keuntungan.

“Belum saatnya mengandalkan barang-barang itu. Kekuatan Manik Hijau sudah cukup untuk menyembuhkan para Kera Tulang Besi yang terluka. Tapi… apakah itu cukup ?”

Dia mengambil napas dalam-dalam dan mulai menyiapkan racun-racun mematikan yang dia buat. “Racun-racun ini bisa menjadi kunci kemenangan. Setiap racun memiliki efek yang berbeda, dan aku harus memanfaatkan semuanya dengan bijak.”

Dia merenungkan setiap racun yang telah disiapkannya:

Racun Bayangan: “Dengan kemampuannya untuk menghilangkan kesadaran, ini bisa membuat mereka terjebak dalam ilusi. Itu akan memberi kita kesempatan untuk menyerang tanpa terdeteksi.”

Racun Serpihan: “Kerusakan jangka panjang pada sistem pernapasan dan saraf. Ini akan melemahkan mereka sebelum pertempuran dimulai. Bagus.”

Racun Api: “Rasa sakit yang luar biasa pada organ dalam… Ini akan membuat mereka kehilangan fokus. Mereka tidak akan siap menghadapi serangan kita.”

Racun Hening: “Melemahkan sistem kekebalan tubuh secara perlahan. Musuh tidak akan menyadari bahwa mereka sedang dalam bahaya. Ini cerdas.”

Racun Tersembunyi: “Kelumpuhan total… Ini bisa menjadi kejutan fatal. Mereka tidak akan tahu apa yang menghancurkan mereka.”

Racun Energi: “Menguras Qi dan energi kehidupan. Ini akan membuat mereka tak berdaya. Aku suka ini.”

Racun Gas: “Menyebar cepat dan mempengaruhi banyak musuh sekaligus. Ini bisa menciptakan kekacauan, dan kita bisa memanfaatkan itu.”

Racun Mematikan:“Serangan yang cepat dan mendalam. Jika keadaan mendesak, ini bisa menjadi senjata pamungkas.”

Racun Racun: “Sangat kuat dan merusak semua organ dalam waktu singkat. Ini adalah langkah terakhir jika kita terdesak.”

Racun Gelap: “Rasa sakit luar biasa dan pembusukan organ secara perlahan. Ini bisa menghancurkan mereka dari dalam.”

Feng Yan tahu bahwa dalam pertempuran, bukan hanya kekuatan yang dibutuhkan, tetapi juga otak dan taktik yang sempurna. “Jadi, bagaimana aku bisa memanfaatkan semua ini?” Tanyanya pada dirinya sendiri. “Aku harus memvisualisasikan skenario pertempuran. Bagaimana cara mendekati mereka? Kapan harus menyerang dan mundur?”

Dia membayangkan setiap langkah, dari bagaimana mereka akan mendekati gerombolan Kera Api hingga cara menyerang dan mundur dengan cepat.

“Setiap detail penting,” pikirnya. “Aku harus memastikan para Kera Tulang Besi tahu apa yang harus dilakukan dan kapan.”

Feng Yan berencana membagikan beberapa racun buatannya kepada beberapa Kera Tulang Besi dewasa yang sanggup bertarung. Rencana sederhana lempar saja racun itu saat moments paling kritis.

Dengan semangat baru, Feng Yan mengumpulkan para Kera Tulang Besi dan menjelaskan rencananya. Dia berbicara dengan penuh keyakinan, membangkitkan semangat mereka. “Kita mungkin tidak sekuat mereka, tetapi kita memiliki kecerdasan dan strategi. Bersama, kita bisa merebut kembali rumah kita!”

Mendengar kata-kata Feng Yan, para Kera Tulang Besi merasa terinspirasi. Mereka tahu bahwa meskipun tantangan di depan sangat besar, mereka memiliki pemimpin yang percaya pada mereka. Dengan hati yang penuh harapan, mereka bersiap untuk menghadapi pertempuran yang akan menentukan nasib mereka.

Feng Yan menatap mereka, merasa ada beban besar di pundaknya. “Aku tidak bisa gagal. Tidak hanya untuk diriku, tetapi untuk mereka. Ini adalah kesempatan kita untuk bangkit kembali.”

Yang saat ini patut Feng Yan syukuri adalah kemampuannya dalam penguasaan tehnik ruang dan waktu hampir mendekati kesuksesan besar.

“Aku hampir berhasil menguasai teknik ruang dan waktu dengan lebih baik,” pikirnya sambil tersenyum. “Kemampuan teleportasiku gerakannya semakin halus. Kini, aku bisa berpindah sejauh 5 meter sebanyak 10 kali tanpa lelah. Ini pencapaian luar biasa!”

Dia mengingat semua latihan yang telah dilalui.

"Setiap usaha membuahkan hasil. Teknik ini akan sangat berguna dalam pertempuran melawan Kera Api. Aku bisa menghindari serangan mereka dan menyerang dari posisi tak terduga."

Feng Yan membayangkan cara memanfaatkan kemampuannya.

"Dengan teleportasi, aku bisa bergerak cepat di medan perang. Jika situasi sulit, aku bisa mundur dan merencanakan serangan lagi, atau muncul tiba-tiba di belakang musuh."

Dia berdiri dan berlatih, melakukan beberapa teleportasi singkat. "Satu… dua… tiga…" Setiap kali muncul di tempat baru, dia merasakan kebebasan dan kekuatan.

"Ini adalah keunggulan yang tidak dimiliki banyak orang," Gumamnya.

"Jika aku menggabungkan teknik ini dengan racun-racun yang sudah disiapkan, kita bisa mengubah jalannya pertempuran."

Feng Yan menatap para Kera Tulang Besi yang bersiap di sekitarnya. “Dengan kemampuan ini, aku bisa menjadi pemimpin yang lebih baik. Aku akan melindungi mereka dan memimpin menuju kemenangan."

Dia merasa percaya diri. Ini adalah hal yang paling penting. Ya g penting berani. mental harus di perkuat terlebih dahulu.

"Aku harus menggunakan semua yang aku miliki untuk melindungi para Kera Tulang Besi.. Ini kesempatan kita untuk bangkit dan menunjukkan kekuatan!"

Dengan semangat membara, Feng Yan bersiap menghadapi tantangan. Dia tahu bahwa dengan kecerdasan, taktik, dan kemampuan teleportasinya, mereka memiliki peluang untuk menang. “Tidak ada yang bisa menghentikan kita!” pikirnya penuh keyakinan.

Tiga hari kemudian, penyerangan pun dimulai. Saat itu malam hari.

Saat tiba di lokasi, Feng Yan memberikan aba-aba. Pasukan Kera Tulang Besi segera melempar racun pelumpuh ke arah musuh. Racun itu menyebar cepat, menciptakan kabut berbahaya yang membuat Kera Api terpengaruh.

Feng Yan, yang berada di belakang, memanfaatkan momen itu untuk melakukan teleportasi. Dia muncul di posisi yang strategis, siap menyerang musuh yang sudah melemah. Dengan kombinasi racun dan kemampuan teleportasinya, mereka bertekad untuk merebut kembali wilayah mereka.

“Sekarang!” teriak Feng Yan, memimpin serangan. Pasukan Kera Tulang Besi maju dengan semangat, siap menghadapi tantangan di depan.

Pertama adalah racun hening, yang dirancang untuk melumpuhkan tanpa suara. Racun ini berbahaya dan tak terdeteksi, memberikan keuntungan strategis dalam pertempuran. Di sampingnya, ada racun energi, yang dirancang untuk menghancurkan dengan cepat dan efektif, membuat musuh kehilangan kekuatan.

Di malam hari yang gelap, dua belas Kera Tulang Besi dewasa berdiri berbaris, masing-masing dengan tatapan membunuh yang penuh kekejaman. Dalam suasana malam yang mencekam, mereka merasakan kemarahan dan kesedihan yang mendalam, mengingat anak-anak kera yang terluka dan menjadi korban dalam pertempuran sebelumnya. Setiap wajah mencerminkan rasa sakit dan kehilangan, tetapi juga tekad yang tak tergoyahkan untuk melindungi yang tersisa.

Ketika mereka menyiapkan kedua racun tersebut, emosi mereka semakin membara. Kebencian terhadap Kera Api yang telah menyebabkan penderitaan ini mengisi dada mereka. Mereka tidak hanya berjuang untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk semua yang telah menderita. Setiap gerakan dipenuhi dengan semangat balas dendam, dan mereka bertekad untuk memastikan bahwa tidak ada lagi anak-anak yang akan terluka.

Saat racun hening dan racun energi dilepaskan secara bersamaan, malam semakin terasa menegangkan. Mereka merasakan perpaduan antara harapan dan kemarahan. Ini adalah saat penebusan, saat di mana mereka akan menunjukkan bahwa mereka tidak akan lagi menjadi korban.

Dengan hati yang penuh emosi, mereka melangkah maju, siap menghadapi musuh dan mengakhiri siklus penderitaan ini.

 

Para pasukan Kera Api yang tidur dengan nyaman tiba-tiba terbangun dalam keadaan terkejut, tetapi kebahagiaan mereka seakan sirna dalam sekejap. Racun hening dan racun energi yang menyebar di udara segera bereaksi di dalam tubuh mereka, menciptakan efek yang sangat mengerikan. Sensasi nyeri yang tajam menjalar seperti api membakar, membuat setiap gerakan terasa seperti siksaan.

Kekuatan Qi dan vitalitas mereka menguap dengan cepat, seolah-olah energi kehidupan mereka disedot secara paksa. Mereka merasakan tubuh mereka melemah, otot-otot mereka berkontraksi tanpa kendali, dan napas menjadi tersengal-sengal. Beberapa dari mereka terjatuh, wajah mereka berubah pucat dan penuh ketakutan, mata melotot seolah mencari harapan yang tak kunjung datang.

Suara tercekik dan jeritan kesakitan menggema di malam yang gelap, menciptakan suasana tragis yang menghancurkan. Dalam detik-detik terakhir, mereka merasakan kepanikan yang mendalam, teringat akan keluarga dan teman-teman yang mungkin tidak akan pernah mereka lihat lagi. Rasa takut dan penyesalan menyelimuti mereka, sementara tubuh mereka semakin kehilangan kendali.

Beberapa Kera Api berusaha meraih satu sama lain, tetapi tangan mereka terkulai lemah, seolah terputus dari harapan. Dalam kegelapan malam, mereka merasakan keputusasaan yang mendalam, seolah-olah hidup mereka ditarik pergi oleh kekuatan yang tak terlihat.

Di luar, para Kera Tulang Besi menyaksikan dengan tatapan penuh semangat. Meskipun mereka merasakan kepuasan atas kemenangan yang telah diraih, mereka juga tidak bisa menahan rasa sakit yang mendalam melihat musuh yang telah terjebak dalam penderitaan. Ini adalah momen balas dendam, tetapi juga momen yang penuh tragedi, di mana kehidupan dan harapan direnggut dalam sekejap mata.

1
Chu Wielan Sheng
kalo bisa 1000 penonton ngobrol,jd asik kayak acara mama rempong😂😂😂
Chu Wielan Sheng
pertarungan mode anak SMK
Stanjo Manggarai 18
terlalu bertele-tele thor. bisa gak untuk bikin yg lebih simpel gitu
Stanjo Manggarai 18
thor cerita nya udah bagus banget cuma terlalu bertele-tele
🔵@🍾⃝ ͩAᷞғͧɪᷡғͣ DLUNA: di bab selanjutnya udh mulai di perbaiki🙏🙏soalnya masih pemula..
total 1 replies
Xpresy Ponsel
Luar biasa
Maz Tama
mantap Thor..lanjutt
Maz Tama
tumben kayaknya panjang nih chapter
Zainal Tyre
adu tanding ini aja sdh berapa episode
terlalu lama bulet di sini aja hadeh lebih baik cabut by by by
🔵@🍾⃝ ͩAᷞғͧɪᷡғͣ DLUNA: silahkan cabut dan cari novel yang sesuai dengan yg anda mau .atau anda bisa membuat novel anda sndri dan silahkan baca sendiri
total 1 replies
Ban Jar
lanjutkan Thor nanggung
🔵@🍾⃝ ͩAᷞғͧɪᷡғͣ DLUNA: hahahaha
total 1 replies
Zainal Tyre
kalo tdk ada MCnya di percepat aja thor kelamaan jd di scrol² aja tdk dibaca
🔵@🍾⃝ ͩAᷞғͧɪᷡғͣ DLUNA: sabar...semua ada prosesnya..silahkan baca dan nikmati saja..happy reading guys...
total 1 replies
Maz Tama
mantap Thor... semoga bisa rutin update nya
Umar Muhdhar
3
Umar Muhdhar
2
Umar Muhdhar
1
Maz Tama
lanjut thor
M aman Santoso
Luar biasa
ibnu zaenal
kl terus bertele-tele malas bacanya
ibnu zaenal
bertele-tele thor
ibnu zaenal
agak d peringkat kata 2nya jgn terlalu bertele-tele
Maz Tama
ok lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!