NovelToon NovelToon
Kekuatan Dari System

Kekuatan Dari System

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mdlz

Seorang pemuda tanpa sengaja jiwanya berpindah ke tubuh seorang remaja di dunia lain. Dunia dimana yang kuat akan dihormati dan yang lemah menjadi santapan. Dimana aku? Itulah kata pertama yang diucapkannya ketika tiba di dunia yang tidak dikenalnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedua Puluh

Nhia Nugraha, gadis yang menjadi incaran Midun Nylon, menghardik adiknya, “Ata! Apa yang kamu katakan! Aku tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan terluka parah seperti ini.”

“Tapi kamu bukan lawan mereka! Dua orang pengawal itu berada pada tingkat Keenam Tahap Transformasi,” bentak Ata Nugraha, menyeka sisa darah yang sempat dia muntahkan.

*

Dari kejauhan, Arsa menyipitkan mata. Penasaran, ia bergegas menuju kerumunan orang yang berada di tengah jalan menuju area Pinggiran Hutan Kegelapan yang sedang bergerombol.

‘Bukankah itu Ata dan Nhia? Apa yang terjadi? Dan dia… bukankah pemuda itu yang tempo hari di restoran?’ batin Arsa dalam langkahnya.

Begitu tiba di tempat kejadian, Arsa bergegas menghampiri Ata Nugraha dan Nhia Nugraha seraya bertanya, “Apa yang terjadi?”

Melihat kondisi Ata Nugraha yang memprihatinkan, Arsa memberinya pil Pemulihan Bintang Tiga, pil yang ia peroleh dari kawanan perampok sebelumnya, “Telan ini! Kondisimu akan segera pulih.”

“Terima kasih,” angguk Ata Nugraha dengan tatapan sedikit menunduk.

Meskipun terkejut dengan bagaimana mudahnya Arsa mengeluarkan Pil Bintang Tiga, terlebih lagi memberikan pil itu begitu saja, Ata Nugraha hanya bisa menerimanya dengan malu.

Ata Nugraha semakin menunduk. Tidak hanya tatapannya saja, tapi juga kepalanya. Dia merasa sangat malu terhadap Arsa saat ini.

Bukan malu karena kalah bertarung dari pengawal Keluarga Nylon, bukan juga malu karena dirinya terluka. melainkan malu yang lebih daripada itu, apalagi jika mengingat perilakunya selama ini.

Selama ini Ata Nugraha mengangap Arsa sebagai pesaing di dalam lingkup Keluarga. Bahkan dia pernah mempermalukan sepupunya itu di masa lalu di depan semua orang.

“Terima kasih,” Ata Nugraha kembali mengucapkan kalimat yang sama. Luka yang dideritanya mulai pulih secara perlahan, setidaknya sudah bisa membuatnya untuk berdiri.

“Santai saja, Kamu adalah saudaraku, jadi aku wajib membantumu,” sahut Arsa dengan tersenyum penuh arti.

Mengalihkan pandanganya kearah Tuan Muda Keluarga Nylon, Arsa mendapati adanya tambahan jumlah pengawal yang baru saja keluar dari semak-semak.

Dua orang dengan kekuatan tingkat Kelima dan tingkat Keenam Tahap Transformasi, berdiri tegak disisi Midun Nylon dengan memasang wajah garang tanpa ekspresi.

Melihat wajah Arsa seutuhnya, Midun Nylon terkejut. Menunjuk jari dengan ketakutan seraya berkata gagap. “Kam-kam-kamu lagi?”

“Hei, Tuan Muda. Apakah ini akan menjadi kesalahpahaman lagi?” sarkas Arsa sambil tersenyum main-main.

Sesuai dugaan Arsa, Midun Nylon akan merasa diri di atas angin. Dengan dua orang pengawalnya yang baru, Tuan Muda itu pasti lebih percaya diri untuk berbuat sesuka hati.

“Hahahah…. tidak kali ini! Mereka berdua mencari masalah dengan Tuan Muda ini. Jadi mereka harus membayarnya, “sahut Midun Nylon sambil membusungkan dada.

Ujung bibir Arsa sedikit melengkung. Penyakit sombong memang terlalu sulit untuk di obati apalagi di sembuhkan.

“Jelaskan padaku! Bagaimana kedua saudaraku ini bisa mencari masalah denganmu?” tanya Arsa dengan tenang, tapi tatapannya tidak lepas dari mata Tuan Muda Nylon.

Dengan kesombongan tingkat international, Midun Nylon tertawa. “Hahaha… mereka menghalangi jalan Tuan Muda ini, dan membuat Tuan Muda ini hampir terjatuh. Bukankah itu sudah jelas dengan mencari masalah!”

“Siapa yang menghalangi jalanmu? Kamu yang menabrak kami dari belakang!” pekik Nhia Nugraha, tidak menerima tuduhan sepihak dari Midun Nylon kepadanya.

“Hei, jika kamu tidak menghalangi jalan, bagaimana mungkin Tuan Muda ini menabrakmu, hah” sanggah Midun Nylon dengan nada tinggi.

‘Orang ini….’batin Arsa dengan kesal, kesabaranya mulai menipis.

“Hm… kalau begitu, artinya sekarang kamu sedang mencari masalah denganku, bukan? Kamu menghalangi pandanganku, sehingga membuat mataku terasa sakit,” ucap Arsa, menggunakan analogi yang sama dengan pernyataan Midun Nylon sebelumnya.

Mendengar perkataan Arsa, semua orang yang berkerumun tercengang. mereka tidak menyangka bahwa Arsa akan mengembalikan kata-kata Tuan Muda Midun Nylon dengan semudah itu.

“Anak ini cukup pintar. Tapi sayang, sebentar lagi akan dihajar oleh Tuan Muda Nylon,” kata salah seorang di tengah kerumunan.

“Bocah sialan! Rasakan ini!” seorang pengawal Midun Nylon bereaksi, melesat kearah Arsa dengan ayunan tinju.

Arsa bergeming, tetap di tempatnya dan tidak menghindar sedikit pun, dia sengaja melakukan itu karena ingin mencoba kekuatan Tubuh Naga Kuno yang telah naik level.

“Arsa! Hati-hati!” Pekik Nhia Nugraha dengan sangat khawatir.

“Selesai sudah. Anak itu pasti mati,” Vonis seorang penonton, menggelengkan kepalanya dengan iba.

Banyak orang yang berada di kerumunan, yang menatap Arsa dengan rasa kasihan. Mereka semua tahu, bagaiamana kejam dan Arogannya Tuan Muda Nylon itu.

Begitu serangan mempersempit jarak kurang dari satu meter, Arsa mengepalkan tangan kanannya. Dia meninju secara langsung tepat ke arah kepalan tangan pengawal itu.

“Bam!” terdengar suara ledakan benturan nyaris teredam, diikuti suara tulang yang retak, “Krek!”

“Aaaargh….!” pengawal itu menjerit, tubuhnya terlempar, di kirim terbang terbalik sejauh lima puluhan meter, berhenti ketika menabrak sebongkah batu besar di pinggir jalan.

Beberapa retakan tercipta pada sebongkah batu itu, berpusat dari tubuh pengawal yang membenturnya dan saat ini sedang tidak berdaya, di bawah tatapan mata semua orang.

Memuntahkan seteguk darah segar, pengawal itu tidak sadarkan diri seketika. dia tidak bisa menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya akibat dari beradu pukulan dengan Arsa.

Melihat pergantian peristiwa ini, semua orang yang menonton tercengang. Apa yang mereka bayangkan, semuanya tidak seperti yang mereka saksikan dengan mata kepala telanjang.

Di antara semua orang yang terkejut, Ata Nugraha dan Nhia Nugraha adalah yang keheranan. Silih berganti, kedua kakak beradik ini memandang ke arah Arsa dan pengawal yang terbaring tanpa daya.

Seberapa kuat Arsa? Inilah yang ada di pikiran mereka berdua, dan tentu saja di benak semua orang yang menyaksikan langsung kejadiaan yang benar-benar mencengangkan tersebut.

Bereaksi atas situasi yang tidak menguntungkan, satu pengawal Midun Nylon yang tersisa bertindak dengan cepat, menghunus pedang panjang, melesat ke arah Arsa seketika.

Namun, sebelum ujung pedang pengawal itu tiba pada sasaran, dengan cekatan, Arsa meliuk ke kiri, kaki kanannya menghentak ke depan, menendang keras dalam sepersekian detik kemudian.

“Krek!” seiring terdengarnya suara tulang retak, pengawal itu menjerit kencang, “Aaaargggh…!”

Sama seperti yang pertama, pengawal itu pun dikirim terbang ke udara, pun membentur batu yang sama pula setelahnya, tidak sadarkan diri kemudian setelah mengeluarkan semua isi yang ada di perutnya.

Lagi, rahang semua orang jatuh, setiap mata kian membelalak lebar. sulit untuk percaya dengan apa yang mereka saksikan saat ini, semua ini seperti sebuah film action yang beredar di layar lebar Hollywood.

Apalagi pada adengan kedua ini, hampir tidak ada dari kerumunan yang melihat dengan pasti, bagaimana Arsa bergerak serta membuat pengawal itu kembali terbang ke udara.

“Ma-ma-maafkan aku, kawan. Ini…ini kesalahpahaman,” dengan tergagap Midun Nylon berkata. Suaranya bergetar, lututnya gemetar ketakutan.

Tanpa lagi pikir panjang, Midun Nylon berbalik, lari tunggang langgang, diikuti para pengawal yang tersisa, tidak peduli dengan kedua pengawal yang sedang terkapar.

Arsa tidak tinggal diam, ia memungut lima batu kerikil, meluncurkannya dengan lemparan cepat, tepat mengenai sendi di bagian belakang tempurung lutut.

Saat itu juga, Midun Nylon dan keempat pengawalnya jatuh tersungkur di tanah. Merintih kesakitan, ketakutannya semakin menjalar di tiap inci kulit mereka semua.

Selangkah demi selangkah, pelan namun pasti, Arsa berjalan kearah Midun Nylon dan para bawahannya, dengan seringai kejam terpampang jelas di wajahnya.

Melihat ini, Midun Nylon benar-benar sudah ketakutan setengah mati. Dia menangis, memohon belas kasihan dengan suara bergetar, “Kakak Besar! Saudara Senior! Tuan Muda! Maafkan aku! Maafkan aku!”

Mendengar banyaknya sebutan yang ditujukan kepadanya, Sejatinya Arsa sudah tertawa. Tetapi di permukaan ia menunjukkan ekspresi sangat tidak senang.

“Coba kamu lihat kondisi saudaraku! Dia terluka karena ulahmu!” hardik Arsa sembari menunjuk jari kearah Ata Nugraha, lantas berkata, “Kamu tahu? Karena ulahmu, aku pasti akan mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli obat.”

Seperti yang sudah di duga di benak Arsa, daya tangkap pikiran Midun Nylon tergolong cerdas. Sayang sungguh sayang, kesombongan telah meracuni hati dan pikirannya.

“Aku punya koin perak,” sahut Midun Nylon, tapi langsung meralatnya, “Bukan! Bukan! Bukan! Tapi koin emas. Tuan Muda bisa menggunakannya.”

“Ah, aku tidak ingin disebut merampok Tuan Muda dari Keluarga Nylon. Apa kata orang nantinya,” kata Arsa menanggapi, pura-pura mendesah dengan ekpresi tidak berdaya.

“Tidak! Tidak! Tidak! Semua orang disini dapat menjadi saksinya, bahwa aku memberimu koin emas dengan sukarela,” sanggah Midun Nylon beralasan. Dengan tangan yang masih gemetar, dia menyerahkan tiga ratus koin emas miliknya.

Arsa mengerutkan kening, lalu melebarkan mata dengan tidak puas, “Tiga ratus? Pil macam apa yang akan aku beli dengan tiga ratus ini!”

“Aku salah! Aku salah! Aku salah! Aku akan mengambilkannya lagi kekurangannya, “Sahut Midun Nylon dengan cepat, takut kalau Arsa berubah pikiran.

“Hm…. daripada harus menunggumu mengambilnya lagi, apa lebih baik kupotong saja salah satu lenganmu!” ucap Arsa dengan suara lirih menggeram, membuat Midun Nylon nyaris kencing di celana.

Mencodongkan badan, Arsa berkata dengan suara setengah berbisik ke telinga Midun Nylon, “Bukankah pengawalmu itu juga punya koin emas?”

“Benar! Benar! Benar!” angguk Midun Nylon tanpa ragu, Menoleh kearah pengawalnya, dia membentak, “Kalian semua! Kumpulkan koin emas yang kalian miliki! Ini untuk membantu pengobatan saudara dari Tuan Muda.”

“Tapi Tuan Muda—,” belum selesai seorang pengawal berucap, Midun Nylon langsung membentak dengan mata mendelik, “tidak ada tapi-tapi! Cepat kumpulkan semua!”

Tidak menunda, satu orang pengawal bertindak, mengumpulkan setiap koin emas dari semua pengawal yang ada, termasuk dengan dua orang pengawal yang masih tidak sadarkan diri.

Menerima koin emas yang kedua, Arsa menghintungnya. lalu menegakkan kepala, menatap Midun Nylon dengan ekpresi kesal, “Hanya dua puluh lima koin emas? Kenapa kalian begitu miskin! Dan anehnya, bagaimana kalian bisa menggertak orang lain dengan sebutan miskin?”

Tak pelak, mengingat Arsa mengatakan yang demikian itu di depan orang banyak, baik Midun Nylon maupun para pengawalnya tertunduk malu dengan wajah memerah.

Tapi berbeda dengan semua mata yang menyaksikan. Semua orang menutup mulut mereka dengan tangan, tidak bisa menahan tawa atas perkataan Arsa kepada Tuan muda dari Keluarga Nylon dan pengawalnya.

‘Sialan, Bocah Ini! Lidahnya sangat tajam. Setelah bebas, tunggu pembalasanku,’ batin Midun Nylon, mencatat wajah Arsa dalam deretan data balas dendam.

Tapi, bagaimana mungkin Arsa tidak tahu pemikiran Midun Nylon yang menyebalkan ini. Jadi dia berkata dengan tenang, “Heh! Bocah Tua! Terima kasih banyak atas bantuanmu. Akhirnya aku dapat membeli obat untuk luka-luka saudaraku yang disebabkan olehmu.”

“Hari ini aku akan berburu di Hutan Kegelapan, apakah kau ingin ikut denganku?” lanjut Arsa mengatakan yang sebenarnya, terbesit sebuah rencana.

“Tidak! Tidak! Tidak! Aku akan kembali pulang! Makan, mandi dan tidur dengan nyenyak,” jawab Midun Nylon sembari menggeleng keras.

Mengabaikan Midun Nylon dan para pengawalnya, Arsa menghampiri kedua sepupunya seraya berkata. “Bagikan ini kepada seluruh saudara-saudara kita secara merata,”

Melihat setumpuk koin emas pemberian Arsa, Nhia Nugraha berusaha menolak, “Tapi Ars—-“

Arsa memutuskan perkataan Nhia Nugraha, lantas berbisik, “Tidak apa-apa. Anggap saja ini rezeki nomplok.”

“Rezeki Nomplok? Apa itu?” tanya Nhia Nugraha dengan ekspresi bingung.

Kata-kata yang baru di ucapkan oleh Arsa itu terasa asing baginya, mungkin bagi seluruh orang yang berada di daratan lebak ini.

1
Uraaaa
oke kak
Hr⁰ⁿ
baru baca,Thor kalo bisa pas di system pake tanda ( ) gitu Thor biar mempermudah pembaca,itu aja si sarannya untuk skrng Thor,smngt trus
Uraaaa: oke mksh kak
total 1 replies
Uraaaa
semoga menghibur
Alfathir Paulina
lucu thor nama dr para penjahatnya ada blangkon ada ndasmu ada telu limo🤣🤣🤣🤣👍👍💪💪😙😙
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!