Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 2
Negara Korkea di Kota B
"Astaga... Tunggu Aku... Tunggu....!!!" Teriak Daisy berlarian mengejar bus yang mulai melaju.
Daisy berusaha keras menyelesaikan laundry-laundry dengan cepat agar ia tidak terlambat bekerja lagi.
"Tunggu... Berhentii...!!!" Teriak Daisy berlari-lari sembari menggedor-gedor dan memukul badan bus bagian belakang mengenggunakan telapak tangannya.
Tak berapa lama perjuangan Daisy membuahkan hasil.
"CIIITTT!!" Bus itu mengerem dan berhenti kemudian membuka pintunya.
Daisy tersenyum lega, ia berlari dan berhasil masuk ke dalam bus lalu menekan dadanya yang sesak.
"Terimakasih, maaf." Kata Daisy ngos-ngosan.
Kemudian Daisy masuk ke dalam bus lebih dalam lagi untuk mencari tempat duduk.
"Astaga nafasku hampir saja terputus." Kata Daisy kemudian duduk sembari masih mengatur nafasnya yang masih ngos-ngos an karena berlarian.
Setelah itu, Daisy memasang headset pada telinganya dan memutar musik melalui ponsel sederhana miliknya agar ia lebih tenang.
Daisy kini berusia 19 tahun, ia adalah gadis tangguh bermental besi. Daisy melalui hidupnya penuh dengan air mata, dan siksaan dari ibu tirinya Samantha dan saudari tirinya Ansella.
Meski Daisy sudah bekerja dan bisa saja ia keluar dari rumah, lalu menyewa ruangan apartmen kecil namun itu tidak dapat Daisy lakukan, karena rumah itu adalah satu-satunya peninggalan nenek dan ibunya yang telah meninggal.
Ayahnya sendiri menghilang, pria yang seharusnya menjadi pelindungnya telah lama meninggalkannya dan entah berada dimana, hingga akhirnya Daisy menganggap bahwa pria itu telah mati. Apalagi setelah Daisy mendapatkan perlakukan tidak adil oleh ibu tiri dan saudara tirinya.
Daisy adalah anak yang pandai ia harus menelan pahitnya keinginan untuk bisa melanjutkan ke universitas dan lebih memilih bekerja, lantaran ibu tirinya yang tidak menyetujui jika Daisy melanjutkan ke perguruan tinggi.
Perjalanan menuju cafe tempat kerjanya tidak terlalu jauh, akhirnya bus sampai tepat waktu.
"Syukurlah, kali ini aku tidak terlambat. Ini semua karena ketangkasanku mengurus laundry-laundry itu dengan cepat. Kau hebat Daisy, kau yang terbaik." Kata Daisy memuji dirinya sendiri, tak lupa ia mengelus kepala nya sendiri juga.
Daisy kemudian masuk dan mengganti pakaiannya dengan seragam kerja, ia sudah bekerja di cafe itu kurang dari setahun, selama lulus dari sekolah Daisy bekerja serabutan hingga akhirnya ia mendapatkan pekerjaan tetap itu di cafe atas bantuan Brian.
Setelah mengganti seragam kerja, Daisy menaruh tas nya di loker, kemudian ia mulai membersihkan ruangan cafe.
"Tumben kau tidak terlambat, apa ibu mu sedang murah hati?" Sapa seseorang di belakang, dan tentu saja seseorang yang tidak asing bagi Daisy.
Pria itu bediri dengan menyedekapkan tangan.
Daisy tahu siapa pria itu hanya dengan suaranya, lalu ia menengok dan memutar matanya membuat wajah yang malas. Wajah Daisy terlihat menggemaskan.
"Kau tahu ibuku Chef Brian, mana mungkin itu terjadi, jika itu terjadi matahari pasti terbelah. Aku tidak terlambat bekerja karena kepintaranku, kecerdasanku, keuletanku, ketangkasanku dan karena otot-otot besiku serta mental bajaku yang bisa menyelesaikan laundry-laundry itu dengan kecepatan turbo." Kata Daisy kemudian mengibaskan rambutnya untuk menyombongkan dirinya.
"Ha...Ha... Haha... Haha... Baiklah... Aku tahu itu." Kata Brian tertawa hingga air matanya keluar sembari menunjuk otot-otot Daisy.
"Melihat perkasanya dirimu dan kerasnya otot-otot tanganmu. Makanya aku semakin meragukanmu apakah kau benar-benar wanita." Kata Brian terkekeh kekeh.
"Ssshhhh.... Melihat mulusnya kulitmu apakah benar kau adalah pria? Dasar...!" Daisy memasang wajah jelek. Namun wajah Daisy justru terlihat semakin imut bagi Brian.
Sudah sejak lama Brian menyimpan perasaan sukanya pada Daisy, semakin hari hatinya semakin penuh dengan Daisy.
Namun, Brian tidak berani untuk mengungkapkan perasaannya, karena ia tahu bahwa Daisy tidak pernah sedikitpun terbesit untuk memiliki pasangan.
Daisy hanya fokus pada hidup yang ia jalani saat ini, Daisy fokus untuk bertahan hidup dari pekerjaannya dan dari keluarganya.
Bahkan, Daisy tidak pernah sekalipun menyinggung tentang cinta apalagi pernikahan. Brian takut jika ia mengungkapkan perasannya, justru membuat hubungan mereka yang sudah terjalin akrab akan canggung dan menjadi renggang.
Bagi Brian, bisa dekat dan saling bercanda dengan Daisy sudah membuat Brian bahagia.
Daisy kemudian melanjutkan untuk mengelap meja, rambutnya sedikit menganggu karena selalu jatuh di wajahnya.
"Kau harus mengikat rambutmu ke belakang." Kata Brian mengeluarkan ikat rambut milik Daisy yang ada di kantung apron.
"Chef Brian... Biar aku saja." Kata Daisy.
"Diam saja. Tanganmu kotor, aku terampil melakukan ini."
"Yeah... Apa kau sering mengikat rambut wanita dari belakang sehingga sangat percaya diri seperti itu." Ejek Daisy.
"Bhahahah....!!! Ya, kau tahu kan? Ketika manager memasuki ruangan dapur? Dia selalu menyuruhku untuk mengikatkan rambutnya saat tangannya sedang sibuk membuat bahan atau adonan." Bisik Brian.
"Kurasa Manager memang memiliki perasaan mendalam padamu Chef Brian." Bisik balik Daisy.
Brian diam dan tidak menanggapi karena baginya, perasaan serta hatinya sudah ia berikan pada satu orang, itu adalah gadis yang ada di hadapannya.
"Tadaa... Sudah selesai." Kata Brian.
"Ikatan rambut yang manis kan? Membuat Daisy semakin terlihat cantik." Kata Brian.
"Terimakasih Chef Brian." Kata Daisy.
"Baiklah jam kerja sudah di mulai aku harus ke dapur dan memasak. Kuharap terus begitu Daisy, jangan sampai terlambat, atau manager akan menghukum mu lagi." Kata Brian sedih dan khawatir.
"Aku mengerti." Kata Daisy tersenyum.
"Mmm... Daisy... Sebenarnya Ansella menghubungiku." Kata Brian kemudian.
Daisy berhenti mengelap meja.
"Ansella mengatakan bahwa ia mengajakku minum, katanya dia baru saja mendapatkan pekerjaan, dia ingin merayakannya denganku. Tapi aku menolaknya."
Daisy masih diam.
"Seharusnya dia tahu aku ada di pihak siapa." Kata Brian.
Daisy diam sejenak lalu ia merasa harus melakukan sesuatu.
"Brian... Sebaiknya kau menemuinya, dia akan terus salah paham denganku."
"Aku akan menemuinya tapi bukan untuk minum dengannya, melainkan untuk mengatakan dan menegaskan bahwa aku tidak menyukainya." Kata Brian.
Daisy dan Ansella serta Brian bersekolah di tempat yang sama. Saat itu Brian menjadi osis di sekolah itu, dan Ansella sangat menyukai Brian.
Namun, Brian muak dengan sifat dan sikap Ansella karena selalu saja menganiaya Daisy. Puncaknya adalah ketika saat itu Brian mengantar pulang Daisy ke rumah.
Ansella telah membuang sepatu Daisy dan sepeda milik Daisy di persawahan tepi jalan yang mereka lalui untuk pulang, hingga membuat kaki Daisy terluka, hanya karena Daisy memperoleh peringkat pertama di sekolahnya sedangkan Ansella berada di peringkat bawah.
Ansella marah karena Daisy tidak memberikan jawaban ketika ujian, membuat Ansella kesusahan dan menjadikannya berada di peringkat bawah.
Kemudian Ansella meluapkan amarahnya kepada Daisy, ia membuang sepeda Daisy ke persawahan, merebut sepatu Daisy secara paksa di bantu dengan teman-temannya hingga membuat lutut Daisy terluka dan tidak bisa berjalan.
Brian yang mengetahui itu kemudian menolong Daisy, ia menggendong Daisy untuk pulang.
Sampai di rumah, melihat Daisy di gendong oleh Brian membuat Ansella semakin gelap mata, ia menuduh bahwa Daisy telah merebut dan mencuci otak Brian agar Brian membenci Ansella.
Kini usia mereka sudah dewasa dan sudah bekerja, Ansella tetap saja menyalahkan Daisy, bahwa Brian tidak menyukainya karena Daisy telah bermain kotor dengan cara menghasut Brian agar membenci Ansella.
bersambung