NovelToon NovelToon
The Choice Queen

The Choice Queen

Status: tamat
Genre:Tamat / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Time Travel / Harem / Transmigrasi
Popularitas:844.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: Zhuzhu

Li Fengran tidak pernah menyangka jika setelah mati, dirinya akan pergi ke dunia lain dan menjadi peserta kompetisi pemilihan ratu. Untuk melarikan diri, dia mencoba yang terbaik untuk gagal, namun perbuatannya justru menarik perhatian Raja dan Ratu Donghao dan membuatnya terlempar ke sisi Raja Donghao.
Hidup sebagai pendamping di sisi Raja, Li Fengran berhadapan dengan tiga siluman rubah yang terus mengganggunya dan menghadapi konflik istana serta Empat Wilayah.
Akankah Li Fengran mampu bertahan di istana dan membuang niatnya untuk melarikan diri? Akankah ia mengabaikan kasih sayang Raja dan memilih mengamankan dirinya sendiri?

*Cover by Pinterest

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TCQ 21: Ibu Suri Galak

Nangong Zirui menatap Li Fengran dengan intens. Perbuatan baik kasimnya berhasil mengalihkan perhatiannya dan semua orang. Li Fengran punya hak untuk bicara di sini sebagai pejabat khususnya, sekalian saja Nangong Zirui ingin tahu pendapat wanita itu.

“Um… itu, kurasa tidak perlu terburu-buru mengangkat ratu baru,” ucap Li Fengran gugup. Rasanya sebuah batu besar berhasil menimpuk kepalanya.

“Oh? Alasannya?”

“Harus ada alasan?”

“Tentu saja.”

Li Fengran berpikir sejenak. Memang harus ada alasan masuk akal untuk memperkuat argumennya.

“Meskipun mendiang ratu sudah meninggal, tetapi dia adalah ratu yang baik dan kebaikannya mengalir ke seluruh Donghao. Bukankah seharusnya kita menghormatinya dan memberinya penghargaan berupa jeda pengangkatan ratu baru? Meskipun calon ratu dipilih olehnya, tetapi kita tetap harus menghormatinya dan Keluarga Ling terlebih dahulu.”

Nangong Zirui diam-diam tersenyum puas akan jawaban Li Fengran. Itu hanya alasan di hadapan menterinya, wanita itu menyembunyikan alasan sebenarnya.

Para menteri terdiam, ada yang setuju ada pula yang tidak. Pada akhirnya, keputusan akan peresmian ratu baru ditangguhkan dan pengadilan dibubarkan.

“Katakan padaku secara jujur, apa alasan di balik penolakanmu?” tanya Nangong Zirui setelah mereka kembali ke Istana Qihua.

Li Fengran tahu dirinya tidak bisa lepas dari pertanyaan ini. Nangong Zirui dengan cepat menyadari alasan klisenya dan memintanya menjelaskan alasan asli.

Hebat juga raja ini, pikirnya. Ia mulai menyusun kata-kata di otaknya, kemudian menyiapkan mental sebelum akhirnya bicara jujur:

“Bukankah Yang Mulia tidak ingin terburu-buru meresmikan Shen Lihua sebagai Ratu Donghao yang baru? Yang Mulia dan mendiang Ratu Ling menikah sudah lama. Meski tidak ada rasa, setidaknya meninggalkan kesan. Tidak manusiawi jika langsung menggantinya saat dia baru saja meninggal. Selain itu, hubungan Empat Wilayah Negara Bagian sedang merenggang. Yang Mulia bisa menggunakan dalih pengangkatan ratu untuk menekan kekuatan mereka dan menunjukkan otoritas kerajaan.”

“Kamu tahu?” tanya Nangong Zirui. Sungguh, dia tidak menyangka Li Fengran akan bicara sejujur itu.

“Mendiang ratu pernah memberitahuku. Pengangkatan selir dengan cara yang belum pernah terjadi itu, adalah salah satu caramu menekan kekuatan Nanchuan dan Beichuan, bukan?”

Nangong Zirui tersenyum. Senyuman itu membuat Li Fengran terkejut sekaligus merinding. Dia biasanya hanya melihat pria itu menyeringai licik, tidak pernah tersenyum seperti ini. Itu cukup menawan mengingat wajahnya sangat tampan dan dia sangat berwibawa.

“Lagipula, masalah mendesak yang harus ditanganinya bukanlah perihal ratu. Aku melihat beberapa hari lalu Yang Mulia terus memperhatikan dokumen terkait bencana banjir di Beichuan. Walau Yang Mulia sudah memerintahkan Kementrian Sosial untuk mengirim bantuan, masalahnya tertunda karena pemakaman mendiang ratu. Kurasa itu yang harus diprioritaskan,” lanjut Li Fengran.

Nangong Zirui mencondongkan tubuhnya pada Li Fengran, menatap wajah dan matanya yang jernih. Dilihat dari dekat, wanita ini memang sangat cantik dan menarik. “Aku memang tidak pernah salah memilih orang.”

Li Fengran menghela napasnya. Tiba-tiba saja, Wang Bi berteriak dari depan dengan suara yang sengaja dikeraskan, “Ibu Suri tiba!”

“Ibu Suri?”

“Ibunda?”

Li Fengran membayangkan kembali seperti apa pemikirannya terhadap Ibu Suri kemarin saat berdiskusi dengan Xiang Wan. Wanita tua itu pasti sudah pulang dari kuil karena masalah di istana.

Selain topik ratu, hal lain yang sangat mungkin menarik perhatiannya adalah perihal Pemangku Pedang. Bukankah jika dia melihatnya di sini, Li Fengran adalah sasaran empuk pertamanya?

“Yang Mulia, cepat sembunyikan aku!”

“Mengapa?”

“Yang Mulia masih bertanya? Aku tidak mau menjadi sasaran empuk ibumu!”

Li Fengran celingukan dan panik. Dia tiba-tiba berlari ke arah Nangong Zirui berada dan hendak masuk ke kolong meja.

Melihat itu, Nangong Zirui langsung mencegahnya dan melarangnya bersembunyi. Rasanya juga tidak pantas jika dia bersembunyi di bawah kakinya.

Ibu Suri tampaknya sangat tidak sabaran. Karena pintu istana tidak segera dibuka, dia segera menyuruh pelayannya untuk membukanya sendiri.

Saat itulah pandangannya tertuju pada putranya dan seorang wanita yang sedang berdebat di bawah meja. Raut wajah Ibu Suri tidak sedap dipandang.

“Ibunda?” tanya Nangong Zirui tanpa sadar.

“Jika aku tidak masuk sendiri, apa kamu tidak akan membukakan pintu untukku?” Ibu Suri balik bertanya.

Li Fengran mau tak mau mendongak dan buru-buru berdiri. Saat dia melihat ekspresi Ibu Suri, dia bergidik.

Ibu dari Nangong Zirui ini berusia sekitar empat puluh lima tahun. Fitur wajahnya tegas dan cantik walau kerutan mulai muncul.

Kulitnya seperti giok, putih dan lembut. Rambutnya disanggul dan dihiasi jepit rambut emas sederhana. Li Fengran menyimpulkan kalau wanita ini dulunya pasti galak.

“Aku sedang mendiskusikan urusan banjir Beichuan dengan Pemangku Pedang. Mengapa Ibunda kembali lebih awal?” tanya Nangong Zirui.

“Mengapa kamu menunda pengangkatan ratu baru?”

Seperti dugaan Li Fengran, Ibu Suri ini pasti akan langsung menanyakan itu. Nangong Zirui sebelumnya juga menunjukkan tanda bahwa ia mungkin kesulitan menghadapi ibunya.

Ternyata benar. Ibu Suri ini, memiliki mulut yang tajam dan pemikirannya sangat jelas.

“Shen Lihua dari Zichuan adalah Ratu yang dipilih oleh Ling Sui. Mengapa kamu tidak segera mengangkatnya? Orangnya sudah tidak bernyawa, sedangkan yang hidup harus tetap hidup. Rui’er, apakah kamu lupa bagaimana sulitnya menyatukan kekuasaan Empat Wilayah Negara Bagian?”

Lihat, dia bahkan tidak menunjukkan empatinya akan kematian menantunya sendiri! Astaga, Ibu Suri ini lebih mengerikan daripada yang tergambar di benak Li Fengran!

“Ibunda, Ling Sui baru saja dimakamkan. Tunggu beberapa hari lagi, baru aku akan mempertimbangkannya.”

“Ibunda tidak mau tahu. Kamu harus segera memutuskan atau Zichuan akan meragukan kita.” Ibu Suri kemudian beralih menatap Li Fengran. “Dia Pemangku Pedang yang kamu tunjuk?”

Li Fengran yang sejak tadi diam memperhatikan seketika menyadarkan diri sendiri. Wanita itu menunduk memberi hormat, “Salam, Ibu Suri.”

Salamnya tidak ditanggapi. Ibu Suri tidak senang putranya mengangkat Pemangku Pedang, karena baginya wanita itu seharusnya menjadi selir saja agar kedudukannya sama dengan gadis dari Nanchuan dan Beichuan.

Kualifikasi apa yang dimilikinya hingga dia pantas menjadi Pemangku Pedang kedua dalam sejarah Donghao?

 Tahu Ibu Suri tidak menyukainya dan mengabaikan salamnya, Li Fengran kesal tapi tidak dapat melawan, jadi dia menyimpannya di dalam hati.

Lagipula dia tidak akan mengemis agar seseorang menyukainya. Selama ada Nangong Zirui, walau pria itu juga lumayan menakutkan, tapi dia merasa lebih aman berdiri di sisinya.

“Ibunda, jika tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, lebih baik Ibunda segera beristirahat,” ucap Nangong Zirui.

Wanita setengah baya itu masih belum puas bicara. Ketika hendak mengatakan sesuatu, Nangong Zirui mengabaikannya dan putranya itu malah asyik membaca dokumen.

Karena kesal, Ibu Suri berbalik dan pergi dari Istana Qihua. Barulah saat itu Li Fengran merasa tenggorokannya menjadi lega.

“Kamu takut pada ibuku?” tanya Nangong Zirui. “Kamu langsung ingin bersembunyi begitu melihatnya.”

“Ibumu begitu galak. Aku mana bisa melawannya.”

“Tapi, dia sudah mulai memusuhimu. Li Fengran, asal kamu tahu, begitu aku mengangkatmu menjadi Pemangku Pedang, maka aku akan sering bertentangan dengan ibuku.”

“Apa Ibu Suri tidak setuju seseorang diangkat menjadi Pemangku Pedang?” tanya Li Fengran.

“Ibuku tidak seperti Ling Sui. Pemikirannya terhadap peran wanita, masih sama seperti kebanyakan orang.”

“Yang Mulia mempertaruhkan hubunganmu dengan Ibu Suri untuk mempertahankanku, apakah itu layak?”

“Jika tidak layak, aku sudah lama memulangkanmu ke Dongchuan. Bukankah aku sangat baik? Jadi, apakah kamu masih berpikir untuk melarikan diri?”

“Hm. Biar aku pikir-pikir lagi.”

Sebenarnya, Li Fengran tidak ingin pulang ke Dongchuan. Ia berencana menghilang di tengah jalan ketika dia dipulangkan. Baik ibukota maupun Dongchuan, keduanya merupakan tempat asing baginya.

Jika dia pulang, itu sama saja dengan kembali ke kandang macan karena meski dia terlepas dari Nangong Zirui, dia akan masuk ke dalam pusaran kehidupan Tuan Besar Dongchuan.

Sore itu ketika matahari hampir terbenam, Li Fengran baru keluar dari Istana Qihua setelah membantu Nangong Zirui menangani beberapa laporan kenegaraan.

Langkahnya seringan kapas, menapaki jalan berbatu yang langsung mengarah pada Istana Changsun. Awal musim semi memang bagus, ia mungkin harus menyuruh Xiang Wan membuatkannya beberapa pakaian musim semi baru.

Tapi kemudian, langkahnya terhenti di tengah jalan. Seseorang menghalangi jalannya. Postur tubuhnya tinggi dan tegap, ototnya kencang.

Selain wajahnya yang lumayan, orang itu sepertinya tidak memiliki kecerdasan emosi yang baik. Dia menatap Li Fengran dari kepala sampai kaki dan sangat kesal.

“Apa yang dilihat Yang Mulia darimu sampai dia mengangkatmu menjadi Pemangku Pedang?”

Mo Wei yang masih kesal karena rajanya mengangkat Pemangku Pedang baru dapat menemui Li Fengran hari ini. Setelah pengumuman dekret hari itu, Mo Wei protes pada Nangong Zirui.

Hasilnya, dia dibuang oleh Nangong Zirui ke kuil dengan dalih menjemput Ibu Suri. Sekarang dia sudah kembali, dia ingin melakukan perhitungan dengan Li Fengran.

“Pengawal Mo, aku lelah. Kamu bisa melampiaskan kekesalanmu padaku di lain waktu,” ucap Li Fengran.

“Yang Mulia pilih kasih! Jelas-jelas aku sangat baik dan terampil! Mengapa dia membutuhkanmu?”

“Kamu tanyakan sendiri pada Yang Mulia. Aku benar-benar lelah!”

“Huh, jika aku bertanya, Yang Mulia akan membuangku lagi. Mari kita buktikan siapa yang lebih pantas berada di samping Yang Mulia!”

Tanpa aba-aba, Mo Wei langsung mengajak Li Fengran bertarung. Di tengah jalan pada senja hari itu, Li Fengran dengan malas meladeninya.

Dia mempertahankan diri dan tidak berniat menyerang. Kali ini, saat tidak ada orang lain, dia baru mengeluarkan kemampuannya yang sebenarnya dalam beladiri.

Mo Wei sangat kuat dan terlatih. Li Fengran kewalahan karena tubuhnya yang saat ini masih belum sempurna kedewasaannya, sementara Mo Wei sudah dewasa dan berpengalaman.

Mo Wei adalah pengawal pribadi sekaligus kaki tangan Raja Nangong, maka sangat wajar jika dia sangat hebat.

Kalau begini terus, Li Fengran bisa babak belur. Dia kemudian menggunakan beberapa trik untuk mengelabui Mo Wei dan itu berhasil.

Mo Wei jatuh di tanah dan mengerang kesakitan. Rupanya, Li Fengran menendang tulang kering pria itu dan memukul perutnya tanpa menggunakan tenaga dalam. Itu cukup untuk membuat Mo Wei kesakitan selama dua hari.

“Cukup-cukup! Nona Li, aku tidak kesal lagi padamu. Jangan menendang tulang keringku lagi,” mohon Mo Wei.

“Sudah kubilang, aku lelah. Pengawal Mo, kamu sebaiknya jangan mengajakku bertarung lagi! Aku sangat lelah dan ingin tidur!”

“Baiklah, baiklah. Kamu boleh pergi.”

Namun, kepala Li Fengran tiba-tiba pusing. Ia lupa kalau saat datang kemari, dirinya muntah darah. Itu pasti karena semacam racun.

Mengapa harus kambuh hari ini? Astaga, dia masih belum sampai di Istana Changsun!

Kepalanya semakin sakit, tidak lama kemudian dia kembali memuntahkan seteguk darah segar.

“Pemangku Pedang! Astaga! Aku tidak memukulmu dengan keras, mengapa kamu berdarah?”

“Cepat bantu aku kembali ke Istana Changsun,” lirih Li Fengran.

Saat itu, Xiang Wan kebetulan datang dan hendak menjemput Li Fengran. Melihat majikannya kembali memuntahkan darah, dia panik dan menangis lagi karena takut.

Xiang Wan membopong tubuh Li Fengran sampai gerbang istana, tapi kemudian Li Fengran langsung pingsan.

“Pengawal Mo! Tolong panggilkan tabib istana kemari!” pinta Xiang Wan.

“Tentu! Tidak bisa! Aku juga harus memanggil Yang Mulia! Dia akan marah jika tahu Pemangku Pedang berdarah!”

1
Endang Nurhayati
😂😂😂 keberuntungan yang memihak, cuma tidur dapat burung Phoenix
isgiyarsi isgi
Luar biasa
Vani_27
lahh cewek anehh, terlalu memaksakan diri, karakter pemangku pedang ini kesen nya gmna yahh memaksaa 🤣🤣🤣
segala apk
Luar biasa
Jeffie Firmansyah
terhanyut dalam cerita sehingga membuat kesedihan dalam dada😭
Jeffie Firmansyah
sumpah ngakak abis seruuu Thor 💪
afifah aefa
Luar biasa
Febriani Nazularahmatika
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Noni Diani
Luar biasa
Yanti Suryantini
Biasa
Yanti Suryantini
Buruk
Ayu Dani
berat
Bzaa
semangat terus ya kak
Bzaa
kerennn dan penuh dengan akal..
Bzaa
raja benar-benar kuat, saLuttt
Bzaa
raja bener2 peka dan pengertian 😄
Bzaa
kerennnn
Bzaa
jgn2 tangan raja yg di gigit nya😁
Bzaa
pengawal mo, ketempuhan😄
Bzaa
si kasim main dorong2 aja😃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!