Saudara kembar tersebut mengira akan melewati masa SMA mereka di Asrama dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, seseorang membuka ruang musik tua yang mencurigakan itu. Sejak saat itu muncullah teror-teror maut yang merenggut murid satu per satu. Apakah kedua saudara kembar tersebut bisa menyelamatkan teman-temanya yang lain?! Yuk mampir.🙏
Terima kasih sudah berkenan membaca karya author. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan cara; like vote dan komen ya guys🙏🥰🫶🌹🌹🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alma Kadier Carally, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 21
Davina menggelengkan kepala lalu mengangkat kembali pedangnya untuk menyerang Leon tanpa
menjawab pertanyaan gurunya satu kata pun.
Untuk hari ini saja, Davina rasanya malas sekali berlatih anggar atau sekedar mengayungkan pedangnya kearah musuh.
Bruuukkk.
Pedang anggar yang sedang dipegang oleh Davina mendadak terjatuh saat dia memejamkan matanya sejenak untuk menghirup nafas dan memperhitungkan kekuatan ayunan.
Matanya terpejam agak lama, dan selama sepersekian detik gadis itu terlihat seperti tidak bernafas.
Zlaaaassshhh.
Nafas Davina sempurna tercekat, saat melihat seorang gadis berambut panjang hitam berdiri di depan gadis lain yang sedang menangis. Gadis berambut hitam itu menatap dingin lewat kelopak matanya yang berdarah.
Satu hal lagi yang membuat Davina benar-benar tidak bisa bernafas, dia memakai baju putih abu-abu berlumuran darah. Dan, melayang!
“ Hiks…hiks…kumohon lepaskan aku… Aku tidak ingin berada di tempat ini… kamu tidak boleh mengambil tubuh dan hidupku ! Kumohon…”
Gadis berambut hitam itu menyeringai sejenak, menampilkan gigi-giginya yang berdarah dan tatapan mata penuh kegelapan.
“ Kamu harusnya mati agar aku bisa mendapatkan tubuhmu, anak manis. Kamulah yang membuka gerbang agar aku kembali dan sekarang kamu harus memberikan tubuhmu agar aku benar-benar kembali. Kalau kamu tetap keras kepala….”
Dia menghentikan kalimatnya untuk menunjukkan seringai gila ketika tangannya yang bebas mengeluarkan sebuah pisau.
“ Kamu akan tahu rasanya mati dengan tikaman pisau yang dahulu pernah menikamku.”
Dia melayang ke arah gadis di hadapannya. Di balik punggungnya terdapat sebuah luka gores yang warnanya merah kehitaman. Luka itu terlihat semakin melebar. ( Bayangin sendiri pemirsah😁)
Tangan panjangnya terayun ke udara, sebelum akhirnya mata pisau yang dipegangnya menimbulkan suara menyayat.
“ Aaarrrggghhh!!!”
“ Khe…khe…khe…”
Blaaassshhh
“ Ya Tuhan…” Davina buru-buru memberekan pedang anggarnya dan menatap Leon dengan pandangan yang tidak dapat dimengerti siapa pun.
“ Kakak, kurasa kamu bisa berlatih sendirian. Aku merasa tidak enak badan dan ingin beristirahat agar besok tidak membolos pelajaran. Tidak masalah, Kak Leon?”
Leon terlihat keberatan, sebelum akhirnya menganggukkan kepala.
“ Baiklah. Kurasa kamu memang butuh istirahat sebelum kamu berusaha untuk menggilas leherku untuk kedua kalinya, Davina.”
Davina tersenyum, bahkan nyaris menyengir lebar.
“ Terima kasih, kak Leon,” jawab Davina pelan dan dijawab dengan sebuah senyuman dan anggukan.
Davina berlari ke arah asrama meninggalkan latihan anggarnya tanpa izin terlebih dahulu kepada guru pembimbingnya. Bahkan, langkah kaki Davina dua kali lebih cepat dari biasanya untuk menghindari kemungkinan tertangkap basah oleh Sang Guru.
******
“ Kita harus memberitahukan kepada Kak Andre. Aku merasa ada yang tidak beres dengan Amanda sekarang,” kata Davina setelah mendengar cerita Danisa dan Retno.
“ Kurasa kalau yang bersama kita akhir-akhir ini bukanlah Amanda. Bisa jadi, kita dan seluruh murid sekolah dalam bahaya…” ucap Davina.
Davina berlari menuju ruang loker. Dia mendengar kabar dari beberapa kakak kelasnya yang mengatakan, bahwa Andre sudah kembali ke sekolah.
Bahkan, Davina tega meninggalkan Danisa dan Retno yang sedang mengantri di kantin hanya untuk menyampaikan beberapa hal yang menganggu pikirannya kepada Andre.
Senyuman Davina mengembang sempurna ketika melihat Andre tampak kesulitan memasukkan buku-buku yang dibawanya ke dalam loker.
Davina pun bergegas mendatangi kakak kelasnya itu. “ Butuh bantuanku, Kak?” tanyanya basa-basi.
Andre menoleh dan tersenyum ke arah Davina.
“ Aku tidak yakin kamu ingin membantuku, tapi tidak masalah juga.”
*
*
Jangan lupa like, vote dan komen ya guys. Terima kasih.🙏🥰🫶🌹🌹🌹
Bersambung