Aku tidak bisa menceraikan mu shafa, tapi aku juga tidak bisa meningalkan alena, apa lagi saat ini alena tengah hamil anak ku, dan aku juga sudah berjanji untuk bertanggung jawab.
begitu lah ke egois san Cakra sebagai seorang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perubahan Alena
"Tepat satu malam cakra dan Alena menempati kontrakan kecil yang berhasil mereka cari denga susah payah.
" Pukul delapan pagi, ketika cahaya matahari menembus pentilasi udara, cakra mengejutkan mata, semalam ia tak dapat tidur karena merasa tak nyaman dengan kondisi tempat tidur baru nya, yang jauh berbeda dengan yang tersedia dirumah shafa.
kasur yang keras tidak ada AC dan ruangan yang sempit.
membuat pria itu sedikit merasa gak nyaman.
Lain dengan Alena yang sudah terbiasa tingal dirumah tanpa AC, meski kontrakan yang saat ini tinggal i, lebih baik dari tempat tinggalnya saat bersama satrio, tetap saja Alena mengrutu
Niatnya ingin tinggal di istana yang full fasilitas justru harus tingal dikontrakan.
namun cakra berusaha meyakinkan bahwa itu semua hanya akan berlangsung sementara.
"Cakra bangun terlebih dahulu untuk membersihkan diri, setelah nya ia kembali kekamar untuk memakai pakaian dinas nya.
" Sayang bangun'! cepat bikinkan sarapan aku sudah laper ini, ujar nya seraya menguncang pelan tubuh Alena.
namun wanita itu tak kunjung bangun.
"Sayang,, cepet bagun" cakra tak menyerah kembali menguncang tubuh istrinya itu.
Wanita itu terbangun seketika.
"Apa sih mas"?
masih ngantuk ini mas. Bentak nya dengan nada bicara tinggi.
"Jelas saja cakra terkejut, bahkan ini pertama kalinya wanita yang kerap bersikap manja pada nya.
Padahal selama ini yang cakra ketahui ia merupakan sosok yang lembut, dan hal itulah yang membuat cakra melabuhkan hati nya.
Tapi mas,, sudah lapar Alena"?!
sebentar lagi mas juga harus berangkat kerja ini,
Aku capek mas,, seharian muter-muter cari kontrak an. mas kan mau kerja kalau laper makan aja dikafe mas.
Pria itu mengela nafas panjang, mencoba memupuk sabar, meski sebenarnya kesal.
Berbeda dengan Shafa yang selelah apa pun
tetap tak mengabaikan tugas nya memanjakan cakra dalam segala hal apa pun terutama soal perutnya.
bahkan saat shafa tengah mengandung, masih bisa mengurus nya.
Namun shafa tak pernah mengeluh, tak sedikit pun ia memprotes apa lagi sampai meninggikan suara.
Cakra berdecak, entah mengapa ingat an shafa akhir-akhir ini sulit di enyahkan.
"Mas,, aku sedang hamin aku butuh istirahat yang cukup, mas ngerti tidak sih"?
soal makan kan bisa beli dulu di luar gak usah masak. ujar Alena
wanita itu kesal sebab impiannya untuk hidup enak bersama cakra kini nyatanya berbanding terbalik.
Wanita itu ingin seperti shafa yang saat menjadi istri cakra, semua serba dilayani oleh asisten rumah tangga.
"Alena merasa jika ini tidak adil.
setidaknya jika memang sekarang pria itu tidak mampu memberikan hal serupa, maka mengerti lah, lakukan semua itu sendiri.
Sementara itu cakra membulat kan matanya,
tak menyangka jika perkataan itu akan meluncur begitu saja.
sungguh seratus Sembilan puluh derajat, berbeda dengan Alena yang sebelumnya.
"Cakra yang semula duduk dibibir ranjang bergegas bangkit.
pria itu pergi ke kafe daripada harus berselisih dengan Alena, rencana ia juga akan sarapan di kafe aja sekalian.
Setelah melakukan perjalanan selama tiga puluh menit, pria itu telah sampai tepat didepan kafe, setelah memarkirkan mobilnya ia melangkah menuju kafe.
saat pria itu mau masuk, Tiba-tiba kedua satpam itu menghalangi langkah cakra.
" Maaf pa.... mulai sekarang bapak tidak di ijinkan masuk ke kafe ini atas perintah bu shafa, ucap satpam itu.
"A,, apa...? kenapa aku gak boleh masuk pak
tanya cakra.
Iya Pak,, karena posisi bapak sebagai general manager telah digantikan.
Tidak mungkin ini pak... tanya cakra gak Terima.
