Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 28" Salah
Kebahagiaan tak semua orang bisa merasakan nya, aku sendiri mengalami itu, aku belum bahagia, aku masih terbaring di ranjang rumah sakit, alat medis itu belum lepas dari tubuhku, perasaan bersalah mulai menyelimuti lebih dalam lagi hati kak Ryan.
Dia sedang duduk di bangku panjang dekat taman belakang rumah sakit, dia tak berani masuk untuk melihatku.
" Nak jangan melamun" Ucap pria setengah baya yg duduk di samping nya,memakai tongkat. Kak Ryan langsung menoleh dan memberikan senyum getir nya.
" Iya pak" Kak Ryan tersenyum melihat wajah nya, bibir itu bergetar, air mata nya masih membasahi kedua pipi berjerawat itu.
" Bapak tau kok, kamu lagi sedih dan bingung , nak, sayangi lah adik mu, kasian dia, bapak tau sekarang adik mu lagi berjuang untuk bertahan hidup" Ucap nya sambil menepuk pundak kak Ryan.
" Iya pak, dia koma, saya merasa bersalah, tapi jujur hati ini belum sanggup untuk menemui nya" Kak Ryan menyeka air mata itu, berusaha tersenyum meski di paksakan .
" Nak, bapak tau, kejadian yg kita nggak inginkan itu terjadi tanpa kita ketahui waktunya, tapi kadang penyesalan atas semua itu selalu datang tepat waktu, dulu bapak juga pernah mengalami hal seperti yg kamu alami sekarang, waktu memberikan bapak sebuah titipan yg amat berharga tapi bapak malah menyia- yiakan itu, hingga kini dia udah kembali ke pangkuan ilahi" Tangis pria itu tak bisa di bendung, mengingat semua nya yg telah terjadi. Seketika kak Ryan ikut menangis.
" Iya pak, saya benar - benar merasa bersalah, dia menderita lahir dan batin, tapi semua belum bisa saya terima begitu saja" kak Ryan menyembunyikan air mata nya , bibir itu bergetar hebat.
" Udah, sekarang kamu temui dia, beri dukungan agar bisa melewati semua nya, ingat nak penyesalan pasti datang, beri lah dia kebahagiaan sebelum semua itu terlambat" ucap nya sambil mengangkat bokong nya dengan pelan, meninggalkan kakak yg masih terdiam dengan seribu kebingungan dan kesedihan nya.
Kak Ryan pun berjalan pelan menuju ruangan ku.perasaan bersalah itu menyelimuti hatinya .
Ceklekkk" pintu ruangan ku di buka oleh kak Ryan, seketika papah, Ellena , nenek dan Gilang langsung menoleh.
" Gg..gimana udah ada perkembangan?" Kak Ryan memberanikan diri untuk membuka suara nya, walau serak dan bergetar.
" Belum, tumben kamu ke sini ada urusan apa?" Papah langsung menatap nya dengan sedikit kesal dan dingin.
" Aku mau liat Ebby" Kak Ryan mendekati dengan langkah lemas nya, melihat wajah ku di penuhi rasa bersalah. Lalu tangan nya menyentuh ku dengan pelan tetapi sebelum mengenai tangan ku lengan itu di tepis kasar oleh papah.
" Kamu nggak boleh nyentuh Ebby!!" papah menutupi tangan ku dengan selimut sampai ke dada ku.seketika kak Ryan terdiam seribu bahasa .
" Iya elu nggak boleh nyentuh Ebby!!" Gilang menarik tangan kakak lalu membawa nya keluar.
" G.g ..gua mau mi minta maaf" Kak Ryan bergetar menatap Gilang dengan takut , rasa bersalah nya sudah mendalam.
" Tapi elu udah keterlaluan ama Ebby!" Gilang menghalangi kak Ryan , hingga dia tak dapat masuk air mata nya semakin deras.
" Gua tau salah tapi gua mau ngasih dia kasih sayang" Kak Ryan mengintip dan memaksa masuk, keringat dingin membasahi wajah nya .
Gilang mengizinkan kakak masuk setelah melihat air mata kakak yg semakin banyak dan di penuhi rasa bersalah.
Kak Ryan masuk lalu mendekati ku. Dia berdiri melihat ku yg masih terdiam kaku. Air mata nya jatuh membasahi selimut ku.
Jelas terlihat kini air mata itu menjadi saksi akan semua nya. Kakak takut terkena karma maka dia mencoba untuk meminta maaf pada ku walau aku belum sadar.