NovelToon NovelToon
Menantu Sableng Mertua Gendeng

Menantu Sableng Mertua Gendeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Konflik etika / Keluarga / Cinta Murni / Pelakor jahat
Popularitas:144k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Ketakwaan dan kebaikan akhlak Zidan membuat Sabrina jatuh cinta kepadanya. Terlebih lagi dia berhutang nyawa kepada pemuda desa itu. Demi menikah dengan Zidan, Sabrina rela menukar dengan dicoret dari daftar nama keluarganya yang kaya raya.

Sifat dan tingkah laku Sabrina yang polos, jujur, dan aneh bin ajaib perlahan membuat Zidan jatuh hati kepadanya. Konsekuensi menikah dengan Sabrina, Zidan dipecat dari kantor perusahaan Jaya Grup milik keluarga Sabrina. Zidan pun pulang ke kampung membawa Sabrina.

Bu Maryam yang benci wanita kota memandang rendah Sabrina, terlebih sang menantu tidak bisa melakukan pekerjaan apa pun. Belum lagi Sabrina sering salah mengartikan ucapannya, membuat wanita paruh baya itu sering emosi.

Tanpa Sabrina dan Zidan sadari ada rahasia dibalik pernikahan mereka. Rahasia apakah itu? Cus, kepoin ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Zidan baru saja selesai membereskan toko. Dia tidak menyangka kalau di hari pertama buka banyak sekali pembeli. Saat ini dia baru punya seorang pekerja—Adam—yang membantu dirinya di toko. 

"Kang, Alhamdulillah, hari pertama ada banyak yang belanja," ucap Sabrina yang ikut membantu. 

"Alhamdulillah, Neng. Jangan lupa kita harus sedekah kepada orang yang berhak mendapatkan. Walau tidak besar yang penting kita ikhlas," balas Zidan setelah tahu berapa uang yang mereka dapatkan di hari itu.

"Biar berkah, ya, Kang?" Sabrina tersenyum manis dan Zidan mengangguk.

Niat awal Sabrina datang ke toko mau mengantarkan makan siang untuk Zidan dan Adam. Namun, ketika melihat ada beberapa orang pembeli, akhirnya dia ikut membantu. 

Otak Sabrina memang suka loading jika menangkap omongan orang, tetapi jika menghitung dia sangat pandai. Maka, Zidan menempatkan sang istri di meja pembayaran yang akan menerima uang dari pembeli.

Toko tutup di waktu Ashar karena Zidan ingin punya waktu untuk Sabrina dan Bu Maryam. Laki-laki itu juga punya kegiatan harian, yaitu mengajarkan ilmu agama Islam kepada sang istri.

Karena jarak toko dan rumah cukup dekat, jadi Zidan dan Sabrina berjalan kaki. Keduanya bergandengan tangan sambil bersenda gurau, terlihat sangat romantis dan harmonis.

"Kang, itu kenapa ada yang bangun rumah di tengah sawah, sendirian? Kecil lagi ukurannya," tanya Sabrina sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan yang sering disebut "saung" oleh warga desa.

"Itu bukan rumah, tapi gubuk. Biasanya untuk istirahat petani dan menyimpan hasil panen sebelum dibawa ke lumbung padi atau diambil oleh pengepul," jawab Zidan menjelaskan.

Sabrina pun mengangguk. Sekarang dia baru paham kenapa ada rumah kecil di tengah-tengah sawah. 

"Habis dari mana? Berduaan terus," tanya Ceu Edoh ketika berpapasan dengan Sabrina dan Zidan.

"Habis pulang dari toko," jawab Zidan dengan ramah.

"Katanya kamu lulusan kuliah, kenapa tidak bekerja di perusahaan? Daripada jualan kelontongan, sedikit keuntungan yang didapat," ujar Ceu Edoh.

"Sayang, ya, sudah capek-capek kuliah, pada akhirnya balik kampung dan jadi tukang dagang," lanjut Ceu Entin ikutan nyindir.

Muka Sabrina yang putih bersih mendadak berubah merah padam. Dia tidak terima Zidan dihina seperti itu.

"Mau kerja jadi karyawan di perusahaan atau menjadi tukang dagang, tidak masalah. Yang penting bisa memberikan nafkah untuk keluarga. Daripada jadi pengangguran dan suka nyinyir orang lain, malah menumpuk dosa segunung," balas Sabrina galak.

"Walau menjadi pedagang punya sedikit keuntungan, tidak apa-apa, asal hasilnya berkah dan baik untuk keluargaku," lanjut Zidan dengan sopan.

"Kalian tidak lihat diri sendiri. Apakah uang yang diberikan oleh suami kalian itu didapat dengan cara yang benar? Kalau di dapatkan dengan cara yang salah akan membuat keluarganya punya tabiat buruk. Seperti—"

Zidan mengusap punggung tangan Sabrina yang ada dalam genggamannya, memberi kode jangan berkata seperti itu kepada orang yang lebih tua. Dia tidak mau istrinya mendapatkan masalah di kemudian hari karena terlalu frontal kepada orang lain.

"Maaf, kita harus segera pulang ke rumah. Sudah ditunggu sama mamah," ucap Zidan, lalu mengajak jalan kembali sang istri.

Selama sisa perjalanan Sabrina ngomel-ngomel. Dia selalu kesal sama tetangganya yang suka sekali bergosip dan sibuk mengomentari kehidupan orang lain. Karena dahulu dia dan tetangganya tidak berinteraksi seperti itu. Mereka selalu sibuk dengan kegiatan masing-masing.

***

Sabrina disuruh menyapu halaman oleh Bu Maryam karena banyak daun yang rontok setelah hujan semalaman. Halaman jadi kotor oleh daun yang berserakan. Cara menyapu perempuan itu terlihat aneh di mata orang lain, tetapi dia begitu menikmati apa yang sedang dilakukannya.

"Nah, gitu, dong! Yang rajin menyapu. Kalau begitu, kan, kelihatan ada gunanya kamu," ucap Ceu Romlah yang sedang berjemur sambil menggendong cucu.

Sabrina melotot mendengar ucapan tetangga sebelah. Seakan dia itu barang yang harus bisa melakukan sesuatu kepada pemiliknya.

"Sabrina!" panggil Bu Maryam dan mengurungkan niat Sabrina membalas ucapan Ceu Romlah.

"Iya, Mah!" balas Sabrina.

"Tolong ke warung Wa Eneng beli garam sebungkus, terigu setengah kilo, dan minyak goreng seperempat!" titah Bu Maryam sambil memberikan uang berwarna merah.

"Baik, Mah."

"Beli apa saja?" tanya Bu Maryam untuk menguji ingatan sang menantu.

"Beli garam, terigu, dan minyak goreng," jawab Sabrina.

"Bener," balas Bu Maryam. "Ingat! Garam sebungkus, terigu setengah kilo, dan minyak goreng seperempat."

Sabrina mengangguk paham. Dia menggumamkan perintah ibu mertuanya tadi agar tidak lupa.

"Nah, gitu! Harus mau disuruh sama mertua," celetuk lagi Ceu Romlah.

"Ya, iyalah! Biar semakin sayang mertua," balas Sabrina dengan mimik tengil.

Sabrina pun sampai ke warung Wa Eneng yang tidak jauh dari rumah, cuma terhalang tiga rumah tetangga. Di sana rupanya ada Ceu Entin dan Ceu Euis. Kedua wanita paruh baya itu diam memerhatikan Sabrina dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Mau beli apa, Neng?" tanya Wa Eneng kepada Sabrina.

"Beli garam, e ... terus ... minyak goreng," jawab Sabrina mencoba mengingat kembali pesanan sang mertua. "Lalu, e ... tepung."

"Masing-masing berapa banyak?" tanya wanita tua itu lagi.

Sabrina terbelalak karena lupa. Gara-gara diajak bicara lagi sama Ceu Romlah ketika akan ke warung.

"Garam berapa bungkus?" tanya Wa Eneng yang seakan paham melihat kebingungan Sabrina.

"Satu bungkus."

"Minyak berapa kilo?"

"E ... itu ... setengah kilo."

"Tepungnya berapa kilo?"

"Kayaknya tadi mamah bilangnya bukan kilo," balas Sabrina.

"Apa tepungnya satu ons?" tanya Wa Eneng.

Sabrina terdiam karena merasa bukan seperti itu kata-kata ibu mertuanya. Namun, dia tidak ingat berapa yang disuruh.

"Biasanya orang-orang kalau beli tepung seberapa banyak?" tanya Sabrina.

"Ada yang sekilo, setengah kilo, atau seperempat, kadang ada juga yang beli se-ons untuk bahan campuran adonan," jawab Wa Eneng.

"Nah, itu tadi! Kata mamah," ucap Sabrina tersenyum lebar.

Terjadi kesalahpahaman antara Sabrina dan Wa Eneng. Maksud istrinya Zidan itu "seperempat", tetapi yang ditangkap oleh Wa Eneng itu "beli se-ons untuk bahan campuran".

Jadinya, Wa Eneng melayani belanjaan Sabrina itu sebungkus garam, minyak goreng setengah kilo, dan tepung satu ons. Wanita tua itu menyebutkan semua harga masing-masing barang. 

Dengan perasaan bahagia Sabrina pulang sambil menjinjing belanjaan. Dia merasa bangga kepada dirinya sendiri karena bisa melakukan apa yang diminta oleh mertuanya.

"Kok, belanjaannya begini?" Bu Maryam mengerutkan kening karena tidak sesuai dengan permintaannya.

"Apanya yang salah, Mah?" tanya Sabrina merasa tidak ada yang salah dengan belanjaannya.

Bu Maryam menjelaskan barang apa yang disuruh beli. Akhirnya wanita paruh baya itu memberi catatan kepada Sabrina dan menyuruhnya untuk menukarkan kembali barang yang salah.

"Pusing aku terus-terusan mengucapkan hal yang sama berulang kali setiap menyuruhnya," gumam Bu Maryam.

Sementara itu, Sabrina yang baru saja membuka pintu dibuat terkejut oleh kedatangan dua orang yang sedang berdiri sambil mengangkat tangan hendak mengetuk pintu.

***

1
Happyy
👊🏼👊🏼👊🏼
Happyy
💖💖💖
Happyy
😚😚😚
Yuliana Tunru
ayo thorr buat erik segera pdkt ya soal ngajibdan sholat bisa sambil belajar berdua biar tambah bahagia erik x
Nar Sih
siip kak santi ,aku setujuu banget dgn sabrina moga bu maryam bnr,,jodoh nya pk erik biar si mantan suami panass
Nar Sih
ya ampun sabrina ...hahaha tingkah mu bnr ,,bikin yg bca ngakak sendiri😂😂
Purnama Pasedu
masih di suruh ngaji bukan hafalin surah ya neng
Tiah Fais
lanjut
Tiah Fais
lanjut
Fitria Arifianto
gass thorrr supaya bu maryam dapet yg lebih baik & top markotop😁
Hary Nengsih
gak malu cemburu pak yadi
Wanita Aries
Tenang bu maryam,, pak erik gk akn trtarik sama pelakor
Wanita Aries
Ya ampun sabrina ada aj gebrakannya
Cindy
lanjut kak
Eva Karmita
sekarang nyesel kan pak Yadi. .,, wajarlah dulu Bu Maryam buluk habis hari"nya cuma dihabiskan di sumur , dikasur dan ngurus orang tua pak Yadi jdi mana sempet mau dandan" cantik, dan sekarang baru pak Yadi sadar udah membuang berlian demi memungut batu koral wkwk 😩🤣🤣🤣🤣
Ninik
kan ku bilang jg apa sholat harus Zidan g bakal. restuin kalau g sholat
Lia Fitria
Ada" saja Sabrina ide nya
Lia Fitria
Ide mu sama kayak mama mu Sabrina.Kamu kedahuluan star sama mama mu
Happyy
👍🏻👍🏻
❤️ Nurul Qolbi ❤️
author nya suka nonton Nadia Omara, ya? Soalnya tahu pesugihan melon 😅😅😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!