Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Rahasia
"Masuk Bian." ucap Julian memaksa temannya itu untuk masuk kedalam mobil milik Viola.
"Sorry, aku ada urusan lain. Lain kaki saja kita ngobrol lagi." jawab Abian menolak ajakan Julian.
Dosen muda itu belum mengetahui rencana yang disusun bersama Sonia gagal. Yang ada dalam pikirannya, dia harus segera kembali ke mobilnya menunggu dua pria penjaga dan pelayan cafe mengantarkan Khalisa. Lalu membawa pergi gadis itu sejauh mungkin.
"Urusan apa Bi? Mau culik calon adik ipar aku? Sorry Bi, kamu tidak berhasil." ucap Julian, membuat Abian menatap teman sekolahnya itu.
"Apa maksud kamu?" tanya Abian pura-pura tidak mengerti.
"Sudah tidak usah pura-pura bodoh. Aku tahu apa yang kamu rencanakan bersama kekasih Sultan itu." jawab Julian.
"Masuklah! Aku hanya ingin menolong kamu, Bi. Aku tidak ingin orang-orang Narendra membawa kamu dan memberikan pelajaran terhadap apa yang sudah kamu lakukan pada Khalisa." ucap Julian lagi.
Abian menatap Julian. Tidak ada kebohongan disana. Julian memang ingin menolongnya. Mau tidak mau Abian masuk kedalam mobil Viola, seperti perintah temannya itu.
"Kamu ingin membawa aku pergi dari sini, kan? Kenapa belum jalan juga?" tanya Abian kerena Julian tidak juga melajukan kendaraannya.
Julian terkekeh, "Sabar Dude, tunggu calon istriku dulu." jawab Julian.
"Kamu dibutakan oleh amarah, sehingga tidak sadar kalau kamu sudah dimanfaatkan oleh kekasih gelap Sultan." ucap Julian mencoba menasehati Abian.
"Aku sudah lama menandainya jadi milikku." jawab Abian.
"Aku tahu sobat, tapi cinta tidak bisa dipaksakan. Jodoh juga sudah ada yang mengatur. Jangan rusak dirimu hanya karena tidak bisa bersama gadis yang kamu cintai. Bukankah cinta tak selamanya harus memiliki?" balas Julian. Lalu pria itu melajukan kendaraan milik Viola begitu melihat kekasihnya keluar dari pintu samping cafe.
Viola masuk lalu duduk di bangku penumpang bagian tengah. Dia tersenyum pada Abian. Mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Tapi Viola mengenali wajah Abian.
"Kenapa lama Honey?" tanya Julian.
"Aku memastikan Sonia tidak melakukan hal yang buruk terhadap Ica." jawab Viola.
Viola tidak benar-benar meninggalkan cafe setelah bicara dengan Sonia. Dia menunggu umpannya termakan oleh Sonia dan Sultan. Viola berhasil membuat Sonia pergi meninggalkan cafe dan Sultan yang kecewa karena diabaikan.
"See Abian!" ucap Julian, "Rencana kamu dan Sonia gagal." ucap Julian.
Abian tidak membalas ucapan Julian. Pria itu justru keluar dari mobil yang Julian kendarai. Dia langsung masuk ke dalam mobil miliknya yang memang terparkir tidak jauh dari pintu samping cafe, tempat Viola keluar.
Pria itu melajukan kendaraannya. Sepanjang jalan, sambil mengendarai kendaraannya, Abian masih saja memikirkan cara untuk mendapatkan Khalisa. Nasehat yang sebelumnya Julian lontarkan, Abian abaikan. Padahal itu untuk kebaikannya sendiri.
Abian memutuskan untuk pulang ke apartement Sultan. Sebelum membersihkan diri, pria itu menyempatkan untuk mengirim pesan pada Khalisa. Mantan mahasiswinya itu harus tahu, isi hatinya, kemarahannya dan juga rasa kecewanya atas keputusan yang diambil Khalisa. Karena gadis itu masih menggantung hubungan mereka.
***
Pagi ini Khalisa menikmati sarapannya bersama Paman Kamal, bibi Amanda dan Darel saja. Ingin Khalisa bertanya dimana Sonia, tapi kedua orang tua yang ada dihadapannya saat ini seperti tidak peduli dengan ketidak hadiran putri mereka.
Matanya melirik Darel. Pemuda itu juga tampak biasa saja. "Apa kak Nia ada pemotretan di luar kota ya?" tanya Khalisa dalam hati.
Sampai detik ini Khalisa belum tahu jika Sonia berubah pikiran. Calon istri Narendra itu masih saja memikirkan yang baik-baik tentang kakak sepupunya itu. Khalisa juga tidak tahu Sonia bekerja sama dengan Abian.
Untuk masalahnya dengan Abian, Khalisa bisa sedikit bernapas lega. Tadi pagi Viola mengirim pesan untuk tidak memperdulikan chat yang dikirimkan dosen muda itu. Viola mengatakan, kalau dia yang akan mengurus Abian. Dan meminta Khalisa fokus dengan persiapan pernikahannya saja.
"Papa berangkat duluan." ucap paman Kamal setelah menghabiskan sarapannya.
"Iya Pa." jawab Khalisa dan Darel bersamaan.
Seperti biasa bibi Amanda mengantar paman Kamal sampai pria itu masuk kedalam mobil. Tinggalah Khalisa dan Darel di meja makan.
"Rel, kamu tahu kemana kak Nia? Sudah dua hari ini dia tidak ikut sarapan dengan kita. Tadi malam dia juga tidak hadir di acara Kakak." tanya Khalisa.
"Kak Nia kabur." jawab Darel.
"Maksudnya?" tanya Khalisa tidak mengerti.
"Sudahlah Kak, biarkan saja. Untuk apa kita menghawatirkan orang yang sudah membuat malu keluarga. Sudah dirawat dan disayang seperti anak sendiri, tapi balasannya seperti ini." ucap Darel yang tidak sadar mengungkap siapa Sonia sebenarnya.
Tidak ada yang tahu rahasia yang Darel ketahui secara tidak sengaja kemarin pagi. Setelah Khalisa dan Narendra berangkat ke kantor, Paman Kamal dan bibi Amanda membicarakan Sonia yang kabur. Keduanya sedang berada di ruang kerja paman Kamal, sambil mengecek cctv.
Di cctv yang mereka periksa, memperlihatkan Sonia yang pergi sambil membawa koper masuk kedalam mobilnya sebelum subuh. Keduanya bisa menarik kesimpulan, Sonia kabur dari rumah. Karena itu saat sarapan bibi Amanda tidak ingin membicarakan Sonia.
"Apa Papa terlalu kasar karena menampar dia, Ma?" tanya paman Kamal.
"Sudahlah Pa, biarkan saja kalau dia mau pergi. Kita sebagai orang tuanya sudah membimbingnya sebaik mungkin. Dia yang memilih jalan yang salah, dia juga yang memilih untuk pergi dari keluarga kita. Dia sudah dewasa, sudah punya penghasilan sendiri, biarkan saja dia hidup sendiri diluar sana." ucap bibi Amanda menanggapi pertanyaan paman Kamal.
"Tapi Ma...."
"Tidak ada tapi-tapi Pa. Ingat! Dia bukan putri kandung kita. Kurang apa kita sama anak itu. Sejak bayi kita rawat dan kita besarkan seperti anak sendiri. Bahkan kita terkadang lupa kalau dia adalah bayi yang tidak berdaya yang kita temukan dijalanan dua puluh lima tahun yang lalu." ucap bibi Amanda.
"Ma, jaga bicara kamu. Diluar masih ada Darel. Jangan sampai ada yang tahu kebenaran ini." ucap paman Kamal menegur bibi Amanda untuk hati-hati.
Sayangnya teguran paman Kamal terlambat. Darel sudah mendengarkan perdebatan kedua orang tuanya sejak tadi. Dan ucapan bibi Amanda tentu saja membuat Darel terkejut.
"Sudahlah Pa, tidak usah dicari. Anak itu sudah membuat malu keluarga kita. Untung saja Rendra cepat menyadari perasaannya pada Ica. Sehingga dia tidak mempermasalahkan penghianatan Nia." ucap bibi Amanda. Jelas tercetak kekecewaan yang sangat dalam dari wajah wanita paruh baya itu, yang masih tetap cantik di usianya saat ini.
"Darel, kamu bicara apa?" tanya Khalisa terkejut dengan perkataan Darel.
"Bukan apa-apa. Nanti Kakak juga akan tahu." jawab Darel lalu berdiri, berniat untuk meninggalkan kakak sepupunya.
Khalisa dengan cepat menahan langkah adik sepupunya itu, "Katakan apa yang kamu ketahui, Darel." ucap Khalisa.
Darel menarik tangan Khalisa menuju gudang, tempat yang jarang sekali didatangi oleh bibi Amanda. Lalu pemuda itu menceritakan apa yang dia dengar kemarin pagi pada Khalisa.
Rasanya Khalisa tidak ingin percaya apa yang Darel katakan, tapi pemuda itu tidak pernah berbohong. Hebat sekali paman dan bibinya menyimpan rahasia sebesar ini.
"Jangan tunjukkan apapun sama mama dan papa kalau kita mengetahui rahasia ini." ucap Khalisa. Darel satu pemikiran dengan Khalisa. Hanya saja, dia sering tidak bisa mengontrol diri. Seperti tadi contohnya. Dia kelepasan bicara sehingga Khalisa menuntut penjelasan.
"Ayo keluar, takut mama cariin kita." ucap Khalisa lagi.
"Kak, ini mobilnya aku balikin." ucap Darel sambil menyerahkan kunci mobi milik Khalisa.
"Pakai saja kalau kamu masih mau pakai." balas Khalisa.
"Enggak deh Kak. Udah enggak jalan sama gebetan lagi." jawab Darel.
"Kenapa?" tanya Khalisa. Melihat wajah adiknya sepertinya pemuda itu sedang patah hati.
"Dia ternyata model baru di Karlina Agency."
"Lalu?" tanya Khalisa karena Darel tidak melanjutkan ucapannya.
"Darel tidak cocok dengan orang yang bekerja di bidang seperti itu." jawab Darel, menyembunyikan kenyataan kalau dia melihat gadis yang dia ajak kencan justru bercium an dengan Devan di dalam mobil pria itu.
Sementara itu, diteras depan paman Kamal bertemu Narendra yang baru tiba untuk menjemput Khalisa. Keduanya tampak bicara serius, entah apa yang mereka bicarakan. Khalisa tidak berani menganggu, sehingga dia mengurungkan niatnya untuk mendekat. Sampai Narendra menyadari keberadaan Khalisa, barulah mereka menghentikan pembahasan mereka.
...◇◇◇...