HANTU ASRAMA
“ Ayah dan Ibu akan mengirim kalian ke sekolah asrama.”
Davina menatap kakak kembarnya, Danisa, dengan wajah datar. Kakaknya membalas tatapan tidak kalah datar. Seakan, mereka sudah mengetahui soal sekolah asrama itu begitu lulus sekolah menengah pertama.
“ Kalian tidak keberatan, kan? Kami hanya ingin kalian mencoba hidup mandiri di asrama.”
Davina mengangkat bahu dan mengedikkan dagunya ke arah kakak kembarnya.
“ Kalau Kakak tidak keberatan, aku akan pergi bersamanya,” jawabnya, masih ekspresi datar.
Danisa menganggukkan kepala, menyetujui apa yang dikatakan oleh adik kembarnya. Dia lalu memberi isyarat kepada adiknya untuk meninggalkan ruang keluarga, menuju kamar mereka di lantai dua.
Danisa menutup pintu kamarnya setelah Davina duduk di samping tempat tidurnya.
“ Kita tidak bisa menolak, Vina.”
Davina tersenyum sekilas mendengar perkataan kakaknya. Sepertinya, dia tahu kemana kakaknya akan membawa pembicaraan ini.
“Kamu masih ingat kejadian tahun lalu di loteng garasi? yang menyebabkan aku tidak bisa pulang kerumah karena Ayah dan ibu mengira aku berencana melukai abang Bara. Padahal aku cuma bilang Bang Bara akan celaka bila memasuki loteng di garasi lama kita.” Davina mengangkat kedua bahunya.
Si kembar yang punya kelebihan tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.
Danisa lalu duduk di samping meja belajar dan menatap keluar kamarnya. “ Tidak ada jalan lain. kita harus menerimanya kalau masih ingin sekolah. Setidaknya kita masih bisa pulang pada saat liburan.”
Davina terkekeh mendengar kalimat yang di ucapkan kakak kembarnya. “ Kamu serius dengan ucapanmu barusan, Kak? Kamu bahkan tidak pernah berbicara dengan Ayah dan Ibu semenjak kejadian itu. Kamu hanya bicara dengan mereka kalau mereka bertanya pendapatmu.” Danisa memberengut dan melemparkan buku Matematika di dekatnya ke arah sang Adik.
“ Kamu harus belajar caranya menghormati kakakmu, Vina!” Sekali lagi Davina terkekeh.
*****
Sepasang anak kembar sedang berdiri di depan gedung sekolah tua, sambil memegangi koper masing-masing.
“ Jadi sekarang apa, kak?” Salah satu dari anak kembar itu, menatap kakaknya dengan pandangan tidak mengerti. Sang kakak hanya membalas dengan gelengan pelan.
“ Apakah kita harus masuk ke gedung utama untuk mengetahui kamar kita ?” Davina menunjuk gedung sekolah yg ada di hadapannya.
“ Kupikir juga begitu. Ayo!” ucap Danisa.
Danisa melangkah terlebih dahulu, sambil menyeret kopernya. Jarak yg ditempuh dari gerbang sekolah menuju ke gedung utama cukup jauh karena halaman sekolah yang besar dan luas. Di depan gedung utama terdapat sebuah lapangan sepak bola, bersisian dengan lapangan basket. Keduanya, berbatasan langsung dengan taman depan sekolah yang terlihat rindang. Bukankah sekolah ini terlihat benar- benar luas?
Davina menghentikan langkahnya tepat di samping Danisa ketika kakaknya berhenti di depan sebuah papan yang di kerubungi banyak orang. Tidak salah lagi pastilah papan pengumuman kamar asrama dan kelas-kelas yang akan ditempati para murid baru.
“ Biar, aku saja yg melihatnya, kak. Kamu tunggu di belakang saja,” Davina menggeser tubuh kakaknya, saat menyadari dia enggan untuk berdesakan dengan murud-murid lain.
Danisa menganggukkan kepala seraya menarik kopernya dan koper adiknya, kemudian berjalan ke belakang kerumunan. Davina menjinjitkan kakinya untuk melihat namanya dan nama kakaknya di papan pengumuman. Untung saja, yang sedang berkerumun adalah murid-murid perempuan yang bertubuh mungil, memudahkan Davina membaca pengumuman.
Terima kasih sudah berkenan membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan cara; like, vote dan komen ya guys. Sehat dan bahagia sll Readersku sayang.🙏🥰🫶🌹
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Lina Suwanti
mampir Thor...karena suka baca genre seperti ini
2023-10-18
2
Indra Nur Laraswati
Baru mamprr thor
2023-09-24
1
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
awal yg menarik semoga part" berikutnya lebih seru lagi
2023-09-19
1