Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.."
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
"Tidak, Ibuku sudah tiada, dan aku ingin kau yang menjadi Mommy ku."
"Baiklah siapa namamu?."
"Namaku Daren, Daren Mikhael Wilson aku anak dari orang terkenal dan kaya di kota ini, jadi jika kau menikah dengan Daddyku kau tidak akan miskin dan akan hidup senang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TW 20: Ada Apa Dengan Tuan Willy
Isa melangkah cepat masuk ke dalam kamarnya, lalu menutup pintu.
Menyandarkan punggungnya di balik pintu dengan mata terpejam. Menghela nafas berkali- kali untuk meredakan debar jantung yang menggila.
Apa yang baru saja terjadi..
Dia baru saja berciuman, Tuan Willy menciumnya..
Apa- apaan pria itu..
Apa yang di lakukannya..
Nafas Isa memburu dengan dada yang naik turun. Jantungnya masih berdebar kencang seiring kilasan ciuman yang terus muncul di benaknya.
Tangan Isa terangkat menyentuh bibir yang masih terasa bengkak akibat gigitan Willy, Isa menelan ludahnya saat mengingat rasa seperti apa yang dia dapatkan dari ciuman Willy.
Nafas pria itu berbau mint menyegarkan, membuat Isa bisa merasakan sari manis saat benda lembut menelusup dan melesak ke dalam mulutnya.
Bodohnya Isa merasa menikmati apa yang baru saja terjadi, ada sensasi aneh yang tak pernah Isa rasakan. Sesuatu yang memacu adrenalin hingga Isa menginginkan lebih lagi.
Berhenti berpikir Isa, itu adalah ciuman pertamamu, harusnya kau menyesal bukan menikmatinya. Isa merutuki dirinya yang menikmati ciuman yang ternyata punya sensasi luar biasa, bahkan membuatnya menginginkan lebih.
Isa menggeleng dan memukul kepalanya merasa pikirannya sudah ternoda karena baru saja merasakan ciuman yang ternyata memiliki sensasi luar biasa. Bagaimana bisa dia seperti wanita murahan yang mendambakan lebih. "Ini gila.." serunya kesal, bukannya merasa bersalah karena kehilangan ciuman pertama, Isa malah menginginkannya lagi.
....
Isa menghentikan kegiatannya saat sedang mengisi kotak bekal Daren, kenapa kegiatan yang baru saja satu minggu atau lebih tepatnya sepuluh hari dia jalani seolah terbiasa untuknya.
Melakukan kegiatan layaknya seorang ibu memperlakukan anaknya, dan anehnya tak ada perasaan canggung sedikitpun, bahkan Isa langsung bisa menempatkan dirinya di rumah Willy dan menjalani peran sebagai seorang Ibu.
Mengingat ini semua hanya peranan hati Isa mencleos lesu, bagaimana pun kelak dia harus meninggalkan Daren dan Tuan Willy serta kegiatan yang sudah mulai terbiasa di jalaninya.
Ngomong- ngomong tentang Tuan Willy, sejak mereka berciuman Isa tak bertemu lagi dengan Tuan Willy, Pelayan berkata jika Tuan Willy pergi ke luar Negara, dan ini adalah hari ke empat sejak Tuan Willy pergi.
Baguslah jadi Isa tak perlu merasa canggung, karena ciuman mereka tempo hari. Tapi, kenapa kepergian Tuan Willy kali ini terasa mengganjal di hati Isa, ada setitik perasaan tak nyaman dalam hati Isa yang enggan Isa akui..
"Mom, bekalku?" Daren yang sejak tadi menunggu bekalnya siap, tapi malah melihat Isa melamun saja.
"Oh, ya.." Isa menutup kotak bekal Daren lalu memasukannya ke dalam tas sekolah Daren.
"Sudah selesai sarapannya?" tanya Isa. gadis itu mengusap bibir Daren yang terkena mayonaise, sarapan kali ini di isi salad buah kesukaan Daren dengan mayonaise dan keju yang banyak.
"Ya.."
"Baiklah kita berangkat sekarang." Isa menggandeng tangan Daren agar turun dari kursi makan.
Mereka berjalan ke arah pintu dimana muncul seorang pelayan yang membawa buket bunga besar ke arah mereka.
"Bibi Denise apa yang kau bawa?" Daren mendongak melihat pelayan yang membawa buket bunga.
"Buket bunga untuk Nona Isa."
"Oh, wow. Besar sekali siapa pengirimnya?" Daren bertanya dengan antusias, sedangkan Isa mengeryitkan keningnya bingung. Seingatnya yang tahu dia ada di sini hanya Aldo, pengawal yang di tugaskan Daddy Marvin untuk mengawasinya, jadi siapa yang mengirimkan bunga sebesar itu untuknya.
"Anda bisa melihatnya, disini ada sebuah kartu juga." Pelayan memberikan buket bunga besar itu kepada Isa.
Isa menerima buket bunga tersebut, lalu melihat sebuah tulisan disana.
Apa Kau merindukan ciumanku..
Wajah Isa tiba- tiba memerah membaca sebaris kata tersebut. Tanpa berpikir lagi Isa sudah tahu siapa yang memberikan buket bunga untuknya.
Jantungnya berdebar dengan desiran aneh yang lagi- lagi datang. "Siapa pengirimnya Mom?" Isa mengerjapkan matanya lalu menggeleng, mendengar pertanyaan Daren.
"Tidak ada namanya." Isa menggenggam kartu yang ada di buket bunga, dan menyerahkan bunga kembali pada pelayan "Tolong, simpan ini di kamarku. Aku akan mengantar Daren ke sekolah."
"Baik Nona." Isa kembali menggandeng Daren keluar dari rumah dan memasuki mobil.
Saat supir mulai melajukan mobilnya ponsel Isa berdering menandakan sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Sungguh, kau tidak merindukan ciumanku, tapi kenapa aku merindukan bibirmu yang manis..
Isa mengerjapkan matanya, wajahnya lagi- lagi memerah, namun kali ini bibirnya tersenyum, meski sangat tipis "Dasar Tuan mesum, kurang ajar." katanya dengan nada pelan, tentu saja dia tak ingin Daren mendengar umpatannya. Desiran di hati Isa semakin nyata, dengan perut yang tergelitik ada rasa bahagia disana, meski begitu Isa tak berniat membalas pesan Willy tersebut.
Bagaimana pun Isa harus menjaga hatinya.. Agar tidak terjerumus semakin dalam..
...
Kegilaan Willy semakin menjadi, pria itu setiap hari mengirimkan bunga serta coklat persis seperti seorang pria yang sedang jatuh cinta, ada apa dengan pria itu.
Seharusnya dia mulai mencari wanita yang akan menjadi Istri dan Ibu sesungguhnya untuk Daren, bukan mendekatinya seperti pria kasmaran.
Isa menghela nafasnya melihat buket bunga memenuhi kamarnya, Willy mengiriminya tiga kali sehari sudah seperti minum obat saja, dan lihatlah betapa banyaknya bunga itu belum lagi buket bunga yang datang besar- besar. Sudah satu minggu sejak Willy pergi dan kini kamarnya sudah menyempit karena bunga- bunga kiriman Willy.
"Ada apa dengannya..?" meski pertanyaan itu muncul Isa tak berniat menanyakan hal itu pada Willy, bahkan Isa tak pernah membalas pesan dari Willy yang penuh kata- kata kerinduan, bukan kah itu aneh untuk pria seperti Willy. "Dasar mesum, merindukan bibirku katanya.." Isa terkekeh lalu menyentuh bibirnya, masih terasa bagaimana ketika Willy menciumnya minggu lalu, lembut dan menggebu. Dan entah bagaimana tak ada penyesalan di hati Isa, meski ciuman pertamanya tak dia berikan pada pria yang dia cintai.
"Apa aku sudah gila.."
kau dtg kerana urusan bisnes bukan utk urusan hati.. teguh pendirian.. ingat perjanjian