MENINGGALKAN NODA Pada ADIKKU

Semakin hari keadaan Flo semakin baik, meskipun saat ini ia masih harus menggunakan kursi roda. Sejak Logan masuk ke dalam kamar tidurnya dan mengucapkan kata maaf, Flo tahu bahwa Logan menyesal dengan apa yang ia lakukan selama ini pada Flo.

Namun, Flo tetap tak mengganggu Logan ataupun mengajaknya bicara. Jika Logan meminta maaf padanya secara diam-diam, bukankah itu berarti Logan tak ingin jika Flo mengetahui ucapannya itu.

Biarlah Logan merasa nyaman, tanpa Flo ikut campur dengan kehidupnnya. Flo hanya ingin Logan bahagia, karena itu ia tak ingin keberadaannya mengganggu hidup Logan.

“Apa kamu sudah menemukan keberadaan Alina?” tanya Flo.

Darius menggelengkan kepalanya, “belum, tapi dari catatan kepergiannya, memang benar ia pergi ke Toronto.”

“Apa ia marah padaku karena pernikahan ini? Apa dia tak suka jika aku menikah denganmu?” tanya Darius.

Kini giliran Flo yang menggelengkan kepalanya, “Ia tak akan marah padamu, sayang. Alina bukan seseorang yang akan mudah marah pada siapa pun. Ia memiliki hati yang lembut dan penyayang.”

“Tapi ke mana dia pergi?” Darius menghela nafasnya.

Logan yang baru saja turun dari lantai atas pun kini bergabung di meja makan. Jika tadi Flo banyak bicara, kini ia menutup mulutnya rapat-rapat, tak ingin jika Logan terganggu.

“Pagi, Dad. Pagi, Aunty,” Logan memang masih keras kepala, tapi suatu kemajuan ia mau memanggil Flo pagi ini.

Perasaan Flo menghangat dan ia pun membalas sapaan Logan, “pagi, Logan.”

Darius yang melihat komunikasi pertama yang terlihat sangat baik, antara Flo dengan Logan itu pun tersenyum.

“Kamu akan ke perusahaan?” tanya Darius.

“Hmm … Dad, ada sesuatu yang ingin kubicarakan setelah ini.”

“Baiklah.”

Mereka pun melanjutkan sarapan mereka hingga selesai. Setelah itu, Darius mengantarkan Flo ke kamar tidurnya.

“Aku akan segera kembali,” kata Darius kemudian mengecup kening Flo.

“Aku tak apa, utamakanlah Logan,” ujar Flo.

Hatinya sangat bahagia saat ini karena Logan mau menyapanya, meskipun dengan sebutan Aunty. Flo sudah tahu dari Darius bahwa Logan telah mengetahui bahwa Flo adalah Mommy kandungnya. Flo tak akan memaksa Logan untuk mengakuinya. Bagi Flo, bisa berada di dekat Logan saja sudah merupakan hal yang luar biasa baginya.

Darius pun tersenyum kemudian menemui Logan di ruang kerja seperti janjinya tadi.

**

“Ada apa?” tanya Darius.

“Dad, ini,” Logan memberikan beberapa map tentang laporan keuangan perusahaan.

“Apa ini?”

“Laporan Keuangan Perusahaan. Aku menemukan banyak kejanggalan selama setahun terakhir dan aku mengauditnya,” jawab Logan.

“Lalu apa yang kamu dapatkan?” Darius menatap Logan. Ia tahu jika apa yang akan dikatakan oleh putranya itu pastilah sesuatu yang sangat serius.

“Uncle Delano terlibat dengan semua ini, Dad. Ia bahkan telah mengumpulkan para petinggi perusahaan yang akan berada di pihaknya saat rencananya untuk mengambil alih perusahaan berhasil,” kata Logan.

Mata Darius membulat, “Tak mungkin! Delano tak akan melakukan itu.”

“Awalnya aku juga tak mempercayainya, tapi ketika melakukan pemeriksaan, mencari bukti-bukti, bahkan melihat sendiri bagaimana ia mencoba menjatuhkanku. Aku tak bisa lagi tak percaya,” kata Logan sambil menghembuskan nafasnya kasar.

“Lalu apa yang akan kamu lakukan?” tanya Darius karena bagaimana pun Logan adalah putranya yang telah berkecimpung di dunia bisnis bertahun-tahun. Tak mungkin Logan salah mengambil langkah ataupun hanya sekedar menjatuhkan Delano.

“Aku akan memecat Uncle Delano, Dad.”

Kini Darius yang menghela nafasnya panjang. Ia memejamkan matanya sesaat lalu kembali menatap Logan, “kamu yakin?”

“Aku sangat yakin, Dad. Aku tak bisa membiarkan Uncle Delano terus menggerogoti perusahaan yang bukan miliknya,” kata Logan.

“Baiklah, lakukan apa yang menurutmu baik. Hanya saja Dad berpesan, berhati-hatilah. Delano bukan seseorang yang bisa kamu anggap enteng,” ujar Darius.

Darius mengira Delano telah berubah. Dulu, ia pernah melakukan penggelapan uang di perusahaannya sendiri, hingga akhirnya ia jatuh bangkrut. Darius yang saat itu tak ingin melihat saudaranya hidup sengsara pun mengangkatnya menjadi salah satu petinggi di perusahaan miliknya. Namun ia tak menyangka bahwa Delano akan kembali membuat ulah.

“Baik, Dad. Aku mengerti.”

**

“Vin, segera siapkan meeting. Semua petinggi harus hadir!” perintah Logan.

“Sekarang?” tanya Vin memastikan. Vin tak ingin Logan salah langkah karena emosinya yang menggebu-gebu saat ini.

“Aku yakin, cepatlah!”

“Baiklah kalau begitu.”

Vin segera keluar dari ruang kerja Logan dan menghubungi setiap petinggi perusahaan, tentu saja termasuk dengan Delano. Namun Vin tak mengatakan tujuan dari diadakannya meeting tersebut.

Logan memejamkan matanya, kemudian menarik nafas lalu membuangnya. Berkali-kali ia melakukan itu untuk mengumpulkan kekuatannya. Namun sesaat sebelum ia membuka mata, tiba-tina saja bayangan Alina terlintas di dalam pikirannya.

Alina. - batin Logan.

Bayangan itu segera hilang ketika Vin kembali masuk ke dalam ruangan dan mengatakan bahw meeting telah siap. Logan pun segera bangkit.

“Kamu sudah mempersiapkan semua bukti-buktinya kan, Vin?” tanya Logan.

“Tentu saja sudah. Aku juga tak mau jika orang yang merugikan di dalam suatu perusahaan, berkeliaran bebas, bahkan merasa dirinya adalah orang penting dalam sebuah perusahaan,” kata Vin yang juga sudah jengah dengan tindak tanduk Delano di Perusahaan Ruiz.

Delano bahkan pernah menghina Vin dengan mengatakan kalau Vin adalah pria buangan, seseorang yang tak diinginkan oleh keluarganya dan hanya akan dijadikan sebagai alat nantinya.

Sementara itu, Delano yang merasa aneh dan janggal karena Logan mengadakan meeting secara tiba-tiba, mulai berprasangka.

“Apa ia akan membongkar kejahatanku? Tidak, tidak akan mungkin!” gumam Delano, “Aku melakukan semuanya dengan sangat rapi, tak mungkin ia mengetahuinya, kecuali … kecuali ada yang berkhianat padaku.”

Tak ingin sampai gagal, Delano membuka kotak brankas miliknya. Ia melihat apa yang ada di dalamnya kemudian mengambilnya. Seharusnya ia melakukan ini sejak dulu, bukankah hal ini akan jauh lebih mudah daripada mengambil uang perusahaan sedikit demi sedikit.

“Baiklah, jika memang kamu mau bermain, maka aku akan siap untuk bermain. Jika kamu ingin aku hancur, maka aku yang akan terlebih dulu menghancurkanmu!” kata Delano dengan sebuah senyuman sinis yang tercipta di wajahnya.

🌹🌹🌹