Jebakan dari seseorang yang tidak dikenal, membuat Starla terjebak malam panas dengan seorang pria asing. Starla pikir semuanya hanya sekedar hubungan one night stand saja. Sebaliknya, masalah ini malah berbuntut panjang ketika Starla mengetahui dirinya hamil. Dan Starla juga dibenci tunangannya karena hal ini, dia kehilangan pria yang dicintainya.
Lantas, Starla lalu mencari ayah dari bayinya untuk menuntut pertanggungjawaban. Namun, niatnya urung saat mengetahui siapa ayah dari bayinya. Seorang pria berusia 18 tahun, Arsaka Delando yang sudah memiliki kekasih, dia juga adalah salah satu siswa di sekolah tempatnya melakukan PPL.
Akankah Starla memberitahu kehamilannya pada Saka? Apakah Saka akan bertanggungjawab saat tau Starla mengandung bayinya? Ataukah dia memilih fokus pada masa remajanya yang masih senang-senangnya bermain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Degup jantung aneh
Tidak ada acara bulan madu untuk pasangan yang baru menikah ini. Meski Anggun dan Jeffry sudah mengatur acara bulan madu itu. Starla dan Saka sama-sama menolaknya karena mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Starla dengan PPL, tugas kampus dan skripsinya. Saka dengan sekolahnya yang sudah menginjak kelas 3 SMA. Apalagi Saka, dia harus banyak-banyak belajar.
"Kalian yakin nggak akan bulan madu? Mama udah siapin loh tiket kalian untuk bulan madu ke Jepang." tawar Anggun kepada anak bungsu dan menantunya, saat waktu sarapan pagi. Terlihat perbedaan antara Saka dan Starla dari penampilan. Starla terlihat dewasa, sedangkan Saka yang berseragam SMA dengan tubuh bongsornya, terlihat sangat muda. Namun, jika Saka memakai pakaian biasa, dia bisa terlihat dewasa dari Starla karena tubuhnya lebih tinggi dan besar dari wanita itu.
"Nggak Ma, kita sama-sama sibuk. Ya kan kak?" tanya Saka seraya melihat ke arah Starla yang sedang mengunyah sandwich. Pagi ini dia tidak mual-mual seperti biasanya.
"Iya," jawab Starla singkat.
"Baiklah kalau begitu. Tapi kenapa kamu panggil istri kamu dengan panggilan kakak? Nggak etis banget begitu." cetus Jeffry angkat bicara.
Sontak saja Starla dan Saka saling melihat satu sama lain. Ya, memang aneh juga kan kalau mereka yang pasangan suami-istri masih memanggil kakak dan gue elo.
"Terus aku harus panggil apa Pa?" tanya Saka.
"Sayang lah." jawab Anggun antusias.
Saka langsung menahan mualnya kala mamanya mengatakan sayang. 'Masa iya gue harus bilang sayang sama cewek galak ini? Sayang gue cuma buat Elisa'
"Loh, kenapa kamu malah diam? Starla, kamu juga harus panggil suami kamu sayang." kini Anggun bicara pada Starla.
Deg!
Starla pun menghentikan suapan sandwichnya dan mengatensikan matanya pada sang ibu mertua. Anggun menatap Starla penuh harapan, mana bisa ia menolak permintaan Anggun.
"Ayo dong, kalian harus panggil sayang! Mama mau denger," ucap Anggun sambil tersenyum. Dia menatap anak dan menantunya dengan antusias.
Demi menyenangkan mama dan papanya, mau tidak mau. Saka memanggil Starla dengan panggilan sayang. "Sayang, kamu makannya cepetan. Kita harus berangkat."
'Huwek iuh! Gue bilang sayang sama dia? Pake aku kamu lagi' Saka memaki dirinya dalam hati.
"Haha, iya sayang. Kamu juga cepetan makannya!" seru Starla dengan tawa yang dipaksakan dan senyum dipaksakan juga.
'God! Ini menggelikan' batin Starla merasa geli dengan kata-katanya sendiri.
"Nah gitu dong, kalian harus biasakan ya untuk seperti ini. Biar hubungan kalian langgeng dan semakin harmonis," celetuk Anggun dengan raut wajah bahagia.
"Iya Ma," sahut Saka dan Starla patuh.
Setelah selesai sarapan, Starla dan Saka berjalan keluar dari rumah bersama dengan Jeffry yang akan berangkat bekerja. Sementara Anggun, dia akan pergi ke butik Ghea untuk membantu anaknya disana.
"Starla, Saka, naik ke mobil Papa. Papa sama Mama yang antar kalian." ucap Jeffry pada Saka dan Starla.
Disisi lain, Saka terlihat memakai helmnya dan bersiap naik motor. Rencananya dia akan menjemput Elisa. Niatnya hari ini dia akan memutuskan Elisa. Setelah beberapa hari ini, Saka menunda-nundanya. "Nggak usah Pa, aku berangkat naik motor. Mendingan Starla aja yang naik mobil Papa."
"Masa suami-istri pisah sih? Berangkat bareng aja. Kamu juga, simpan motormu. Starla nggak bisa naik motor," beo Anggun.
"Ma, nggak apa-apa. Aku berangkat sama Papa sama Mama aja." Starla tersenyum seraya melihat ke arah Saka. Dia sudah tau sebelumnya dari Saka, bahwa cowok itu akan memutuskan Elisa hari ini dan meminta waktu seharian dengan Elisa pada Starla.
Saka dan Starla saling melihat satu sama lain, mereka lalu teringat pembicaraan mereka semalam.
"Makasih Lo udah izin sama gue dulu. Gue harap ke depannya, walaupun kita nggak saling cinta. Kita bisa saling menghargai," ucap Starla setalah Saka meminta izin padanya untuk bersama Elisa seharian.
"Oke, Lo tenang aja. Gue janji gue bakal hargain hubungan kita demi adek juga."
"Gue percaya. Jangan pernah Lo ngingkarin janji Lo, gue nggak bisa tolerir orang yang ingkar janji. Besok, Lo harus benar-benar memutuskan hubungan Lo sama pacar Lo. Sorry, gue terkesan ngatur. But, gue nggak mau Papa gue sampe tau kalau Lo ada hubungan sama cewek lain, sedangkan kita udah nikah." Tutur Starla tegas dan Saka menganggukkan kepalanya dengan yakin.
****
Akhirnya, Anggun dan Jeffry tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka juga sudah mau telat. Starla diantar oleh Anggun dan Jeffry, sedangkan Saka menjemput Elisa. Mungkin untuk terakhir kalinya.
Starla dan Saka sama-sama pergi ke sekolah, namun dengan orang yang berbeda. Di sekolah mereka terlihat seperti orang yang tidak saling kenal, siapa yang akan menduga kalau Starla dan Saka sudah menikah.
"Beb, kapan kamu mau kiss aku? Waktu itu kan gak jadi?" rengek Elisa begitu ia dan Saka berada di parkiran.
"El, jangan keras-keras ngomongnya." Saka meminta Elisa untuk tidak berisik. Malu bila ada yang mendengar.
"Ya terus kapan dong? Kenapa sih akhir-akhir ini kamu selalu menghindar?" tanya Elisa lagi kesal. Akhir-akhir ini ia merasa Saka menjauh darinya. Setiap telpon dan pesan yang Elisa kirimkan dan biasanya dibalas tepat waktu. Kini selalu terlambat di respon.
"Maaf beb. Nanti pulang sekolah aku jelasin ya? Sekarang kita masuk kelas dulu yuk, aku ada ulangan matematika jam pertama!" seru Saka seraya tersenyum lembut para kekasihnya. 'Maafin aku El' batinnya.
"Tumben kamu mikirin belajar. Biasanya juga enggak."
"Kita udah kelas 3 sayang, jadi harus banyak belajar biar lulus dan aku harus mulai serius!" ujar Saka pada kekasihnya.
"Oh ya, aku tau. Kamu begini demi masa depan kita juga kan?" gumam Elisa yang tidak mendapatkan respon apapun dari Saka.
Elisa menatap Saka dengan heran. Hatinya bertanya-tanya ada apa dengan Saka? Kenapa dia menjauh dan berubah? Kenapa Elisa merasa akan terjadi sesuatu sepulang sekolah nanti? Perasaan Elisa tidak enak.
Bel masuk pun berbunyi, semua siswa-siswi masuk ke dalam kelas masing-masing. Pelajaran di kelas XII IPS satu adalah matematika dan hari ini ada ulangan harian matematika. Starla langsung ke dalam mode seriusnya. Dia membagikan soal ujian dan melarang semua siswa untuk berbuat curang.
"Saya tidak suka ada orang yang curang. Saya lebih suka orang yang memiliki nilai rendah, tapi jujur daripada orang yang memiliki nilai tinggi tapi jujur. Ingat, curang adalah salah satu akar tumbuhnya seorang koruptor!" tegas Starla kepada anak-anak didiknya.
"Iya kak!" sahut pada siswa pria di kelas itu patuh. Mereka mengagumi sifat Starla yang dewasa dan juga parasnya yang cantik. Tapi siswi perempuan selalu kesal bila ada Starla masuk ke kelasnya.
"Dih, apaan tuh si guru magang. Sok kecakepan banget jir." bisik seorang siswi yang julid dan tidak suka pada Starla.
"Benar tuh, apalagi si Saka pernah gendong dia." celetuk siswi lainnya dengan wajah menyebalkan, melihat Starla yang sedang didepan kelas dengan sinis.
"Dia ke sekolah, mau jadi guru magang atau jadi ***** yang godain cowok-cowok di sekolah kita?" ucap seorang siswi sambil tersenyum menyeringai.
Malvin yang mendengar itu langsung marah dan menggebrak meja. Keadaan yang hening pun menjadi riuh karena tingkah Malvin.
"Jangan sembarangan kalian kalau ngomong! Jangan gibah bego!" seru Malvin dengan tatapan tajamnya pada ketiga siswi yang membicarakan Starla itu. Ketiga siswi itu langsung diam dan memalingkan wajahnya dari Malvin.
Fero dan Saka yang duduk bersebelahan, heran melihat Malvin tiba-tiba marah seperti itu.
"Malvin ada apa? Kenapa kamu teriak-teriak kayak gitu?" tanya Starla seraya menghela Malvin.
"Nggak apa-apa kak," jawab Malvin yang lalu kembali duduk di tempat duduknya. Dia tidak mau Starla sakit hati bila dia mengatakan ada yang menghinanya.
"Ya sudah, kamu fokus ya!" ujar Starla pada cowok itu.
Namun saat Starla hendak berjalan ke depan, salah seorang dari siswi itu sengaja memanjangkan kakinya ke depan. Starla yang tidak melihat itu, kakinya terus berjalan hingga akhirnya dia tersandung.
"Akhh!"
Dengan sigap, seseorang berseragam putih abu menahan tubuh Starla dari depan agar tidak jatuh.Kedua tangannya melingkar di tubuh mungil Starla.
Semua siswa-siswi di kelas itu, sontak saja beratensi pada mereka berdua. Apalagi yang menangkap tubuh Starla adalah Saka.
"Lo nggak apa-apa?" bisik Saka pada Starla.
Starla sendiri masih syok dengan kejadian barusan. Bukan dirinya yang dia khawatirkan, melainkan kandungannya yang masih rentan keguguran. Ditambah lagi, jarak yang mengikis antara Starla dan Saka hanya beberapa inci saja. Mereka bertatapan dengan cukup lama, sebab wajah mereka juga berdekatan.
Deg!
Deg!
Baik Starla maupun Saka, mereka merasa degupan jantung yang berpacu dengan kencang pada organ dalam mereka yang satu itu. Ada sesuatu yang berdesir didalam hati mereka masing-masing, kala keduanya beradu netra.
'Kenapa dia ganteng banget sih?'
'Starla cantik banget sumpah. Kayaknya gue terpesona' mata Saka tak berkedip saat ia melihat si cantik yang menghipnotisnya dengan pesona.
Tanpa mereka sadari, salah satu siswi yang julid tadi mengeluarkan ponselnya diam-diam lalu memotret foto Saka dan Starla yang masih dalam posisi dekat seperti ini.
Siswi itu pun mengirim foto diam-diam pada forum daring kelas XII dan forum sekolah yang memiliki banyak anggota. Foto itu pun langsung dilihat oleh kelas XII IPS lainnya yang sedang berada dalam jam istirahat pelajaran olahraga. Termasuk Elisa.
"Lis lihat ini, Lo harus lihat!" seru Angel sambil menyodorkan ponselnya pada Elisa yang sedang meneguk air minum didalam botol.
"Apaan sih?"
"Lihat dulu! Dugaan kita benar kan, kalau si guru magang itu emang kecentilan." cetus Lita seraya menepuk bahu Elisa, meminta temannya untuk diam terlebih dahulu.
Sontak saja Elisa terbelalak melihat foto yang ada di salah satu grup WA komunitas sekolah. Tangannya yang sedang memegang botol itu, langsung mengepak kuat dan membuat si botol yang tidak bersalah itu remuk.
"Lihat El, dia macam-macam sama Lo kan? Ini sih bendera perang El. Dia emang niat mau deketin cowok Lo," ucap Angel yang juga ikut kesal.
"Apa ini alasan Saka berubah sikapnya sama gue? Lihat aja, apa yang bakal gue lakuin sama cewek itu," gumam Elisa geram. Dia tidak akan membiarkan ini semua berlalu begitu saja. Tidak peduli Starla siapa, dia akan membuat Starla merasakan akibat karena mencoba merebut Saka darinya.
...****...
saka pun wajar labil di usianya krn rasa iba.
berharap tetap bersama...
Sampai" saya senyum" sendiri saat baca bagian Saka dan Starla😂🤭
Apa lagi bagian Gina sama om Adrian🤣🤭🤭