Memiliki saudara kembar nyatanya membuat Kinara tetap mendapat perlakuan berbeda. Kedua orang tuanya hanya memprioritaskan Kinanti, sang kakak saja. Menuruti semua keinginan Kinanti. Berbeda dengan dirinya yang harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Termasuk menikah dengan seorang pria kaya raya.
Kinara sangat membenci semua yang terjadi. Namun, rasa bakti terhadap kedua orang tuanya membuat Kinara tidak mampu membenci mereka.
Setelah pernikahan paksa itu terjadi. Hidup Kinara berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02
"Ara ... aku sudah di depan rumahmu." Danu menghubungi saat sudah sampai di rumah Kinara.
Setelah gadis itu memintanya untuk menunggu sebentar, Danu pun langsung mematikan panggilan itu. Menunggu Kinara dengan perasaan cemas dan gelisah. Jika orang tua Kinara mengetahui, apa yang akan ia jelaskan.
Hampir sepuluh menit menunggu, Kinara tidak kunjung datang. Justru Papa Soni yang keluar dari rumah itu dan mendekati Danu. Raut wajahnya tampak datar. Tidak ramah seperti biasa. Danu pun bisa menebak bahwa memang ada sesuatu yang tidak beres terjadi.
"Om," panggil Danu pelan. Ia setengah menunduk melihat Papa Soni yang menatapnya tajam.
"Kamu mau membawa Ara ke mana? Dia sudah selesai bekerja dan tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah lagi."
"Saya dan Ara ada urusan, Om," jawab Danu gugup.
"Urusan? Urusan apa? Jangan bilang kamu mau membawa Ara kabur dari rumah," tukas Papa Soni.
Danu tertegun. Merasa bingung. Bagaimana Papa Soni bisa tahu kalau Kinara hendak kabur dari rumah. Memang Kinara mengajak kabur, tetapi Danu tidak ada niatan untuk mengiyakan. Ia datang ke sini untuk menjemput Kinara, membawa ke tempat yang nyaman dan akan mendengar penjelasan dari gadis tersebut.
"Danu ... aku tahu kamu sudah bersahabat baik dengan Ara. Tapi membawanya kabur dari perjodohan bukanlah hal yang dibenarkan. Bagaimanapun juga, kamu tidak berhak ikut campur urusan keluarga kami," ujar Papa Soni.
Danu membisu. Ia masih belum paham atas apa yang terjadi. Juga tadi Papa Soni menyebut kata perjodohan. Apakah ini maksudnya Kinara dijodohkan? Kalau memang benar, pantas saja gadis itu mengajaknya kabur.
"Maaf, Om. Saya tidak tahu ada permasalahan apa. Saya hanya datang ke sini karena Ara mengajak saya pergi jalan-jalan. Saya bahkan tidak tahu soal perjodohan itu," sahut Danu.
Papa Soni menghela napas panjang. "Dua Minggu lagi Ara akan menikah."
"Me-menikah?" Bola mata Danu membulat penuh.
"Ya. Semua sudah dibahas secara matang dan tidak ada lagi penolakan. Itulah kenapa kalau sampai pernikahan ini batal atau keluarga kami akan menanggung malu." Kalimat Papa Soni terdengar tegas dan penuh ancaman.
Danu pun hanya bisa diam dan masih berusaha menelaah kalimat demi kalimat yang terlontar dari Papa Soni. Jika memang Kinara harus menikah dan tidak bahagia, sungguh Danu merasa sangat tidak ikhlas.
"Lebih baik sekarang kamu pulang. Ara sudah tidur." Papa Soni berlalu pergi meninggalkan Danu begitu saja.
Sementara Danu masih bergeming di atas motor dan menatap ke lantai atas di mana kamar Kinara berada. Lampu kamar itu tampak menyala dan ia melihat bayangan wanita berdiri di balik tirai. Danu yakin kalau Kinara melihatnya dari atas sana. Namun, untuk sekarang ini, ia belum bisa melakukan apa pun.
***
"Ara ...." Suara Danu terdengar lirih. Ia merasa terluka saat melihat kedua mata Kinara yang tampak sembab. Meskipun mereka hanya melakukan panggilan video, tetapi bekas tangisan itu masih nampak jelas.
Kinara tidak menyahut. Hanya terisak lirih sambil mengusap air mata yang masih saja mengalir. Gadis itu benar-benar terluka dan tidak bisa sekalipun kabur. Sepertinya sang papa mengetahui niat buruknya hingga dirinya dikurung di kamar. Bahkan, ia sudah tidak diperbolehkan untuk bekerja.
"Jangan bersedih seperti ini lagi. Aku akan memikirkan cara agar kamu bisa lepas dari perjodohan ini," ujar Danu. Tidak sekalipun melepaskan pandangan dari layar ponsel.
"Sepertinya semua akan percuma, Nu. Setiap keputusan papa sudah tidak bisa diganggu gugat. Bahkan, sekarang papa mengurungku di kamar seperti seorang sandera." Suara Kinara terdengar begitu parau.
"Pasti ada cara, Ra. Kamu masih memiliki waktu dua minggu. Em ...." Danu terdiam. Menggantungkan ucapannya. Sepertinya pria tersebut tampak ragu. Namun, berusaha untuk melanjutkan ucapannya. "Bagaimana kalau aku datang melamarmu. Aku akan bilang pada Om Soni kalau aku akan menikahimu."
Kinara terdiam. Isakannya tidak lagi terdengar. Sepertinya ide dari Danu tidak terlalu buruk juga. Lebih baik menikah dengan Danu yang sudah ia pahami sifatnya, daripada harus menikah dengan pria yang tidak dikenal meskipun kaya raya.
"Ara ... bagaimana? Aku sungguh serius. Aku tidak mau melihat kamu terluka dan bersedih jika sudah menikah nanti. Apalagi kalau kamu menikah dengan pria yang salah. Jika kamu mau, besok aku akan datang menemui orang tuamu." Danu berbicara dengan tegas dan tanpa keraguan sedikit pun. Kinara pun pada akhirnya memilih setuju dan berharap sang papa akan menerima Danu.
Benar saja, Danu datang ke rumah Kinara untuk menemui kedua orang tua gadis tersebut. Kinara hendak keluar untuk menemui, tetapi sang papa tidak memperbolehkan sama sekali. Sungguh, Kinara hanya bisa duduk cemas di kamar sambil menunggu Danu dan orang tuanya selesai mengobrol.
Sementara itu, di ruang tamu. Danu harus menelan rasa kecewa karena Kinara tidak diperbolehkan untuk duduk bersama dengan dirinya. Namun, hal itu tidak membuat Danu mengurungkan niat untuk meminang gadis tersebut. Membuatnya terlepas dari belenggu perjodohan.
"Diminum dulu, Nu," suruh Mama Yayuk.
"Makasih, Tante." Danu mengambil secangkir teh hangat itu dan meminumnya sedikit. Setelahnya, ia pun berdeham untuk menetralkan suasana. Tatapan mata yang tajam dari Papa Soni tidak sekalipun membuat nyali pria itu menciut.
"Ada perlu apalagi kamu datang ke sini? Ara sudah tidak bekerja lagi," kata Papa Soni tegas dan penuh penekanan.
"Om Soni ... Tante Yayuk ... Sebelumnya saya minta maaf kalau kedatangan saya ke mari mengganggu kalian. Saya ke sini karena ada sesuatu hal yang ...."
"Jangan banyak basa-basi. Katakan saja langsung pada intinya," sela Papa Soni.
Danu terdiam. Menghela napas panjang terlebih dahulu. Yang ia tahu, Papa Soni itu memang orangnya keras kepala dan susah dibantah. Berbeda dengan Mama Yayuk yang masih memiliki sedikit hati nurani.
"Om ... saya ke sini mau melamar Ara. Saya tahu Ara sudah dijodohkan, tapi mereka tidak saling cinta. Saya tidak mau jika nantinya Ara akan disakiti."
"Memangnya kamu pikir, kamu tidak mungkin menyakiti Ara?" Papa Soni menyunggingkan bibir. Tersenyum meledek ke arah pria di depannya.
"Saya akan berusaha untuk membuat Ara selalu merasa bahagia, Om. Saya akan melimpahi Ara dengan kasih sayang. Jujur, saya sudah cinta sama Ara, Om."
Pada akhirnya, apa yang dipendam oleh Danu selama ini terungkap sudah. Soal perasaan, ia memang sudah mencintai Kinara sejak lama. Namun, ia tidak sekalipun memiliki keberanian untuk mengungkapkan. Khawatir akan merusak persahabatan mereka. Itulah kenapa, Danu memilih memendam dan menjaga Kinara secara diam.
"Cinta? Baguslah. Tapi apa kamu pikir, kamu bisa menghidupi putriku hanya bermodalkan cinta? Memang apa yang bisa diharapkan dari karyawan restoran biasa seperti kamu?" Papa Soni tersenyum licik.
jangan² nanti minta anak kakaknya diurus oleh ara kalau iya otw bakar rumahnya
kinara masih bisa sabar dan berbaik hati jangan kalian ngelunjak dan memanfaatkan kebaikan kinara jika gk bertaubat takut nya bom waktu kinara meledak dan itu akan hancurkan kalian berkeping" 😏😂