Jiang Xia Yan merupakan putri bungsu dari seorang jenderal perang pada masa kekaisaran Ming Qi adalah wanita bodoh yang jatuh cinta dengan pangeran kedua Ming Shin yang pada akhirnya mati mengenaskan atas nama cinta.
Bukan hanya mati ditangan suaminya sendiri, Jiang Xia Yan juga menyebabkan Klan Jiang musnah ditangan Ming Shin.
Padahal Jiang Xia Yan sudah berkorban banyak untuk Ming Shin hingga bisa membuat lelaki yang sangat dicintainya itu bisa menjadi kaisar Ming setelah berhasil menggulingkam kekauasaan sang ayah.
Jiang Xia Yan mati dengan dendam yang mendalam....
Pada saat yang sama, ada seorang CEO wanita yang berhati dingin dan kejam bernama Agatha Wein yang juga mati mengenaskan ditangan sekelompok lelaki yang cintanya ditolak dengan kasar olehnya.
Agatha diberi kesempatan hidup didalam raga Jiang Xia Yan....
Mampukah Agatha bertahan hidup & membalaskan dendam Jiang Xia Yan?
Bisakah Agatha menemukan cinta dijaman kuno ini dan membuat hatinya yang dingin menjadi hangat ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UNDANGAN
Musim gugur yang dingin dan intrik politik yang terjadi dalam istana yang kian hari kian memanas membuat permaisuri mengambil langkah untuk menikmati musim gugur didalam istana bersama para gadis bangsawan.
Undanganpun sudah tersebar, berharap para gadis yang sudah pada usia untuk menikah dan para wanita muda bisa hadir.
Tujuannya tak lain adalah untuk mencarikan pasangan bagi pangeran pertama, putra sulungnya agar memiliki pendamping yang kuat sehingga bisa naik menjadi putra mahkota yang bisa mengantikan kedudukan sang ayah nantinya.
Semua dilakukan secara diam dan terselubung. Alih – alih pesta perjamuan musim gugur nyatanya didalamnya terdapat unsur politik yang kuat.
Disinilah nantinya para gadis bangsawan akan memainkan perannya. Meski tokoh utamanya adalah permaisuri dan pangeran pertama, tapi semua orang bebas memilih kubu yang diinginkannya masing – masing karena disana juga akan hadir para selir.
Seperti selir selir agung Hien dengan pangeran keempat Ming Jun, selir pertama Nuwa dengan pangeran kedua Ming Shin, dan selir kedua Zhany dengan pangeran ketiga Ming Xue dan pangeran kelima He Zhan.
Semua selir dalam perjamuan tentunya juga akan mencari gadis bangsawan yang akan dijadikan pendamping sang putra untuk bisa naik menjadi putra mahkota Ming.
Pertempuran seperti itu biasanya akan sangat kejam karena semua pihak berusaha untuk mencari pendukung sekuat – sekuatnya demi para pangeran bisa naik tahta.
Hal ini tentunya tak disia – siakan begitu saja bagi keluarga besar Jiang. Meski mereka enggan untuk mengajak Jiang Xia Yan dalam pertemuan tersebut, tapi mengingat siapa kedua orang tuanya mau tidak mau nyonya besar Jiang pun menyuruhnya datang.
Kehidupan Jiang Xia Yan yang beberapa hari ini mulai tenang akhirnya kembali terusik dengan datangnya undangan perjamuan musim gugur dari permaisuri.
Pesta yang sarat akan muatan politik ini telah membuat semua orang sudah mulai sibuk mempersiapkan diri jauh – jauh hari.
Semua gadis ingin terlihat paling unggul karena dalam pesta tersebut juga akan diadakan unjuk bakat dimana para gadis akan berlomba untuk menampilkan bakat yang dimilikinya seperti menari, membaca puisi, bernyanyi, memainkan alat musik dan lain sebagainya.
Untuk nona muda tertua Jiang, seperti biasa dia akan menampilkan bakatnya menyulam. Semua orang di ibukota sangat tahu jika Jiang Xiuying memiliki hasil sulaman yang sangat halus dan sampai saat ini belum ada yang bisa menandinginya.
Sedangkan nona muda kedua akan menunjukkan bakatnya dalam menari dan menyanyi. Dua bakat yang akan ditampilkannya dalam satu pertunjukkan ini adalah nilai plus bagi keluarga ketiga selain Jiang Xialun cerdas di bidang akademik.
Sedangkan untuk Jiang Xia Yan yang dikenal tak memiliki bakat apapun kali ini juga terlihat santai seperti biasanya.
Namun yang mebedakan jika dimasa lalu dirinya santai karena tak memiliki bakat apapun dan datang keistana hanyalah demi pangeran kedua Ming Shin, namun lain halnya dengan sekarang.
Dirinya tak ingin menampilkan apapun karena tak ingin terlalu mencolok dalam perjamuan nanti. Jiang Xia Yan sama sekali tak memiliki ambisi ataupun tertarik menjadi bagian dari penghuni istana.
Tujuannya hanya satu, yaitu menghancurkan Ming Shin sebagai wujud balas dendamnya. Tapi hal tersebut bukan berarti dia harus masuk dan menjadi bagian keluarga kekaisaran Ming.
Jiang Xia Yan memiliki cara lain dalam melakukan aksi balas dendamnya tersebut. Dan sekarang yang perlu dia lakukan adalah mengembalikan nama baik sang pemilik tubuh serta membalas dendam pada keluarga besar Jiang yang selama ini telah menindasnya.
“ Kurasa moment ini adalah salah satu cara untuk mengembalikan nama baik Jiang Xia Yan…”
“ Selain para gadis yang aku temui di akademi, disana juga akan hadir para wanita muda yang belum pernah aku temui….”
“ Apa aku harus menampilkan bakat dalam acara itu ?...”
“ Kira – kira bakat apa yang pas untuk membungkam semua orang….”
Jiang Xia Yan terus memikirkan semuanya dengan cermat. Selain untuk mengembalikan nama baiknya, dia juga berencana untuk melihat situasi didalam istana secara langsung.
Meski dia sudah pernah melihat gambaran kasar peta istana dari ingatan pemilik tubuh sebelumnya dimasa depan, tapi dia juga harus mewaspadai apa yang ada dimasa kini.
Tentunya keadaan istana dimasa yang akan datang cukup berbeda dengan keadaan yang ada sekarang. Dan hal itulah yang harus diwaspadai oleh Jiang Xia Yan jika ingin bergerak cepat.
Tok tok tok….
Jiang Xia Yan mulai mengalihkan atensinya begitu pintu ruangannya diketuk dari luar. Dengan lembut diapun menyuruh pelayan tersebut masuk.
“ Maaf menganggu nona…nona muda ketiga diperintah oleh nyonya besar Jinag untuk datang ke kekediaman utama sekarang juga guna bertemu dengan madam Puan….”, ucap pelayan tersebut sopan.
“ Madam Puan ?....”, Jiang Xia Yan menautkan alisnya heran.
Selama perjalanan menuju kediaman utama Jiang Xia Yan mulai mengingat siapa itu madam Puan. Tampaknya dalam ingatan yang ada, kejadian ini juga pernah terjadi sebelumnya.
Madam Puan adalah penjahit terkenal di ibukota. Bahkan butiknya yang bernama Puan Wei sangat diminati karena memiliki memiliki rancangan yang bagus dan indah.
Begitu tiba dikediaman utama, dapat Jiang Xia Yan lihat jika kedua kakaknya sudah memilih kain yang akan mereka gunakan dalam perjamuan tersebut dan hanya menyisakan beberapa kain untuknya.
“ Kejadiannya sama…tapi kali ini aku bukanlah Jiang Xia Yan yang bodoh. Aku tak akan terjebak dua kali…. ”, batin Jiang Xia Yan bermonolog.
Seperti pada kehidupan sebelumnya, kakak tertuanya dan ibunya mendesak agar Jiang Xia Yan menggunakan kain berwarna kuning muda yang ada disana.
Tujuan mereka adalah mempermalukan Jiang Xia Yan dalam acara perjamuan tersebut dan membuat namanya di ibukota semakin buruk.
Namun dalam kehidupan kali ini, dia tak akan melakukan kesalahan yang sama seperti apa yang dilakukan oleh sang pemilik tubuh.
Lagipula, jiwa yang bersemanyam dalam tubuh ini adalah wanita dewasa yang sangat fashionable jadi dia bisa memadu padankan kain yang ada meski hanya tertinggal warna – warna yang sama sekali tak menarik.
“ Kurasa aku akan memilih kain berwarna merah bata ini….”, ucap Jiang Xia Yan sambil menunjuk kain berwarna merah bata yang akan memancarkan kilau keemasan jika terkena sinar.
Kain itu akan menjadi pakaian yang bagus dan berkelas jika diolah dengan baik. Tentu saja pilihan Jiang Xia Yan itu membuat bibi dan sepupunya merasa tak senang.
“ Adik…kenapa kamu memilih warna merah bata. Bukankah itu terlalu gelap dan akan membuatmu terlihat kuno serta terlihat tua. Bukankah gadis muda seusia kita seharusnya menggunakan warna – warna cerah dan segar. Kuning muda adalah warna yang cocok bagimu….”, ucap Jiang Xiuying berusaha membujuk.
“ Benar…kulitmu sangat putih seperti salju, tentunya warna kuning muda yang paling cocok. Jika saja putriku memiliki warna kulit seputih dirimu, mungkin aku akan menyarankan warna kuning muda untuknya….”, ucap Qianyi dengan wajah dibuat sesedih mungkin.
Ibu dan anak ini terus mendorong agar Jiang Xai Yan memilih warna kuning seperti apa yang mereka rencanakan agar dia menjadi bahan tertawaan di pesta perjamuan nanti.
Madam Puan terlihat sedikit terkejut dengan adegan yang ada didepannya. Meski dia mendengar rumor jika Jiang Xia Yan adalah gadis sampah yang bodoh dan konyol.
Tapi sebagai bibi dan kakak sepupu yang selama ini dibiayai oleh keluarga pertama, mereka tak seharusnya menjerumuskan gadis polos tersebut kedalam hal buruk.
Dari sini madam Puan baru tahu jika keluarga kedua Jiang memiliki hati yang buruk dan menggunakan cara yang kotor untuk menjatuhkan Jiang Xia Yan yang kini hanya sendiri tanpa dukungan dari kedua orang tuanya.
“ Aku tak menyangka jika mereka ternyata selicik ini….”, batin madam Puan sedih.
Tak ingin Jiang Xia Yan terjerumus kedalam rencana licik keluarga kedua, madam Puan pun berusaha untuk melindunginya.
“ Bagaimana jika warna putih tulang ini….saya rasa ini akan sangat cocok dengan nona muda ketiga….“, ucap madam Puan lembut.
Melihat jika madam Puan ingin membantunya lepas dari jeratan bibi dan kakak sepupunya, Jiang Xia Yan pun menyambut maksud baik tersebut.
Tapi hatinya masih memilih kain yang sudah sejak awal menarik perhatiannya itu. Dan tentunya, pilihannya tersebut tidak akan salah.
“ Tidak…aku tetap akan memilih warna merah bata itu…”, ucap Jiang Xia Yan tegas.
Melihat jika nona muda ketiga Jiang teguh dengan warna yang dipilihnya, madam Puan pun mulai mengukur tubuh gadis cantik itu.
Sementara nyonya besar Jiang terlihat acuh dengan kondisi yang ada. Wanita tua itu bahkan terlihat memejamkan kedua matanya sambil duduk dikursi kebesarannya.
Jika sudah menyinggung masalah uang, nyonya besar Jiang memang akan pura – pura tuli dan buta karena dia tak akan mau ikut mengeluarkan dana.
Selama ini yang mengurus masalah keuangan adalah rumah tangga kedua. Begitu juga semua uang yang diberikan oleh keluarga pertama untuk Jiang Xia Yan juga diatur oleh Qianyi meski apa yang diberikan kedua orang tuanya tak semuanya sampai kepada gadis itu.
Mungkin hanya dua puluh persen saja uang kiriman sang ayah yang diberikan kepada Jiang Xia Yan. Delapan puluh persen sisanya keluarga kedua gunakan sendiri untuk menunjang gaya hidup mewah dia dan anaknya.
Jiang Xia Yan bukannya tak tahu akan hal itu.Tapi dia akan membicarakan semuanya pada saat kedua orang tuanya pulang nanti.
Pada saat itu, Jiang Xia Yan yang sebentar lagi berusia lima belas tahun itu akan meminta kepada kedua orang tuanya untuk bisa mengurus keuangan dan apapun hal mengenai rumah tangga pertama sendiri.
Jika bisa, dia akan meminta agar keluarga pertama memisahkan diri dari keluarga besarnya. Lagipula, semua kekayaan keluarga besar Jiang hampir seluruhnya milik keluarga pertama.
Entah itu hadiah dari kaisar ataupun gaji perbulan yang diterima oleh ayah dan ibunya selama mereka berada dimedan perang.