Naurah harus terpaksa ikut pindah ke rumah neneknya karena sang ayah menjual rumah mereka untuk pengobatan nenek dan juga biaya kuliah tantenya, Kehidupannya yang dulu sangat bahagia kini perlahan menyisahkan kesedihan apalagi setelah di tinggal oleh ayahnya menghadap Ilahi, namun kehidupannya kembali membaik setelah naurah dan ibunya serta adiknya Hasan di minta pergi dari rumah oleh nenek dan tantenya, apalagi sang nenek tidak menyukai Hasan yang merupakan anak angkat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aliyah Ramahdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10.
Hasan sedang membantu ibunya siang hari itu, dia sedikit terganggu dengan notifikasi dari berasal dari ponsel ibunya dan segera mengecek ponsel ibunya
" Kenapa nak? Apa kakak mu menelpon? " tanya ibunya
" Gak bu, aku hanya ingin tau notifikasi apa yang sering sekali terkirim ke ponsel ibu " ucapnya membuka notifikasi itu dan seketika menautkan alisnya
" Bu, ibu ngambil pinjaman online? " tanya nya menatap sang ibu
" Pinjaman online? Apa itu hasan? Ibu gak tau" jawab ibunya masih dengan aktivitas nya
" Di ponsel ibu ada banyak pesan dari aplikasi pinjaman online dan meminta ibu membayar kembali uang yang ibu sudah pinjam"
" Maksudnya apa nak? Ibu gak ngerti " tanya nya segera menghentikan aktivitasnya dan menghampiri hasan
Hasan terdiam dan berpikir tidak mungkin ibunya akan melakukan itu
" Mungkin saja itu penipuan nak " ucap ibunya
" Gak deh bu, kalo emang penipuan bagaimana dia bisa tau nama lengkap dan nomor ktp ibu? "
" Ibu gak tau nak, ibu rasa itu hanya orang iseng " ucapnya kembali membungkus kue pesanan pelanggan nya
" Lalu dimana ktp ibu? "
" Ada di dompet " jawabnya
" Bisa aku periksa sebentar bu? "
Tari segera berlalu ke kamarnya dan mengambil dompet nya, dia membongkar dompetnya tapi tak di temukan ktp nya
" Loh, kok gak ada ya hasan" ucapnya masih mencari
" Ibu ingat dulu, apa ada orang yang meminjam ktp ibu? "
Tari terdiam dan berpikir sejenak
" Ohh iya ibu lupa, waktu itu ningsih membawa ktp ibu"
" Tante ningsih? Untuk apa bu? "
" Katanya dia mau bantuin kita untuk mendapatkan bantuan, biar kita tiap minggu dapat bantuan beras, tapi sudah tiga bulan belum juga ada kabar"
" Sialan, dia pasti sudah menipu ibuku " gumamnya mengepalkan tangan dan segera bangkit
" Mau kemana kamu nak hasan? "
" Ibu di rumah aja, aku akan segera kembali" jawabnya meninggalkan rumah
Pria tampan dan memiliki badan atletis itu segera menaiki angkot dan menuju ke rumah tantenya
Tok... Tok... Tok...
" Assalamu'alaikum tante, tanteee" teriaknya
" Hasan? Mau cari siapa? Tantemu? Dia sedang keluar " tanya tetangganya
" Kemana ya paman? "
" Paling juga di rumah bu wardah"
" Ohh.. Iya paman kalo begitu saya pamit, terima kasih "
Hasan sudah tak sabar ingin bertemu dengan wanita yang di panggil tante itu, dia segera ke rumah yang pernah dia jadikan tempat bernaung semasa ayahnya masih hidup
" Assalamu'alaikum Tante.. "
" Tante, nenek..!! " teriak hasan masih berusaha menjaga sikap sopan santunnya
" Kakek..!! " Teriaknya sekali lagi namun sama sekali tak ada jawaban padahal pintu rumah sedang terbuka lebar
Dengan memberanikan diri hasan pun masuk dan mengitari rumah itu namun tak ada siapa pun di sana
" Kemana mereka semua pergi? Kenapa rumah di biarkan terbuka " gumamnya
" Kak hasan" panggil ayu yang baru saja keluar dari kamar neneknya
" Ayu? Dimana nenek dan mama mu? "
" Aku gak tau kak" jawabnya terlihat sedikit berantakan
" Lalu kakek dimana? Tidak biasanya dia meninggalkan rumah"
" Kakek sudah pergi kak, nenek sudah mengusir kakek"
" Apa? " ucap hasan terkejut
" Kak, aku lapar" ucap ayu
" Kamu belum makan?" Tanya nya dan gadis kecil itu hanya menganggukan kepalanya
Hasan segera ke dapur dan mencari makanan namun hanya ada nasi tanpa lauk
Hhhhmmm....
Hasan membuang nafas panjang
" Astaga bisa bisanya mereka meninggalkan anak kecil sendirian di rumah tanpa ada makanan " ucapnya sedikit kesal
" Ya udah kamu tunggu sebentar ya, kakak akan menggoreng kan telur untukmu" ucap hasan melihat sebutir telur di dalam kulkas
Tak seberapa lama bu wardah dan ningsih pun datang dengan membawa beberapa paperbag di tangan
" Hei ngapain kamu di sini anak pungut? " teriak bu wardah begitu melihat hasan berdiri di pintu
" Mau ngapain kamu di sini? " tanya ningsih
" Tante, kenapa tante tega meninggalkan ayu seorang diri di rumah tanpa makanan? "
" Kenapa memangnya? Apa urusanmu dengan itu? "
" Baiklah, itu memang bukan urusanku, tapi aku datang ke sini ingin meminta ktp ibuku"
" Nih, ambil aja udah gak ada gunanya" jawab ningsih membuang ktp tari ke lantai
" Apa tante yang menggunakan ktp ibuku untuk pinjaman online? " tanya nya mengambil ktp ibunya
" Bukan aku"
" Tante jangan bohong "
" Tante, tante, tante, emang aku ini tante mu?"
" Jawab saja, benarkan tante yang mengambil pinjaman itu dengan menggunakan ktp ibuku?"
" Memang berapa uang pinjaman itu? " tanya ningsih
" Dua puluh juta "
" Hah, aku tak butuh uang receh kalo pun aku yang menggunakan akan aku pinjam lebih banyak"
" Lalu kalo bukan tante siapa lagi? Buktinya ktp ibuku ada pada tante"
" Mungkin saja ibumu yang meminjamnya dan di berikan pada kekasih nya"
"Jangan ngomong sembarang tante, ibuku bukan orang seperti itu"
" Benarkah? "
" Lalu dimana bantuan yang tante janjikan pada ibuku? Apakah tante dan nenek juga mengambil hak ibuku? "
" Dasar kurang ajar, hei anak pungut ibumu memang telah mendapatkan bantuan, lihat itu beras, telur dan minyak goreng semuanya adalah bantuan atas nama ibumu, tapi sayangnya alamat ktp ibumu itu di sini, jadi itu semua adalah hak kami karena mereka mengirimnya ke rumah ini bukan ke rumah kontrakan kalian yang jelek itu" ucap bu wardah menarik hasan ke kamar kakeknya yang kini jadi tempat penyimpanan beras berkarung karung
" Bilang pada ibumu jika menginginkan bantuan itu minta dia kembali ke sini, tapi sebagai pembantu karena dia bukan lagi menantu " ucap ningsih
" Apa lagi yang kamu tunggu? Pergi sana dasar anak pungut " teriak bu wardah
Hasan tak dapat berkata apa apa mendengar setiap kata yang keluar
dari mulut mereka yang menurutnya sangat tidak logis
" Sialan, apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika ibu tau soal ini? Tentang bantuan itu aku tak masalah tetapi soal pinjaman dua puluh juta itu gimana? Apa aku harus melaporkannya? " gumam hasan
******
Malam pun tiba, tampak wajah gelisah terpancar di wajah tampan hasan
" Hasan, apa kamu ingin melanjutkan sekolah seperti kakakmu? " tanya ibunya
" Tidak dulu bu"
" Kenapa? "
" Aku ingin mencari kerjaan dulu bu, aku akan kuliah jika aku sudah bisa mencari uang sendiri sama seperti kak naurah, aku gak mau merepotkan ibu dan kak naurah"
" Tapi ibu ingin kamu melanjutkan kuliah nak, dan ibu rasa pasti kakakmu naurah juga punya keinginan yang sama seperti ibu, soal uang pasti ada rezeki nanti"
" Iya bu aku tau, tapi aku hanya tak ingin melanjutkan sekarang"
" Baiklah itu keputusan mu, tapi nanti jika kamu berubah pikiran beritahu pada ibu, tapi kakakmu ingin kamu pergi menyusul nya, untuk melihat kampus tempatnya kuliah, mungkin saja kamu tertarik"
" Iya bu, akan aku pikirkan saran kak naurah"
" Ya sudah kalo begitu ibu akan masuk, jangan terlalu lama di luar nanti kamu masuk angin"
" Iya ibuku " jawab hasan tersenyum
******
Sudah seminggu Naurah menghindari rangga, rangga pun semakin kesal lantaran naurah tak pernah menjawab panggilan telepon nya
Rangga sengaja mendekati gadis lain untuk membuat naurah cemburu, namun tetap saja naurah tak peduli dengan apa yang di lakukan oleh rangga meskipun di dalam hatinya terasa sedikit sakit dan merasa cemburu
" Dasar gadis keras kepala, apa dia tak merasa cemburu aku mendekati gadis lain? Kenapa dia tak pernah peduli dengan apa yang aku lakukan, sialan" ucapnya membanting tasnya di atas meja
" Aku tidak boleh diam saja, aku harus segera memperbaiki kembali hubunganku dengan nya" ucapnya kembali mengambil tasnya dan segera ke kelas naurah
Begitu sampai di depan kelas naurah, rangga langsung saja masuk dan menuju tempat duduk naurah tanpa peduli pada dosen yang ada di dalam kelas
" Rangga? Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya naurah terkejut mendapati Rangga kini berdiri di samping nya
" Aku perlu bicara denganmu" jawabnya
" Kamu tak melihat ada dosen di depan sana, pergilah" ucap naurah
Rangga tak mau tau dia menarik tangan naurah dan membawanya keluar
" Ku sebut kau ganteng dan pemberani bro" ucap seorang pria di dalam kelas dan di ikuti suara sorakan seisi kelas karena merasa sangat baper sementara dosennya hanya terdiam menatap kepergian dua sejoli yang sedang kasmaran itu
" Lepaskan aku..!!! " ucap naurah sangat kesal
" Jawab dengan jujur, kamu sudah hilang rasa padaku? Apa kamu tak merasa cemburu melihatku mendekati gadis lain? "
" Tidak"
" Tidak? Tapi kenapa?"
" Tidak kenapa napa"
" Lalu apa alasanmu menghindari ku? Apa karena masalah hari itu? Bukan kah sudah aku jelaskan bahwa aku hanya ingin agar kamu tak merasa terbebani, aku takut jika kamu tau tentang keluarga ku dan tentang hubunganku dengan bang randy pasti kamu gak akan pernah mau menerimaku"
" Dan sekarang aku sudah tau, jadi seperti ucapanmu aku gak mau lagi berhubungan denganmu, aku takut jika pak randy tau dia pasti akan membatalkan pekerjaan untukku"
" Tidak, bang randy tidak seperti itu "
" Sudahlah, aku hanya mencari aman tolong mengertilah rangga"
" Jadi kamu benar benar ingin mengakhiri semua sampai di sini? Meskipun kita baru saja memulainya? "
" Iya, maafkan aku"
" Baiklah jika itu maumu, mulai sekarang jangan pernah saling peduli, dan anggap saja kita tak pernah saling mengenal" ucap rangga meninggalkan naurah yang masih berdiri di tempatnya