Menceritakan perjuangan seorang miliarder dalam mendapatkan seorang hati wanita cantik nan elegan. Sosok Shaleen merupakan wanita tangguh, mandiri, dan mempunyai prinsip tinggi hingga akal pikir yang cukup di luar logika.
Namun di sisi lain, seseorang bernama Peter telah lama menyusun strategi untuk menangkap Tristan. Hal itu dikarenakan dendam masa lalu, di mana ayah Peter bernama Omar Farid di tangkap. Di tambah dia baru tau kalau Tristan juga mengincar wanita yang ia cintai selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Tiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VICENZO ─ 17
Di saat Dareen dan Alice datang, bersamaan dengan Lia yang juga berkunjung ke tenda mereka mengantarkan cemilan sehat untuk Neroica.
"Alice. Kenapa dengan kepala mu?"
"Tanya aja sama adikmu sana, "
"Dimana Neroica?"
"Dia cari kayu bakar." Mendengar itu tentu membuat Lia kesal, dan menatap Dareen dengan sorot mata tajam.
"Apa adik ku yang mau?"
"I─iya. Dia sendiri yang mau, "
"Apa dia bilang?"
"Dia bilang. Sebaiknya aku mengantar Alice dan obati dia mengenakan plaster kostum hello kitty, "
"Dan sekarang aku meminta mu untuk memasang plaster itu pada dirimu sendiri. Dimana sikap gantle─man mu Dareen? Kau membiarkan seorang gadis yang sedang sakit kakinya mencari kayu bakar?" Lia meletakkan kotak makan itu lalu pergi untuk menghampiri Neroica. Sementara itu Neroica, dia tidak sengaja melihat kelinci putih yang sangat cantik. Neroica yang sangat terobsesi dengan kelinci pun mengejarnya dengan perlahan. Neroica terus mengikuti kelinci itu sampai ke sebuah jembatan penyebrangan─yang di mana, bawah jembatan terdapat aliran sungai dengan arus yang sangat deras.
"Hei. Kamu kenapa kesitu? Nanti kamu jatuh, " ucap Neroica. Kelinci itu nampak santai diam di jembatan tersebut sambil mengunyah rumput. Neroica tidak bisa menahan diri, dia berjalan menaiki jembatan yang sudah nampak tua itu untuk menolong kelinci tersebut.
Lia sudah tiba di tempat tumpukan kayu bakar, di susul dengan Thony yang juga ikut menghampiri Neroica. "Dimana adikku?" Tanya Lia pada Thony.
"Kau bertanya padaku, aku saja baru datang, "
"Ya Tuhan." Lia langsung masuk ke dalam hutan untuk mencari Neroica, di susul dengan Thony yang juga ikut. "Helennn, " teriak Lia memanggil adiknya. Tak butuh waktu lama, sebab jembatan itu tidak jauh dari perkemahan. Mereka akhirnya menemukan Neroica dengan kelinci di tangannya.
"Helen, "
"Kakak?"
"Kamu ngapain di situ? Jembatan itu sudah tua. Ayo sini, "
"Iya kak." Neroica perlahan berjalan kembali menghampiri Lia. Baru saja tangan Neroica dan Lia saling berpegangan, tiba-tiba tali jembatan itu putus membuat Neroica jatuh bersamaan dengan Lia. Tapi untuknya Lia sempat berpegangan pada ranting pohon sebelum mereka jatuh ke sungai.
"HELEN BERTAHAN DIK, "
"KAKAK, AKU TAKUT." Thony yang melihatnya langsung berusaha turun dan menarik keduanya. Namun dia sama sekali tidak kuat jika menarik sekaligus dua orang. Ranting pohon itu sudah tidak kuat menahan keduanya, sampai akhirnya ranting itu patah. Lia dan Neroica jatuh ke sungai, di susul dengan Thony yang juga jatuh ke sungai karena dia masih berpegang pada tangan Lia. Mereka bertiga jatuh dan hanyut terbawa arus sungai. Thony berusaha meraih bebatuan untuk menahan diri namun hasilnya nihil. Arus yang begitu deras membuat tangan Thony yang licin lepas. Setelah cukup jauh terbawa arus sungai, Thony akhirnya berhasil menangkap sebuah ranting.
"PEGANGAN DENGAN KU, " teriak Thony saat melihat Lia dan Neroica. Keduanya langsung berpegangan pada Thony dengan begitu sangat erat. Untungnya ranting itu sangat tebal dan besar. Di tengah kepanikan itu, Lia melihat-lihat ke arah sekitar untuk mencari cara agar mereka bisa naik ke atas. Karena memang jarak antara mereka dan tepian sungai lumayan tinggi.
"Thony. Aku akan naik ke atas lebih dulu. Sepertinya di atas itu ada tali atau apapun yang bisa menarik kita ke atas, "
"Baiklah." Lia lalu berusaha naik dengan menaiki tubuh Thony. Setelah Lia berhasil naik dia langsung mencari sesuatu untuk bisa menarik mereka berdua ke atas. Sambil menunggu Lia mencari alat yang bisa menarik, Thony tiba-tiba merasakan ada yang aneh dengan pegangan Neroica yang mulai lemah. Thony menoleh ke belakang, dan melihat wajah Neroica yang nampak lemah. "Neroica. Bertahanlah, " gumam Thony. Namun tiba-tiba pegangan tangan Neroica lepas, bersamaan dengan Neroica yang pingsan dan tenggelam. Thony tidak sempat menangkap tangan Neroica. "NEROICA." Teriakan Thony membuat Lia tersadar dan semakin panik. Thony pun mengambil tindakan dengan terjun dan menyelam ke dasar sungai mencari Neroica. Thony akhirnya menemukan Neroica, dan mengangkatnya ke permukaan. Sayangnya mereka sudah jauh dari tempat Lia berada sekarang. Mereka sudah larut sejauh mungkin. Thony berusaha berenang ke tepian sambil membawa Neroica. Namun sayangnya, tiba-tiba kepala Thony terhantam benda padat sampai membuatnya pingsan. Keduanya pun hanyut dalam keadaan pingsan.
Sementara itu Lia berhasil naik ke permukaan. Dia mengikuti arus sungai untuk mencari keberadaan Thony maupun Neroica. Selama perjalanan Lia sama sekali tidak menemukan keberadaan keduanya. Sampai di ujung sungai, Lia hanya menemukan aliran arus yang menurun ke bawah. Badan Lia seketika lemas, dan terduduk di tanah menatap ke arah dasar sungai yang begitu tinggi.
"A─aku harus apa sekarang? Bagaimana caranya aku mencari mereka." Lia tidak tau harus melakukan apa lagi. Dia kemudian berniat kembali ke perkemahan dan memberitahu pihak kampus serta menghubungi kakaknya.
***
Sementara Tristan, perasaannya tidak enak. Dia merasa gelisah dan tak bisa tidur. Karena perasaannya yang tak kunjung menghilang, Tristan bangun lalu meminum segelas air mineral. Tiba-tiba matanya mengarah pada bangunan di sebelah rumahnya. Dari atas atap rumah itu terlihat sekelompok pria mengenakan pakaian serba hitam berjalan mengendap-endap. Tristan berjalan mendekati jendela untuk memastikan apa yang ingin mereka lakukan. Rupanya mereka turun ke halaman rumah Tristan dan menyusup masuk ke rumahnya. Sekelompok orang itu berhasil menangkap semua pembantu Tristan, bahkan Albert juga ikut tertangkap. Mereka semua di ikat melingkar di ruang tamu. Mereka lanjut mencari keberadaan Tristan, namun tidak satu pun dari mereka berhasil menemukannya.
"DIMANA VICENZO, " teriak orang itu sambil memukul wajah Albert.
"Kau yang punya urusan dengannya. Cari saja sendiri, " jawab Albert. Pria itu tak terima dan ingin membunuh Albert, namun tiba-tiba serangan muncul menembak tangan pria yang ingin membunuh Albert. Mereka semua langsung menoleh ke asal tembakan, namun tak sampai 3 detik, tembakan itu langsung mengenai mereka masing-masing. Tersisa 1 orang yang tadi ingin membunuh Albert. Tristan lalu keluar dan berjalan dengan santai menghampiri pria itu.
"Siapa kalian?"
"T─tuan kami hanya di suruh, "
"Siapa yang menyuruh kalian?"
"Pak Peter." Tristan muak mendengar nama Peter dan tanpa ampun menembak pria itu hingga tewas berkali-kali. Tristan lalu membantu melepaskan ikatan Albert dan yang lainnya.
"Albert, "
"Iya kak?"
"Aku putuskan untuk fokus menangkap Peter. Matikan ponsel ku. Aku tidak mau ada yang mengganggu ku, "
"Kak, bagaimana jika kedua adikmu menelfon? Jika mereka tidak bisa menelfon ku mereka pasti akan menelfon mu." Tristan kemudian berjalan masuk ke kamar nya, sementara Albert di bantu dengan beberapa pelayan lainnya mengumpulkan mayat-mayat itu lalu membakarnya di halaman belakang.