*Juara 1 YAAW 9*
Tiga tahun mengarungi bahtera rumah tangga, Vira belum juga mampu memberikan keturunan pada sang suami. Awalnya hal ini tampak biasa saja, tetapi kemudian menjadi satu beban yang memaksa Vira untuk pasrah menerima permintaan sang mertua.
"Demi bahagiamu, aku ikhlaskan satu tanganmu di dalam genggamannya. Sekalipun ini sangat menyakitkan untukku. Ini mungkin takdir yang terbaik untuk kita."
Lantas apa sebenarnya yang menjadi permintaan ibu mertua Vira? Sanggupkah Vira menahan semua lukanya?
Ig. reni_nofita79
fb. reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Sandiwara Ibu Desy
...Wanita bisa kehilangan akalnya karena orang yang dia cintai. Oleh karena itu dia butuh tamparan ribuan kali agar dia sadar dan tahu diri....
...Allah biarkan tamparan itu berupa rasa sakit hati dari orang yang dia cintai sehingga logikanya berjalan dan tidak lagi menggunakan perasaan....
Yudha meminta izin dua hari untuk mengurus pernikahannya. Sedangkan Weny meminta cuti selama dua minggu hingga tiga hari setelah menikah.
Teman dekat Yudha mengatakan, dalam waktu satu minggu lagi dia telah bisa menikahi Weny. Mereka kaget mendengar Yudha yang akan menikah lagi. Setahu teman-temannya, Yudha sangat mencintai Vira.
Yudha pulang setelah ibu Desy menghubunginya. Pria itu masuk ke rumah dengan perlahan dan kaget melihat ibunya yang menangis dalam pelukan Weny. Ibu Desy memang sengaja menangis setelah mendengar suara mesin mobil Yudha.
Melihat ibunya yang menangis Yudha menghampirinya. Duduk di samping wanita yang telah melahirkan dirinya itu.
"Ibu, kenapa menangis?" tanya Yudha dengan lembutnya.
Ibu melepaskan diri dari pelukan Weny. Memandangi putranya dengan mimik dibuat sesedih mungkin.
"Sebaiknya setelah kamu menikah dengan Weny kita pindah saja," ucap Ibu.
"Ibu mau tinggal dengan Weny saja?" tanya Yudha.
Mendengar ibunya Yudha mengatakan ingin mengontrak dan tinggal dengannya Weny menjadi kaget.
"Aku tidak mau wanita tua ini tinggal denganku. Jika pun aku ngontrak, aku hanya ingin berdua Mas Yudha. Memang aku menikah untuk mengurus nenek tua ini. Aku tak akan sudi," ucap Weny dalam hati ini.
"Kenapa ibu jadi berpikir begitu?" tanya Yudha lagi.
"Istrimu Vira sepertinya sudah tidak suka dengan ibu. Tanyakan saja dengan Weny apa yang dia lakukan tadi dengan ibu," ucap Ibu. Tangganya sudah reda, bahkan ibu bicara dengan sedikit ketus.
Yudha terdiam mendengar ucapan ibunya. Apa yang dilakukan Vira pada ibu sehingga dia ingin mengontrak? Pikir pria itu dalam hati.
"Tadi mbak Vira marah dengan ibu. Dia sampai melempar gelas hingga pecah. Jika terkena kaki ibu bagaimana, Mas? Jika memang Mbak Vira belum bisa menerima pernikahan kita, dia bisa marah denganku, bukan dengan ibu."
Yudha mendengar dengan dahi berkedut. Apa mungkin Vira tega melakukan itu. Selama tiga tahun mereka menikah, tidak pernah wanita itu marah apa lagi sampai melempar gelas. Jika pun benar itu terjadi, pasti Vira telah begitu marahnya sehingga melampiaskan semua dengan melempar gelas.
"Apa yang ibu katakan sehingga membuat Vira marah?" tanya Yudha.
"Emang apa yang ibu katakan? Istrimu itu saja yang marah-marah," ujar ibu.
"Baiklah, mungkin memang salah Vira. Besok aku carikan kontrakan, biar ibu bisa tinggal dengan Weny," ucap Yudha.
Weny yang tidak bisa menerima itu, merubah duduknya. Tersenyum dengan Yudha.
"Mas, apa aku boleh bicara?" tanya Weny.
"Tentu saja. Bukankah dari tadi kamu juga sudah bicara?"
"Menurutku, untuk apa kita buang-buang uang saja untuk mengontrak rumah. Lebih baik, uang buat kontrak di tabung, setelah terkumpul baru beli rumah. Kita di sini saja. Bukankah rumah ini cukup besar, kamarnya juga masih banyak yang kosong. Perhatian Mas juga tidak akan terbagi Kasihan Mbak Vira jika kita pindah. Dia pasti akan merasa perhatian Mas sudah berkurang saat nanti ke rumahku," ucap Weny.
"Weny benar, Bu. Kita di sini saja jika Vira mengizinkan."
"Kenapa harus minta izin dulu pada Vira, Mas?" tanya Weny.
"Rumah ini milik Vira. Sepantasnya kita minta izin," ucap Yudha.
Ibu yang mendengar ucapan Yudha menjadi kaget. Dia pikir Vira hanya omong kosong saja.
"Hanya atas nama Vira saja atau emang dia yang beli dengan uang hasil kerjanya?" tanya ibu pelan.
"Rumah ini dibeli dengan uang kerjanya Vira, Bu!" ucap Yudha.
Tubuh ibu terasa lemah. Dia menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa.
...****************...
Mampir juga ke novel teman mama dibawah ini. Terima kasih.