Angel hidup dengan dendam yang membara. Kakaknya ditemukan tewas mengenaskan, dan semua bukti mengarah pada satu nama
Daren Arsenio, pria berbahaya yang juga merupakan saudara tiri dari Ken, kekasih Angel yang begitu mencintainya.
bagaimana jadinya jika ternyata Pembunuh kakaknya bukan Daren, melainkan Pria yang selama ini diam-diam terobsesi padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuan Daren de castello
"Ken kamu dimana? " teriak angel saat ia tidak melihat ken di ruang tamu. matanya menelusuri sekeliling apartemen.
Angel sudah berpakaian rapi, rambutnya di gerai dengan indah, ia mengenakan dres lengan pendek berwarna peach, menguatkan kesan peminim.
"Aku disini. " jawab len dengan santai. ia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang msih melilit di pinggang. rambutnya basah, air menetes dari tubuhnya menambah kesan sexy tubuh sixpack itu.
Angel mengerutkan keningnya bingung. "kenapa mandi? bukankah kita tidak bercinta? "
Ken mendengus kesal melemparkan handuk yang tadi ia gunakan untuk mengeringkan rambut. ia melemparnya tepat pada wajah Angel.
"ishh ken apa-apaan sih. aku udah rapi ini. " gerutu Angel.
Ken memandang Angel dengan datar. Laki-laki mana yang tidak kesal saat sudah berada di puncak nafsunya? dia sendiri yang memulai permainan dengan menggodanya, tapi dia sendiri juga yang mengakhiri bahkan sebelum hasrat itu tuntas. lalu, lihatlah sekarang dengan polosnya dia pura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi.
"lupakan." nada bicara ken terdengar dingin, raut wajahnya datar. Ken masih berdiri di depan meja makan, mengambil segelas air dari dispenser dan meneguknya dengan kasar. Jakunnya bergerak naik turun seiring dengan air yang mengalir di tenggorokannya.
Angel menatap Ken dengan intens. lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya ini adalah lelaki paling tampan yang pernah ia temui. wajahnya blasteran rusia dengan hidung mancung, mata yang sedikit sipit di lengkapi rahang tegas. siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona, di tambah lagi ken memiliki tubuh yang atletis dengan otot-otot yang terlihat menggoda.
"Ken.. apa kamu marah sayang?" Angel berjalan mendekati ken. dengan lembut ia mengelus lengan yang dipenuhi otot itu.
"Berhenti membuatku sakit kepala Angel. " ucap ken dengan datar. sebelah tangannya menahan pergerakan lengan Angel yang hampir menyentuh dada bidang miliknya. ia tidak mau mandi untuk yang kedua kali. Sia-sia saja kecebongnya terbuang dengan di kloset kamar mandi.
Angel terkekeh kecil, dengan jail sebelah tangannya yang lain mengelus perut bagian bawah ken, membuat sang empu mengerang.
"Angel." Geram Ken dengan suara yang mulai parah.
"Antar aku ke cafe sayang. aku ada janji dengan temanku. " bisik Angel di depan daun telinga Ken, dengan sengaja menggigit telinga itu.
"Angell." Ken berteriak dengan keras, segala sumpah serapah hampir saja keluar dari mulutnya.
Angel hanya tertawa terbahak-bahak dan keluar dari dapur.
"Aku tunggu di depan. 10 menit! " Teriaknya masih dengan tawa yang terus menghiasi ruangan.
Ken meneguk segelas air lagi, dan berjalan ke kamar milik Angel. ia tidak khawatir dengan baju ganti atau perlengkapan mandi, karena mereka berdua memang sudah terbiasa tinggal bersama baik itu di rumah ken atau apartemen Angel.
Dengan perasaan yang masih kesal, ia mengambil kaos berwarna hitam dengan celana jeans berwarna biru tua lalu dengan cepat mengenakannya sebelum Angel kembali mengamuk dan menggodanya.
"Jangan marah-marah sayang. " ucap Angel saat melihat ken keluar dari kamarnya dengan wajah kecut.
ken mendengus sebal dan berjalan cepat mengambil koncil mobil di meja ruang tamu.
"Ken... sayang.... " Teriak Angel
Angel kembali tertawa terbahak-bahak dengan sikap manja kekasihnya.
****
"Kau bisa bekerja atau tidak hah? " teriak seorang pria dengan keras. sebuah map berwarna biru muda di lemparkan pada wajah wanita di hadapannya.
"Ma---maafkan saya tuan. Saya akan segera memperbaikinya!" sambil menahan air mata wanita itu mengambil map tersebut. suaranya sudah bergetar lengkap dengan keringat dingin yang keluar dari pelipisnya.
Pria itu menatap wanita di hadapannya dengan dingin. raut wajahnya tetap datar, namun sedikit memerah karena emosi.
"Pekerjaan yang mudah seperti ini saya kamu tidak becus. Kalau pekerjaan apa yang bisa kau lakukan dengan baik? mengangkang? pamer kedua dadamu yang kecil itu? " Nada suara dari pria itu mulai rendah, namun setiap kata-katanya penuh sindiran yang terasa menyayat sampai ke ulu hati.
"Tu--tuann.. saya... " Air mata akhirnya tumpah dari wajah wanita di hadapannya, tubuhnya gemetar ketakutan.
"cihh, apakah menangis bisa menyelesaikan masalah? .. " pria di hadapannya mendecih dengan kasar
"Jika kamu hanya bisa memamerkan tubuhmu dan menjual selangkangan, maka lakukan itu di club bukan di sini. perusahaanku bukan tempat untuk orang sepertimu! "
Wanita iu berlutut di hadapannya. tangisnya semakin pecah.
"Tuann saya mohon jangan pecat saya, saya berjanji akan memperbaikinya. itu terakhir kalinya tuan. "
Laki-laki di hadapannya hanya memandang dengan raut wajah datar, tidak ada perasaan iba ataupun belas kasihan dalam hatinya.
"tidak ada kesempatan kedua untuk orang sepertimu! "
"Adrian... usir wanita ini, dan pastikan semua barang-barangnya di mejanya bersih! "
Seorang pria muda berumur kisaran 30 tahun datang dengan tergesa, ia sedikit menunduk hormat saat berada di hadapan pria itu.
"Baik tuan, akan saya pastikan semuanya bersih." raut wajahnya sama seperti atasannya datar tanpa ekspresi.
"berdiri dan pergi dari sini! " ucap Adrian dengan dingin lalu membantu wnaota itu berdiri setengah menyeretnya dengan agak kasar.
"tuann... tuan saya mohon maafkan saya. jangan pecat saya. " Wanita sedikit memberontak berusaha melepaskan cekalan tangannya dsri tangan Adrian. ia masih saja terus menangis mengharapkan sebuah maaf.
Dengan kasar Adrian menyeret wanita, dan menutup pintu ruangan. "Adrian.. lepaskan aku! lepaskan! " teriak wanita tersebut dari luar luar ruangan. suaranya masih terdengar begitu jelas kedalam hingga membuat pria itu mendengus kesal.
Dia adalah Daren de castelo. pria yang namanya hanya mampu dibisikkan, bukan diucapkan.
Seorang mafia kejam juga CEO terkenal yang tak segan menghabisi siapa pun yang menghalangi jalannya. Wajahnya tampan, dingin, dan terlalu sempurna untuk dunia kelam yang ia pimpin seolah Tuhan menciptakannya hanya untuk menjadi ancaman sekaligus godaan yang mematikan.
Tatapannya tajam, seperti bilah pisau yang bisa menembus siapa saja yang berani menantangnya.
Gerakannya tenang, namun setiap langkahnya membawa ketakutan.
Pria itu berbahaya…
Tak ada wanita yang mampu menyentuhnya bukan karena mereka tidak mau, tapi karena tak satu pun berani mendekat cukup dekat untuk merasakan panas tubuhnya.
Ia adalah badai dalam wujud manusia.
Dingin. Misterius.
Dan mematikan.
Daren menekan beberapa angka di telepon kantornya, tak lama kemudian panggilan tersambung.
"Ya tuan. " Suara Adrian dari sebrang sana terdengar.
"Carikan aku sekertaris baru. aku tidak mau orang-orang seperti yang sebelumnya. carikan aku yang berpengalaman dan bisa bekerja bukan hanya mampu mengangkang. " Kata-kata nya terdengar begitu sinis juga menyakitkan.
Di sebrang sana Adrian meringis pelan, namun tetap menganggukan kepalanya meskipun ia tahu tuannya tidak akan bisa melihatnya.
"Baik tuan. saya akan lebih teliti lagi dalam merekrut mereka. "