Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21 - Toko kue
Raisa dan Bian berada di dalam toko kue yang indah dengan berbagai macam kue lezat yang terpampang di etalase. Ketika mereka memasuki toko, aroma manis dari kue-kue tersebut menyambut mereka dan menggoda selera mereka.
Saat mereka berjalan-jalan di antara rak-rak dengan kue-kue yang menggiurkan, perut Raisa tiba-tiba berbunyi "Krokokkkk..." Dia merasa sedikit malu karena suara perutnya terdengar jelas di ruangan yang tenang. Raisa berusaha untuk menyembunyikan rasa laparnya dan berharap Bian tidak mendengarnya.
Namun, Bian yang sensitif sebenarnya sempat mendengar suara perut Raisa. Dia tersenyum kecil, menahan tawa, dan memahami bahwa Raisa pasti lapar setelah perjalanan yang panjang. Dia memutuskan untuk membuat situasi menjadi lebih ringan dengan mengalihkan perhatian.
"Lihatlah, banyak pilihan kue disini, kamu lebih suka yang mana?."
Bian berjalan ke etalase yang penuh dengan kue-kue kecil dan memperlihatkan beberapa pilihan kepada Raisa. Dia dengan ramah menawarkan Raisa untuk memilih kue favoritnya, mengalihkan perhatian dari suara perut yang terdengar sebelumnya.
"Beruntung Tuan Bian tidak mendengar suara perutku, jika tidak aku kan malu... " batin Raisa. "Aku lihat-lihat dulu Tuan...."
Raisa tersenyum dan merasa lega. Dia mulai memilih beberapa kue yang terlihat menggugah selera, dengan bantuan dan rekomendasi dari Bian.
Keduanya berbincang-bincang tentang kue-kue favorit mereka, berbagi cerita tentang pengalaman makanan mereka, dan saling menyarankan kue-kue yang harus dicoba.
"Kita duduk dulu disana dan coba beberapa kue... Perutku terasa lapar," kata Bian sambil menunjuk pada sebuah meja yang tersedia di toko tersebut.
"Kebetulan sekali, aku juga sudah lapar... He he he...." Raisa bicara dalam hatinya yang tidak tau jika Bian sengaja melakukan hal itu karena tau jika Raisa merasa lapar 🤭
Saat mereka menikmati kue-kue tersebut, suasana menjadi semakin santai dan akrab di antara mereka. Mereka tertawa dan bercanda, menikmati makanan dengan penuh kenikmatan.
Sikap Raisa yang terbuka membuat Bian merasa nyaman saat bicara dengannya dan merasa terpesona dengan tawa lepas saat Raisa tertawa dan merasa lucu pada candanya sendiri.
"Tuan, aku punya pertanyaan lucu nanti Tuan jawab ya...," ucap Raisa datar dan Bian pun merespon biasa saja namun tetap mendengarkan.
"Tahu tidak, kenapa anjing bisa menggonggong?." Bian berpikir sejenak dan menggelengkan kepalanya. "Karena dia tidak bisa bicara sperti kita, cuma bisa gonggong aja! A ha ha ha...."
Bian mengerutkan dahinya bingung karena baginya itu tidak lucu sama sekali tapi berbeda saat melihat Raisa tertawa sangat senang.
"Ada lagi Tuan... Anda tahu tidak, apa bedanya burung dan mobil? Kalau mobil punya ban, burung punya sayap! Hi hi hi hi...."
"Semua orang juga tau itu, dan pertanyaanmu itu sama sekali tidak lucu!."
Bian beranjak dari duduknya dan menyudahi makan kue yang hanya dia cicipi sedikit. Pasalnya dia hanya ingin agar Raisa bisa makan kue tersebut dan kini kue di piring Raisa sudah habis tidak tersisa dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka.
"Tunggu Tuan, ada lagi yang lucu."
"Aku tidak mau dengar...," jawab Bian cuek sambil terus berjalan.
"Ada apa antara kucing dan bunga?."
"Sudahlah, itu tidak lucu!."
"Bunga berbunga-bunga, kucing berlari-lari! Uwa ha ha ha...."
Bian menghentikan langkahnya sejenak dan menatap Raisa dan berharap agar dia menghentikan kekonyolannya itu, namun Raisa tetap terus berjalan dan tidak berhenti tertawa. Melihat hal tersebut Bian pun hanya bisa tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.
Raisa melangkah perlahan di antara berbagai macam kue di toko itu. Namun, tiba-tiba matanya terpaku pada sebuah kue pengantin yang indah.
Teg!
Pandangan Raisa menjadi kabur, dan ingatannya terbawa kembali ke masa lalu, saat ia masih bersama suaminya, Rio. Saat itu adalah masa-masa awal pernikahan mereka yang bahagia, namun takdir berkata lain.
Rio meninggal secara tiba-tiba dalam sebuah kecelakaan tragis, meninggalkan Raisa sendirian dalam kesedihan yang mendalam. Setiap kali Raisa melihat sesuatu yang mengingatkannya pada Rio, kesedihannya kembali membanjir.
Ketika air mata mulai mengalir di pipi Raisa, dia menyadari bahwa Bian, yang berdiri di dekatnya, telah memperhatikannya.
Raisa merasa canggung dan segera menghapus air mata dengan cepat, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa sedihnya pada Bian. Dia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan memilih kue-kue lain di sekitarnya.
"Tuan, aku rasa kue nya sudah cukup."
"Baiklah."
Bian melihat Raisa yang berlalu meninggalkan toko kue tersebut dan masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. Ia sempat terenyuh saat menatap punggung Raisa yang bergetar karena tangisan yang ia tahan.
Bian segera menyusul Raisa yang telah masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi pengemudi sambil sesekali melihat Raisa dengan mata sembab karena selesai menangis. Dia merasa hatinya terenyuh oleh kesedihan yang terpancar dari wajah Raisa.
"Ya ampun!," pekik Raisa sambil menepuk jidatnya.
Tiba-tiba suasana hening itu terganggu oleh suara Raisa yang memekik. Raisa menyadari bahwa dia lupa membayar kue yang dia bawa dari toko tadi.
Tanpa berpikir panjang, Raisa hendak turun dari mobil untuk kembali ke toko dan membayar. Namun, sebelum ia dapat bergerak, Bian dengan cepat meraih tangan Raisa dan mencegahnya untuk turun.
"Tuan, aku harus kembali ke toko dan membayar kue itu. Tadi aku lupa membayarnya," kata Raisa dengan cemas.
Bian menatap Raisa dengan lembut dan menggelengkan kepalanya. "Raisa, aku sudah membayar kue itu untukmu. Tidak perlu kembali ke toko lagi."
Raisa terkejut mendengar kata-kata Bian. Tatapan matanya beralih dari wajah Bian ke arah tumpukan kue yang berada di belakang mereka. "Kalau begitu, aku akan mengganti uangnya... Maaf, aku jadi merepotkan Tuan."
Kemudian Raisa memeriksa nota pembayaran dan benar saja, di antara kue-kue itu terlihat nota pembayaran yang sudah ditandai sebagai sudah dibayarkan.
"Haaahhh!."
Raisa membelalakan matanya seketika saat melihat jumlah total keseluruhan kue yang mereka beli dan kue yang sudah mereka makan tadi.
Jumlahnya melebihi ekspektasinya, dan Raisa merasa kue-kue tersebut terlalu mahal baginya. Hatinya terasa berat karena ia merasa tidak mampu mengganti uang yang dikeluarkan oleh Bian hanya untuk membeli kue.
"Mahal sekali! Rasanya aku sudah memakan uang saja," batin Raisa.
Raisa memeriksa uang yang ada di dalam dompetnya dan menyadari bahwa jika ia menggunakan uangnya untuk mengganti sebagian biaya kue, uangnya akan segera habis dan tidak cukup untuk bekal di kampung halamannya nanti. Raisa merasa cemas dan khawatir akan situasi ini.
Dengan suara lirih, Raisa meminta maaf kepada Bian. "Maafkan aku, Tuan... Aku belum bisa langsung mengganti biaya kue ini... Aku sedang menabung untuk bekal di kampung halamanku."
Bian tersenyum lembut dan menatap Raisa dengan penuh pengertian. "Raisa, kamu tidak perlu khawatir tentang biaya kue ini, Aku mengerti situasimu dan aku tidak mengharapkanmu untuk menggantinya.
"Terima kasih Tuan...."
"Sama - sama."
Raisa merasa lega mendengar kata-kata majikannya tersebut. Ia merasa terharu dan bersyukur memiliki seorang Tuan seperti Bian yang begitu memahami dan peduli. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan dengan suasana hati yang lebih ringan.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍