(Novel ini mengandung unsur sensual dan adegan kekerasan)
"Kamu milikku. Aku akan melakukan apapun yang kuinginkan, denganmu. I will give you heaven and i will give you hell"
Setelah bangun dari koma karena percobaan bunuh diri, aku terkejut karena statusku menjadi menikah. Ternyata sebuah rahasia yang disembunyikan suamiku bahwa dia seorang profesional pembunuh bayaran.
Aku tak menyangka lelaki yang ku ketahui sebagai Vice President adalah anggota elite organisasi hitam yang menjadi buronan negara.
Teror demi teror datang. Beberapa pihak punya rencana jahat untuk menyingkirkan ku demi harta dan cinta, termasuk ibu tiri dan adikku.
Aku bersedia menukar tubuhku pada lelaki yang menjadi suami kontrak itu untuk sebuah komitmen balas dendam kematian sang ibu.
Akankah kebenaran tentang masa lalu menghancurkan rumah tangga kami? Penuh ketegangan berbalut kisah romansa yang sensual, ikuti cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iris Prabowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Untuk Master
Who's the guy behind mask?
Suara langkah yang semakin mendekat, aku merasa seperti seekor kelinci terpojok di kandang harimau. Terdengar riuh tepuk tangan seperti penyambutan pemenang kompetisi, tapi terdengar pula suara bibir yang berdesis dari perempuan-perempuan yang cemburu dengan pencapaianku.
Penawar itu mencium telapak tangan ini lalu mengambil aku dari stage lelang. Langkahnya terjegal, tiba-tiba seseorang menarik tangan, melepaskan aku dari lelaki itu.
"Ini kesalahan, dia bukan perempuan lelang!" ucap Vino menyembunyikan aku di belakang badannya.
Akhirnya manusia ini datang lalu berlagak bagai pahlawan kesiangan setelah kekacauan yang dibuatnya. Huh?
"Lelang ini batal, aku akan membawanya!"
Lelaki berkemeja navy itu diam saja saat Vino membawaku pergi, tapi aku mendengar tawa kecil di sudut bibirnya. Tanpa diduga seseorang datang dari sudut lain, menghadang kami sambil bertepuk tangan pelan.
"Congrats! Saya tidak menyangka kamu akhirnya tertarik juga dengan acara ini, bahkan merebut apa yang kuinginkan."
Mister Z? Aku baru menyadari kalau lelaki yang bersamaku ini bukan dia, melainkan lelaki yang dahinya kena pentalan tutup beer. Aku sama sekali tidak menduga kalau dia berani memberi harga tinggi. Pakaiannya biasa saja, kupikir dia hanya asisten Mister Z.
"Saya yang tidak menyangka kalau anda punya hasrat pada perempuan pembawa minuman seperti dia." sahut lelaki berkemeja navy melempar senyum pemenang.
"Haha, kali ini saya mengalah. Tapi kalau kamu berubah pikiran, beritahu saya."
Mister Z menepuk pundak Vino. Dia menelan ludah lalu pelan melepaskan genggaman tangannya.
"Maafkan aku, Jelly. Aku pasti akan mencari cara melepaskanmu dari mereka."
Vino berbisik pelan lalu mengikuti langkah Mister Z, meninggalkan aku yang masih berdiri mematung bingung. Sepertinya aku benar-benar terjebak dalam masalah yang rumit. Keberuntungan tidak memberkahiku.
***
Tempat ini memiliki akses ke bangunan hotel di samping. Sepanjang langkah dia tidak menanyakan namaku, dia pun tidak memperkenalkan dirinya. Kami hanya diam sampai tiba pada sebuah ruangan. Aku memutuskan untuk mengikutinya untuk bernegosiasi agar membatalkan kesepakatan ini.
Saat tiba di kamar, lelaki itu menutup pintu di belakang. Dia melepas kancing atas kemeja lalu menuang wine ke gelas.
"Ambillah," ucapnya menyodorkan padaku. Dengan ragu aku menerima tapi tidak meminumnya.
"Maaf, ini ada sebuah salah paham. Aku tidak pernah sepakat menjadi peserta midnight bid, dalam tujuh hari aku akan mengembalikan uang yang kamu keluarkan. Jadi bisa kita batalkan kesepakatan ini?"
Lelaki itu tertawa renyah. Apa dia meremehkan kemampuanku? Dari lelang aku mendapatkan delapan puluh persen bagian, dengan kekayaanku mudah bagiku mengumpulkan sisanya dalam tenggang tujuh hari.
"Aku serius, aku bukan pekerja seks atau perempuan yang menjual diri. Aku sangat kaya!"
Dia nampak tak peduli malah merebahkan diri diatas kasur.
"Come!" ucapnya menggerakkan telunjuknya. Lelaki itu menyuruhku duduk di sampingnya. "Siapa namamu?"
"Je..lly" ucapku terbata mendekatinya.
Lelaki itu menarik tubuhku ke pangkuannya. Wajahnya mendekat, telunjuknya menyisip membuka topeng mataku. Ekspresinya berubah dari dingin, terkejut, kemudian tertawa.
Langit di luar jendela hotel sangat berisik dengan angin. Hujan turun dengan derasnya. Lampu-lampu yang tergantung di langit-langit kamar menyinari keputusasaan yang terukir di wajahku kini. Aku merasa seperti seekor burung yang dipenjara, yang sayapnya terlalu lemah untuk terbang.
Dia mencengkram tanganku kasar, menarik tubuhku rapat ke tubuhnya, lalu mendekatkan bibirnya ke pipiku. Bukan kecupan, dia menggigit pipiku sampai merah dan basah.
"Sakit... "
Cara menggigit yang lembut dengan sedikit penekanan. Kecupannya bergeser pelan ke samping, menggigit telingaku. Semakin turun, menggigiti leher sambil menyesapnya, hingga meninggalkan beberapa bekas.
Rasanya seperti sedang ditelan oleh kegelapan. Tidak bisa berbicara, tidak bisa bergerak. Hanya bisa diam seperti boneka. Aku bagai boneka yang sedang dimainkan oleh seekor serigala.
Aku ingin memberontak, tapi melihat ada holster dengan pistol di pinggangnya, niatku menciut jadi sebuah takut.
Lelaki ini akan mencumbuku? Secepat ini? Bahkan aku belum tahu namanya, kami baru berbicara beberapa patah kata tapi dia sudah ingin melahap perempuan yang baru dia beli.
Dengan kasar dan tidak sabar, dia mendorong tubuhku jatuh keatas ranjang. Tatapannya penuh nafsu dan keinginan, sudah bersiap untuk memangsa.
"Aku tidak ingin melakukan ini," ucapku pelan, menyilangkan tangan didepan dada.
"Nafasmu tidak bisa bohong, kau menyukai saat aku mencium lehermu."
Lelaki itu membuka kemeja, melemparkan ke lantai, lalu mendekat pada perempuan diatas ranjang.
"Tunggu!" Aku menahan dadanya. "Setidaknya berikan namamu"
"Panggil aku, Master"
"Master?"
"I am your master. I own you."
Detak jantung yang sudah cepat, berdegup lebih kencang saat lelaki itu tepat berada diatasku. Dia menyeringai, jarinya bergerak membelai kakiku, mengecup telapaknya dengan penuh kelembutan, meninggalkan gelitik yang menaikkan hasrat.
"Good girl,"
Aku bisa merasakan hasrat yang membara, tak hanya padanya, tapi pada diriku. Tubuh ini lihai membaca perintah sentuhan Sang Master, membuka diri sepenuhnya seperti yang diperintahkan.
Sebuah blindfold dipakai untuk menutup mataku. Seketika semua gelap, hanya bisa menemukannya melalui nafas dan sentuhan bibir. Bergerak semakin dalam, dia melahap bibirku.
"You are mine now," kata lelaki itu dengan dingin. "Kamu harus patuh. Kamu tidak bisa melawan atau menolak apa pun yang aku inginkan. I will do whatever i want, with you. I will give you heaven and i will give you hell."
Aku mencengkeram seprai dengan erat, mengikuti irama saat lelaki itu menekan punggungnya, diantara kaki yang melengkung cantik.
That feels nice...