Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.
Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.16
Willi tidak tahu akan seperti ini jadinya, benar kata ayahnya jika dia mencintai Anita. Bagaimana tidak? Anita adalah wanita yang cantik sopan, lembut tapi tegas. Anita juga mudah bergaul dan menempatkan dirinya. Orang akan merasa nyaman bersamanya.
William telah merencanakan sesuatu untuk masa depannya. Dia memesan tempat spesial untuk makan malam bersama Anita. Willi akan menyatakan perasaannya.
Sementara itu Alkana sengaja pergi ke restoran Halmahera untuk bertemu Anita. "Selamat siang Tuan, Anda mau pesan apa?"
"Anita," ucap Alkan. Pelayan terlihat bingung.
"Maksud saya, apakah Anita ada? Saya ingin bertemu dengannya." Alkana mengatakan maksudnya.
"Oh, Kak Anita ada. Tunggu sebentar." Pelayan itu pergi memanggil Anita.
Alkana menunggu, dia berulang kali melihat jam yang menghiasi tangannya. Kenapa waktu terasa lama saat menunggu? Padahal baru saja dua menit berlalu namun, seakan sudah berjam-jam.
"Ehm, ada apa Tuan memanggil saya? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Anita yang tiba-tiba datang mengejutkan Alkan. Bagaimana bisa, dia tidak tahu kedatangan Anita?
"Duduklah, saya ingin bicarakan hal yang penting," ucap Alkan lembut.
"Maaf, tetapi saya sedang bekerja." Anita tidak enak dengan yang lainnya.
"Anton! Tolong urus." Alkana memberi perintah pada Anton.
"Baik, Tuan." Anton mengerti dan segera pergi ke tempat manager.
"Duduklah, atau harus saya paksa!" Alkana berkata dengan tegas kali ini.
"Kenapa, Anda selalu memaksa? Anda akan membuat orang lain salah paham!" balas Anita. Dia masih bersikeras tidak mau duduk.
"Bisakah, kita tidak berdebat masalah ini? Ada hal yang lebih penting yang harus saya bicarakan." Alkana mengalah dan bicara lebih lembut.
"Baiklah tapi jangan lama-lama, tidak enak dengan yang lain." Anita lalu duduk di hadapan Alkana.
"Kamu tidak usah khawatir, saya sudah booking selama satu jam tempat ini. Tidak akan ada pelanggan yang datang."
"Ya, seharusnya saya menduganya dan tidak terkejut."
"Jadi begini, saya sebenarnya tidak ingin ikut campur masalah kehidupan pribadi Anda, tetapi berhubung anak-anak saya sangat menyukai Anda, saya merasa berkewajiban memberi tahu ini pada Anda. Jadi Anda jangan ...."
"Bisakah, langsung to the poin saja?" tanya Anita menyela ucapan panjang Alkana.
"Baiklah, saya minta Anda jangan terlalu dekat dengan Willi, dia itu tidak baik untuk Anda."
"Apa maksud Anda mengatakan ini?"
"Sudah saya bilang tadi, semua karena si kembar sangat menyayangi Anda. Saya tidak ingin terjadi sesuatu pada Anda. Itu pasti akan membuat anak-anak saya sedih."
"Anda tidak perlu khawatir Tuan. Saya bisa menjaga diri saya. Baik atau buruknya seseorang untuk saya biar saya yang menilai. Saya juga tidak pernah ikut campur urusan Anda. Anda mau berkencan dengan siapa pun juga itu terserah Anda." Anita kemudian berdiri.
"Maaf, saya hanya perduli dan ingin yang terbaik untuk Anda," ucap Alkana.
"Jangan perduli pada saya Tuan, atau saya akan salah paham. Pacar Anda juga akan salah paham pada saya." Anita hendak beranjak pergi.
Namun, tangannya di tarik Alkana.
"Saya tidak punya pacar! Jasmin bukanlah pacar saya. Apakah kamu cemburu?" tanya Alkana. Hatinya sedikit senang mengetahui Anita cemburu akan kedekatannya dengan Jasmin.
"Cem-cemburu, apa? Aku tidak cemburu. Aku hanya takut ada salah paham saja."
"Iya, kau salah paham megenai kedekatanku dengan Jasmin."
"Anda tidak perlu menjelaskan, saya tidak perduli, Anda dekat dengan siapa?" Anita melepaskan tangan Alkan yang menariknya. Dia lalu pergi.
Alkana membiarkan Anita pergi. Dia tersenyum tipis melihat Anita. Semua kejadian itu di saksikan oleh Jasmin. Tangannya mengepal kencang.
Andai saja pintu ini tidak di kunci, dia pasti sudah masuk dan menarik rambut Anita. Sayang restorannya di tutup karena telah di booking oleh Alkana. Ternyata Kakaknya tidak berhasil membuat Anita jatuh cinta. Baiklah satu senjata terakhir.
***
Alkana kembali ke kantor. Sedangkan Dhara dan Dhira mereka sedang pergi membeli hadiah untuk Anita. Mereka akan membeli asesoris yang sama untuk mereka bertiga.
"Bagusnya membeli apa, ya? tanya Dhara pada Dhira.
"Bagaimana, kalau gelang saja?" Dhira mengatakan pendapatnya.
"Boleh juga, ditambah kalung. Kita beli yang sama tiga pasang gelang dan kalung." Dhara setuju. Akhirnya mereka mencari gelang dan kalung yang sama.
Si kembar pergi tanpa sepengetahuan siapa pun. Mereka menyelinap seperti biasa. Mereka tidak menyadari bahaya yang mengintai.
Saat mereka sudah selesai membeli asesoris, merek segera pulang. Sebelum ada yang menyadari mereka tidak ada di kamar. Dhara memesan mobil secara on line.
Mereka menunggu sekitar lima menitan, karena di sana memang banyak mobil on line yang ngetem, lalu mereka masuk ke dalam mobil, setelah memastikan identitas pengemudi sama dengan yang di aplikasi. Begitu mereka duduk di bangku tengah, ada dua orang pria menyumpal mulut mereka dari belakang. Kesadaran si kembar menghilang. Mereka tertidur tidak berdaya.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Anita ada janji makan malam dengan Willi. Mobil Willi datang menjemput.
Willi membawanya ke suatu restoran mewah, dengan pemandangan kota saat malam hari dari atas rooftop begitu indah. Setelah makan, Willi memegang tangan Anita.
Anita merasa gugup. Dia berusaha melepaskan tangannya. "Sebentar, dengarkan aku," ucap Willi. Anita terdiam
"Anita, kamu adalah wanita pertama yang selalu terbayang di mata. Kamu, adalah wanita pertama yang selalu aku rindukan. Kamu juga wanita pertama yang mengisi hatiku. Maukah kamu menjadi yang pertama dan terakhir menjadi kekasihku?"
"A-apa ini Tuan Willi?"
"Jangan panggil aku Tuan. Kamu pasti mengerti, aku sedang menyatakan perasaanku. Aku mencintaimu." Willi mengatakannya sekali lagi.
"Maaf, Tuan. Sungguh, saya bingung harus bagaimana?"
"Jawab saja pernyataan cinta saya."
"Anda adalah orang baik, Tuan. Anda juga tampan dan kaya. Pasti banyak perempuan cantik, pintar, berkelas dan kaya raya yang mendekati Anda. Kenapa harus saya?"
"Karena cinta datang tanpa di duga. Cinta tidak bisa di paksa. Kau baik, supel, menyenangkan dan membuat orang di sekelilingmu nyaman."
Anita terdiam, dia bingung harus menjawab apa? Dia takut kata-katanya, akan menyinggung perasaan Willi.
"Tuan, saya juga merasa nyaman di dekat Anda. Anda baik, tapi seperti yang Anda katakan tadi. Cinta tidak bisa di paksa. Saya menyukai Anda sebagai teman. Maaf, jika kata-kata saya menyinggung Anda. Saya harap Anda mengerti, saya tidak bisa menjadi pacar Anda."
"Aku mengerti Anita. Tidak apa-apa, aku yakin suatu hari nanti kamu akan mencintaiku. Ayo aku antar kamu pulang." Willi tersenyum, Anita mengangguk. Mereka berdiri dan pergi keluar.
Lalu ponsel Willi berbunyi, dia mengangkatnya ternyata dari adiknya yang meminta Willi untuk menjemputnya segera. Dari suaranya Jasmin terdengar sedang mabuk. Willi terpaksa meminta maaf pada Anita karena tidak bisa mengantarnya pulang. Namun dia memesankan mobil untuk Anita.
Setelah mobil datang, Anita masuk ke dalam mobil. Willi pun segera masuk ke dalam mobilnya setelah mobil Anita berangkat. Dia melajukan mobilnya untuk menjemput Jasmin.
Tiba-tiba dari belakang Anita ada seseorang yang membekap mulutnya, dengan sapu tangan yang sudah di beri obat bius, sampai kesadaran Anita hilang.
***
Alkana harus kerja lembur, dia pulang sedikit malam sekitar pukul delapan malam. Alkana tidak tahu apa yang terjadi pada anak kembarnya dan juga Anita. Dia mendapat telepon dari anak buahnya yang mengatakan bahwa, Dhara dan Dhira kembali hilang.
Alkana segera menyuruh supir untuk melajukan mobilnya dengan cepat. Hari sudah malam jika mereka pergi, mereka akan ke mana? Alkana berpikir cepat, hanya satu tempat yang ada di pikirannya, yaitu rumah Anita.
"Putar ke rumah Anita!" perintah Alkana.
"Siap Tuan." Supir pun segera merubah haluannya ke rumah Anita.
Alkana menelepon Anton, yang masih di kantor atas perintahnya. Guna menyelidiki sesuatu. "Anton, kau masih di sana?" tanya Alkana begitu telepon tersambung.
"Iya Tuan," jawab Anton di seberang sana.
"Kau tahu apa yang terjadi pada Twins?"
"Iya, Tuan. Saya sudah mendapat kabarnya. Saya sedang melacak keberadaan mereka, tapi hanya satu yang berfungsi, milik Dhara saja sedangkan milik Dhira, sepertinya sudah di buang atau di matikan." Anton menjelaskan situasinya pada Alkana.
"Kalau di matikan dengan sengaja oleh Dhara atau Dhira, mereka pasti akan mematikan semuanya. Bila hanya satu yang berfungsi kemungkinan besar bukanlah mereka yang mematikan. Firasatku mengatakan kalau mereka diculik." Alkana mengungkapkan prediksinya.
"Iya Tuan. Posisi Dhara sekarang berada di luar Jakarta dan masih terus jalan Tuan."
"Apa?"
"Tolong kami awasi terus dan kirim orang untuk ke sana! Aku harus mengecek sesuatu!"
"Siap Tuan!"
Alkana lalu memutuskan sambungan teleponnya. Dia tetap akan ke rumah Anita. Bisa jadi itu hanya jebakan atau pancingan. Alkana mengikuti firasatnya yang mengatakan dia harus ke rumah Anita.
Sampailah dia di rumah Anita, rumahnya tampak gelap. "Apakah Anita sudah tidur atau belum pulang?" tanya Alkana pada supirnya.
"Sepertinya belum pulang Tuan. Kalau sudah pulang, lampu luar pasti di nyalakan."
"Benar juga, coba kamu cari tahu!"
"Baik Tuan." Supir pun keluar, dia mencari tahu dengan bertanya pada tetangga Anita. Lima menit kemudian supir itu kembali.
"Tuan, Nona Anita belum kembali. Kata tetangganya, dia tadi pergi bersama seorang laki-laki tampan."
"Willi, pasti dia! Ya sudah Pak. Ayo kita pulang." Supir masuk ke dalam mobil dan menyalakannya. Mobil pun melaju.
"Tolong kamu awasi rumah Anita!" Alkana menelepon seseorang dan memberi perintah.
Tidak lama ada pesan masuk ke ponselnya ada sebuah foto yang masuk di kirim via email. Alkana melihat foto itu. "Kurang ajar, siapa dia berani bermain denganku? Lihat saja, akan aku habisi dia!"geram Alkana.
Dia lalu menelpon Arsen juga Anton, tidak lupa Jack tangan kanannya yang lain. Mereka akan merencanakan sesuatu untuk membebaskan anaknya. Alkana mengirim foto pada Arsen juga yang lainnya.
Dalam foto itu, ada si kembar yang sedang terikat di sebuah kursi. Dengan keadaan mulut yang tersumpal, dan mereka juga tidak sadarkan diri. Tidak ada Anita di foto itu. Padahal sesungguhnya Anita ada di sisi yang lain dalam keadaan juga terikat.
jgan2 Dominic kaka na anita yg tetpisah
kayanya anita bakal menimbulkan trauma