NovelToon NovelToon
My Ex Husband, story's Daniel dan Denisa

My Ex Husband, story's Daniel dan Denisa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Isma Wati

Squel Flight Attendant.


Denisa, dokter berusia dua puluh lima tahun itu telah menjadi janda diusianya yang bahkan belum genap dua puluh tahun akibat obsesinya pada laki-laki yang sangat mencintai kakaknya. Susah payah pergi jauh dan berusaha move on, Denisa dipertemukan lagi dengan mantan suaminya yang sangat ia hindari setelah lima tahun berpisah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maaf

Denisa berdiri didepan kamar nomor 031 dilantai dua, sambil menenteng tas yang berisi peralatan dokternya. Dia sudah menekan bel tiga kali, tapi belum di buka oleh sang empunya.

Ceklek, akhirnya.

Pintu terbuka, muncul laki-laki berwajah oriental dengan kaca mata bening membingkai wajahnya yang putih mulus, terlihat sangat cocok dengannya, terlihat seperti opa-opa korea.

Laki-laki itu tersenyum, sangat manis, dia memperhatikan penampilan Denisa dari atas sampai bawah.

"Cantik," itu yang pertama terucap dari hatinya.

Diamatinya penampilan Denisa mengenakan rok span sebetis berwarna navy, dengan kemeja berwarna senada yang dibungkus jas putih khas dokter. Rambutnya yang panjang diikat tinggi hingga memperlihatkan leher jenjangnya yang putih mulus, tidak akan ada yang percaya kalau dia janda anak satu, kelihatan seperti baru lulus kuliah, tapi emang belum lama lulusan?

"An*ay, sempurna, wangi," pujinya dengan suara pelan, tapi masih bisa didengar Denisa.

"Hah!" terkejut Denisa karena ucapan laki-laki itu memang tidak terlalu jelas, "apa Pak?"

"Ahh tidak-tidak," Wahyu mengibaskan tangannya didepan wajah.

"Ini Dengan Pak Wahyu kan?" Denisa memastikan.

"Ehem benar. Dokter Denisa Puspitasari?"

Denisa tersenyum, lalu mengangguk "Iya, bapak yang menghubungi klinik Harapan Pelita?"

Wahyu pun mengangguk cepat. "I-iya, silahkan masuk," Wahyu memundur langkahnya memberi akses untuk Denisa masuk, "silahkan Dok, yang sakit sebenarnya, teman saya. Dia panas tinggi sejak semalam sampai mengigau. Mari saya antar ke kamarnya."

Denisa mengikuti langkah Wahyu memasuki kamar dengan pintu berwarna coklat yang masih tertutup rapat itu.

Saat pintu terbuka, Denisa terpatri di tempatnya karena melihat wajah laki-laki yang sangat ia kenal, bagaimana tidak ia kenal? Dia tumbuh subur selama beberapa tahun belakangan, tapi kini tak ia beri pupuk lagi, jadi sudah mati, tak akan tumbuh lagi, mungkin.

Mata laki-laki itu terpejam dengan wajah yang ... tak terlihat sakit sedikitpun.

"Silahkan diperiksa Bu, teman saya, dia sering begini jika habis bermimpi ada anak kecil yang memanggilnya 'papi'. Kasihan sekali teman saya ini, sudah hampir lima tahun bermimpi seperti itu." Jelas Wahyu yang dirasakan Daniel, dia memasang wajah sedih yang sangat didramatisir.

Denisa mendengus, apakah Daniel benar-benar sakit? Mimpi itu, mana ada mimpi yang seperti itu.

Denisa masih berdiri diambang pintu. Kakinya terasa berat untuk melangkah, seperti ada yang menggendoli.

"Saya tinggal ambil air minum dulu ya Bu Dokter, eh mau kopi, atau susu? Atau-"

"Air putih aja," sela Denisa cepat.

"Tenang Dok, nggak akan saya kasih apa-apa minumannya, mana berani saya, apalagi Dokter udah pasti tahu kalau di minumannya ada yang mencurigakan, iya kan?"

Denisa hanya menaggapi dengan senyuman tipis.

Uhuk... uhuk... uhuk...

Daniel batuk yang dibuat-buat, karena kesal pada Wahyu yang banyak berbasa-basi pada Denisa. Kemudian dia membuka matanya, dan langsung menatap Denisa, wajahnya di buat seterkejut mungkin.

"Loh Denisa, kok kamu disini?" tanyanya dengan suara yang terdengar serak, gara-gara batuk yang dipaksakan.

Walau ragu, akhirnya Denisa mendekat dan duduk dilantai bawah tempat tidur Daniel, meletakkan tas peralatannya, mengambil alat pengukur suhu. Kemudian dia berdiri.

"Teman anda menelepon klinik tempat saya bekerja," Denisa berbicara formal, "maaf," ujarnya meletakkan alat itu didepan kening Daniel, Denisa sedikit menundukkan badannya tanpa duduk disisi ranjang, sebisa mungkin Denisa tak menatap mata laki-laki tampan itu.

Sementara Daniel terus menikmati wajah cantik didepanya dalam diam. Denisa sangat cuek dan dingin padanya, jadi membuatnya gemas.

Daniel merasakan ada getar aneh yang mengusik hatinya saat wajah cantik itu didekatnya, bahkan parfum Denisa sangat sopan masuk kehidungnya.

Seketika alis Denisa bertaut sàat hasil pemeriksaannya tak sama dengan penjelasan teman Daniel, harusnya kalau sampai mengigau tubuhnya masih panas, tapi ini sangat normal.

"Katanya bapak semalam panas sampai mengigau, tapi sekarang sudah normal lagi," Denisa melirik Daniel sekilas, namun Daniel membuang muka,

"Selama lima tahun aku terus bermimpi suara anak kecil memanggil ku papi," ucap Daniel kemudian.

Tangan Denisa yang sedang mengambil obat sontak berhenti mendengar pengakuan mantan suaminya, namun dia tak perdulikan itu.

"kalau begitu saya kasih vitamin aja, dan obat penurun panasnya diminum saat anda merasakan panas lagi saja." lanjutnya pura-pura tak mendengar.

Denisa kemudian menulis resep, karena sejak awal sudah diberi tahu gejalanya, jadi Denisa sudah membawa obat yang dibutuhkan tanpa harus menebus ke apotik.

Daniel terus memperhatikan apa yang dilakukan Denisa, Denisa yang sekarang sangat jauh berbeda dengan Denisa yang dulu, dulu Denisa begitu perhatian padanya, namun sekarang wanita yang pernah menjadi istrinya itu nampak asing padanya.

"Vitaminnya jangan lupa diminum ya Pak, jangan lupa minum air putih yang banyak, dan istirahat yang cukup."

Denisa mulai merapikan peralatannya, dia benar-benar tak perduli jika laki-laki yang pura-pura sakit itu terus memperhatikannya, dia harus cepat pergi dari sini.

"Semoga anda lekas sembuh Pak." Denisa berpamitan.

Namun saat akan beranjak dan bersiap keluar pergelangan tangannya dicekal oleh Daniel.

"Kapan kamu akan mempertemukan aku dengan anakku, Denisa?" matanya menatap tajam Denisa.

Denisa melihat tangannya yang dipegang Daniel, kemudian menatap Daniel.

Denisa menyentak nafas kasar "Aku bilang aku butuh waktu." Denisa hendak melepaskan tangannya dari Daniel, tapi Daniel semakin mengeratkan pegangannya, Denisa memelototkan matanya.

"Apa benar kamu bilang sama Dara kalau aku sudah mati, Denisa?"

"Dan apa aku harus ulang jika itu jawaban terbaik untuk kami saat ini."

"Kamu memang wanita paling kejam, Denisa. Kamu datang padaku, menjebakku dengan cara licik mu sampai aku harus mempertanggung jawabkan perbuatan mu. Dan kamu bilang padanya bahwa aku sudah MATI?"

"LANTAS AKU HARUS BILANG APA? Harus aku katakan padanya bahwa ayahnya tak mengharapkan kehadirannya? Aku tahu aku salah, tapi aku mengatakan itu karena aku tidak mau mengharapkan apa-apa. Ini salah ku, dan aku tidak ingin mengganggu hidup anda lagi. Biarkan kami hidup tenang, kami tidak akan mengharapkan apa-apa."

Daniel bangun dari tidurnya, menatap nyalang wanita yang berani berteriak padanya.

"Mudah kamu mengatakan itu, Denisa. Kamu bilang aku tidak mengharapkan kehadirannya? Kamu egois Denisa, kamu WANITA EGOIS!"

Daniel berteriak didepan wajah Denisa, membuat Denisa memejamkan matanya kuat karena takut. Dada Daniel sampai naik turun karena emosi.

Tanpa terasa bulir kristal Denisa mengalir tanpa permisi, dan Daniel tidak perduli itu.

"Kamu tahu aku tersiksa selama ini, Denisa. Aku aku tidak pernah tidur nyenyak karena suara itu terus memanggil ku 'PAPI'. Kamu tidak merasakan itu Denisa. AKU TERSIKSA." Daniel memukul dadanya, "kamu hanya tahu luka mu, tanpa perduli luka orang lain." Daniel

"Terus aku harus apa? Aku sudah pergi menjauh agar tidak mengganggu mu. Aku sadar diri karena kehadiran ku tidak diharapkan. Aku mencoba menebus semua kesalahan ku dengan menjauh, apa aku salah lagi? Andai waktu bisa di putar, aku tidak akan melakukan hal bodoh itu. Aku tahu aku bodoh, merugikan banyak orang termasuk anda. Aku tahu aku salah maka dari itu anggap kita tidak saling mengenal. Anggap kami tidak pernah ada."

Denisa menunduk, dia terisak, "Aku salah Kak, aku minta maaf." Lirihnya dengan tubuh bergetar.

Daniel menelan ludah, dia tak tahu harus apa melihat Denisa menangis seperti ini. Tapi sudut hatinya ingin dia membawa Denisa kedalam pelukanya.

Tiba-tiba terdengar suara Amanda memanggilnya.

"Mas, mas Daniel. Kamu dimana Mas?"

Tok tok tok.

"Kamu didalam Mas? Aku masuk ya?"

1
Safa Almira
seru
Nana RamLee
iyaaa kak agak kaget bacanya kok jauh kali belayarnya kapal nya
padahal kan dari Batam
karna di Batam sendiri termasuk kepulauan Riau banyak pulau2 kecil di Batam yang aksesnya buat ke Batam yang termasuk kota besar di kepulauan Riau itu lumayan membutuhkan waktu, yang paling jauh itu kepulauan Anambas dan Natuna kak
bersebelahan dengan laut cina
Anna
langsung pusing stres 😂 🤣
Anna
wah hamil ya 😂🤣🤣
Anna
paham donk 😂 🤣
Anna
iya lucu2nya fase puber ke 7 😂
Hamda Bakkas
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ilma Suryani
ceritanya bagus 👍
Elf Aurora
biasanya tak pakai minyak wangi. biasanya tak suka begitu.
olalilali Ola olala /Casual/
Elf Aurora
asik langsung lanjut skidipapap deh papi mami
Elf Aurora
bener2 gak berkelas ni cewek. ngomong nya jahat bgt ke sesama cewek./Panic/
Elf Aurora
apa coba kata2nya ky gitu? terlalu jahat kalo ngaku sahabat tp ngomong nya begitu..
Elf Aurora
kamu jg jangan jadi duda gatel ya masih ngejar2 mantan istri padahal udah punya tunangan sendiri..
Elf Aurora
astaga, dosa itu dokter ricko. jangan ya dek ya, jangan...
Elf Aurora
jauh juga denisa kabur sampe k Batam. pantes gak ketemu Daniel nyari2 d jakarta-subang /Grimace/
FUZEIN
Kiutt...dara
FUZEIN
Sedih 😭...anak2 mana faham..paling mengangguk je
FUZEIN
Peak tu apa
FUZEIN
Ceh..lelaki jahat
Lusi Seksi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!