Setelah dikhianti oleh pria yang dicintainya, Vani tidak ingin lagi jatuh cinta, tetapi takdir justru mempertemukan Vani dengan Arjuna.
Seorang CEO yang dikenal dengan rumor sebagai pria gay.
Karena suatu alasan, Vani setuju saat Juna melamarnya, karena berpikir Juna seoarang gay dan tidak mungkin menyentuhnya. Namun siapa sangka jika rumor tentang gay itu salah. Juna adalah sosok suami yang begitu memuja Vani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan Makan Malam
Vani meregangkan otot-otot tubuhnya setelah selesai dengan pekerjaannya, hari ini menjadi hari yang cukup sibuk untuknya sebab ada banyak sekali pekerjaan, lebih dari biasanya. Vani melihat jam yang sudah menunjukan pukul setengah enam, untuk itu Vani bergegas pulang.
Vani pulang sendirian, sebab Esi sudah lebih dulu pulang di jemput oleh kekasihnya. Gadis itu tersenyum sendu kala mengingat dulu Johan selalu mengantar jemput dia bekerja, tetapi sekarang semua berbeda.
"Tidak, Van. Jangan mengingatnya lagi. Lupakan!" ucapnya dalam hati menepis setiap kenangan yang terlintas di benaknya.
Baru saja Vani keluar dari gedung kantornya, pria yang berusaha Vani lupakan justru berada di sana, bersikap seakan tidak bersalah, tersenyum sambil berdiri di samping mobilnya, seperti dulu setiap kali dia menjemput Vani.
Vani melewati Johan tanpa niat menyapanya, Johan yang melihat itu bergegas mengejar Vani. "Jangan berani menyentuhku!" bentak Vani saat Johan hampir menyentuh tangannya.
"Sayang, maafkan aku. Ayo kembali seperti dulu, aku sangat mencintaimu," ucap pria itu membuat Vani merasa jijik mendengarnya.
"Melihat sikapmu seperti ini membuatku semakin merasa bodoh karena pernah mencintai pria sepertimu." Dengan begitu dingin Vani berkata.
"Johan. Jika kau memang mencintaiku, aku mohon tolong berhentilah mengusikku. Tolong biarkan aku hidup dengan tenang. Sudah cukup kau memberikan luka untukku, tolong jangan membuat hidupku semakin sulit dengan hinaan orang-orang yang akan menudingku sebagai perebut suami orang. Aku mohon! Biarkan aku hidup tenang," ucap Vani lagi sebelum akhirnya masuk ke dalam taksi yang baru saja berhenti di depannya.
Johan yang mendengar semua ucapan Vani hanya bisa terdiam. Apa yang Vani katakan benar, tetapi untuk melepaskan serta melupakan Vani, dia tidak bisa melakukannya.
"Bagaimana cara aku menebus semua kesalahanku, Van?" ucap Johan frustasi.
***
Vani tiba di apartement nya tepat pukul 6 Sore. Jarak kantor dan tempat tinggal barunya tidak begitu jauh, karena itu hanya butuh waktu beberapa menit untuk Vani tiba di apartemen.
Baru saja Vani merebahkan tubuhnya di atas sofa. Suara bel terdengar dan terpaksa Vani kembali bangkit untuk melihat siapa yang datang.
"Maaf, Anda siapa?" tanya Vani heran karena tidak mengenal pria yang saat ini berdiri di depannya, tetapi juga merasa seperti pernah bertemu entah dimana.
"Maaf mengganggu Nona. Saya Dika," ucap Dika terdengar gugup.
"Saya Vani. Ada yang bisa saya bantu, Tuan Dika?" tanya Vani.
"Begini, Nona Vani. Atasan saya penghuni baru di sini. Dia meminta saya mengundang penghuni gedung ini untuk makan kalam di kediamannya sebagai salam perkenalan. Diharap kehadirannya, Nona," ungkap Dika langsung pada intinya pada Vani.
"Oke, baiklah. Terima kasih atas undangannya tuan, saya usahakan akan datang. Saya baru saja pulang bekerja, mungkin akan sedikit terlambat," jawab Vani berusaha tersenyum, meskipun sesungguhnya dia merasa sangat lelah dan ingin beristirahat.
Pantas saja Tuan Juna menyukainya. Wanita ini cantik, lembut dan punya daya tarik tersendiri. Dika berkomentar dalam hati terpesona akan senyuman Vani.
"Tuan!" Panggil Vani melambaikan tangannya didepan Dika menyadarkan Dika dari kekagumannya
"Eh iya, Maaf Nona. Kalau begitu saya permisi." Dika lekas pergi dengan rasa malunya karena tertangkap basah tengah menatap Vani.
Jika tuan Juna tahu aku mengagumi wanitanya, bisa tamat riwayatku. Batin Dika bergidik ngeri membayangkannya.
"Tidak ada salahnya aku datang, lagipula aku juga penghuni baru digedung ini, dan dia tepat di depanku. Setidaknya aku juga bisa mengenal penghuni lainnya di sini," gumam Vani sembari melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
****
Di tempatnya, Arjuna terlihat santai meskipun sesungguhnya ia benar-benar merasa gugup. Perasaan gugup yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, bahkan saat mengerjakan proyek besar pun Arjuna tidak pernah segugup ini.
"Apa kau pernah jatuh cinta?" tanya Arjuna pada Dika yang baru saja kembali setelah mengundang Vani.
Dika ternganga mendengar pertanyaan atasannya. Selama ini Arjuna tidak pernah membicarakan hal apapun tentang kehidupan pribadi, yang keluar dari bibirnya hanyalah tentang pekerjaan dan selalu tentang pekerjaan. Saat mendengar pertanyaan Arjuna tentu saja Dika terkejut. Dika akui jika sikap tuannya akhir-akhir ini sangat berbeda dari biasanya, tetapi untuk jatuh cinta, Dika belum berpikir ke arah sana. Dia pikir atasannya hanya sekedar tertarik pada Vani, tetapi mendengar pertanyaan Arjuna, seakan membenarkan jika Arjuna bukan hanya sekedar menyukai Vani.
"Kau ingin membisu selamanya? Aku bertanya padamu!" bentak Arjuna kesal saat Dika tak menjawab pertanyaannya
"Maaf, Tuan. Tidak." Dika menjawab datar karena semua itu benar adanya. Karir yang cemerlang menjadi tujuan Dika selama ini hingga tak punya waktu untuk memikirkan urusan cinta.
"Apa yang orang rasakan saat jatuh cinta? Apa kau tahu?" tanya Arjuna lagi dengan sorot mata serius menunggu jawaban Dika, meski dia sudah mendengar jika Dika juga belum pernah jatuh cinta.
"Hah? Apa, Tuan?"
"Kau, Tuli? Apa aku perlu mengulangnya?" Dika kembali membuat Arjuna kesal.
"Tidak, Tuan. Maaf. Dari yang aku dengar, saat jatuh cinta, tentunya orang akan merasa bahagia. Merasa hidup menjadi lebih semangat dan berarti. Selalu merindu meski sering bertemu. Senang melihatnya tersenyum dan sedih saat melihatnya bersedih.
Mempunyai Pasangan membuat hidup terasa lebih berwarna. Apapun dan kapanpun itu, dia selalu menjadi orang pertama yang selalu hadir di benak kita. Hanya dengan mengingatnya dapat membuat tersenyum, hanya dengan membayangkan senyumannya dapat meredakan emosi kita. Saat ada hal penting yang terjadi dalam hidup, dia juga selalu menjadi orang pertama yang ingin kita beritahu dan berbagi. Saat melihat sesuatu yang indah, kita berharap bisa menikmati keindahan itu bersamanya.
Apapun yang dilakukannya sekalipun itu hal terkonyol yang ada didunia, kita tetap bisa tersenyum dan menerimanya.
Bersamanya kita mengerti apa itu sabar! Sesibuk apapun kita, akan selalu menyisihkan waktu agar bisa bersamanya.
Perasaan rindu akan selalu muncul saat berada jauh darinya.
Meskipun hidup yang dilalui saat bersamanya menjadi hal tersulit sekalipun kita tetap berusaha menjalaninya agar tetap bisa bersamanya."
"Dari mana kau tahu semua itu?" tanya Arjuna lagi, sebab hampir semua yang Dika katakan telah Arjuna rasakan sejak bertemu Vani.
"Dari artikel yang dulu saat remaja pernah saya baca. Apa Tuan Juna sedang jatuh cinta?" tanya Dika memastikan meskipun tahu pertanyaannya tidak akan dijawab jujur oleh Arjuna.
"Tidak," jawab Juna cepat melangkah masuk ke dalam kamarnya.
Ya Tuhan. Wajah tuan Juna merona. Pria dingin sepertinya ternyata bisa terlihat konyol seperti itu. Batin Dika terkekeh.
Dibantu oleh beberapa pelayan yang dibawanya. Dika mulai menyiapkan makan malam romantis untuk Vani dan Arjuna. Meskipun Arjuna tidak akan mengakui perasaanya, tetapi dari cara atasannya meminta Dika menciptakan suasana romantis, menjawab semua pertanyaan Dika.
"Bukan hanya sekedar tertarik, tapi, Tuan Juna benar-benar sudah jatuh cinta," gumam Dika.
Beberapa saat kemudian, setelah semua persiapan telah selesai. Dika meminta para pelayan untuk pulang.
Suara ketukan pintu terdengar, Dika dengan cepat menghampiri Arjuna.
"Tuan, sepertinya Nona Vani sudah tiba. Saya pamit pulang," ucap Dika dari luar pintu kamar Arjuna saat mendengar suara bell.
"Silahkan masuk Nona Vani." Dika mempersilahkan Vani masuk. Setelah Vani masuk, Dika keluar dari sana meninggalkan Arjuna dan Vani berdua.
Bisa dipastikan Nona Vani akan kembali kesal dan berdebat dengan tuan Juna saat tahu penghuni baru di sana adalah tuan Juna, terlebih lagi hanya ada mereka di sana. Tidak seperti yang aku katakan jika atasanku mengundang semua penghuni apartemen. Hahaha