Demi mendapatkan biaya operasi sang ayah yang mengidap penyakit jantung, Nabila Kanaya terpaksa menikah dengan Sean Ibrahim, lelaki yang tak lain adalah suami dari sahabatnya.
Sandra Milea, seorang model terkenal yang
namanya sedang naik daun di dunia entertainment, terpaksa meminta sahabatnya untuk menikah dengan suami tercintanya demi mendapatkan seorang anak yang sudah lama didambakan oleh Sean dan juga mertuanya. Bukan karena Sandra tidak bisa mempunyai anak, tetapi, Sandra hanya belum siap kehilangan karirnya di dunia model jika dirinya tiba-tiba hamil dan melahirkan seorang anak.
Lalu, bagaimana nasib pernikahan Kanaya dengan suami sahabatnya itu? Akankah Kanaya menderita karena menikah tanpa cinta dan menjadi istri rahasia dari suami sahabatnya? Ataukah Kanaya justru bahagia saat mengetahui kalau suami dari sahabatnya itu ternyata adalah seseorang yang dulu pernah singgah di hatinya?
Yuk, ikutin kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazwa talita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21 DILEMA
Tubuh Sandra merosot ke lantai mendengar ucapan Sean. Perempuan itu menutup mulutnya, menahan agar isak tangisnya tidak terdengar.
Hatinya bagai dihantam palu besar mendengar ucapan suaminya. Rasanya sangat sakit. Sakit sekali sampai Sandra merasa sesak.
Kenapa rasanya sangat sakit? Bukankah, aku sendiri yang menginginkannya? Akan tetapi, kenapa sekarang aku sendiri yang merasa sakit?
Sandra menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Kini, ia merasa kalau semua rencananya berbalik menjadi boomerang untuknya.
Kebahagiaan yang kemarin ia rasakan saat Sean menyetujui pernikahannya dengan Kanaya, kini berganti dengan luka yang menggores hatinya.
"Sayang ... halo. Kamu masih di sana kan?" Suara Sean terdengar khawatir. Pria itu merasa bersalah karena telah jujur mengatakan pada Sandra kalau dirinya sudah menyentuh Kanaya di malam pertama mereka.
"Sayang ...."
"Hmm."
"Maafkan aku. Tidak bermaksud membuatmu–"
"Sudahlah! Kamu jangan khawatir. Aku baik-baik saja," tukas Sandra di seberang telepon. Perempuan itu tidak mau Sean tahu kalau dirinya saat ini sedang menangis.
Sandra tidak ingin rencananya gagal kalau Sean sampai tahu kalau dirinya menangis saat ini. Apalagi, penyebab ia menangis itu adalah Sean sendiri. Suami yang dengan sadar ia suruh menikah lagi dengan sahabatnya demi mendapatkan seorang anak.
"Kamu beneran baik-baik saja?" Suara Sean kembali terdengar.
"Aku baik-baik saja. Kamu jangan khawatir."
"Aku dan Kanaya sangat khawatir. Semalam ... kamu meneleponku sampai ratusan kali. Aku takut terjadi apa-apa sama kamu. Kamu benar-benar tidak apa-apa kan, Sayang?" Sean kembali memastikan keadaan istri pertamanya itu.
"Aku akan menemuimu sekarang juga. Kanaya tadi sudah menyuruhku menemuimu karena dia sangat mengkhawatirkan kamu."
"Jangan!" Sandra berteriak di ujung sana.
"Kamu jangan pulang ke sini. Kamu tidak bisa meninggalkan Kanaya dan keluarganya di sana," lanjut Sandra.
"Tapi, Sayang, aku benar-benar khawatir. Aku nggak peduli jika Kanaya dan keluarganya marah."
"Sean ... dengarkan aku! Kamu mencintai aku bukan?"
Sean mengangguk meskipun Sandra tidak melihatnya.
"Aku sangat mencintaimu. Kenapa kamu tanyakan itu? Apa sekarang kamu meragukan aku?" Nada suara Sean terdengar kesal.
"Bu–bukan begitu, Sayang ... aku hanya bertanya."
"Kenapa bertanya sesuatu yang kamu sendiri sudah tahu jawabannya?"
"Aku hanya ingin memastikan kalau kamu tetap mencintaiku walaupun di sampingmu saat ini ada perempuan yang semalaman telah membuatmu puas dan kelelahan."
"Sayang ... tentu saja aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu."
"Walaupun saat ini ada perempuan yang kamu pilih untuk menjadi istri keduaku, aku tetap akan mencintai kamu."
"Bukankah kamu sendiri yang mengatakan kalau apa yang aku dan dia lakukan saat ini adalah tugas dari kamu yang harus kami kerjakan dengan baik?" Sean melanjutkan ucapannya.
Mengingatkan istri cantiknya itu bahwa apa yang ia lakukan bersama Kanaya adalah sebuah pekerjaan yang harus ia kerjakan sesuai perintah dari Sandra sendiri.
"Bukankah aku sudah meneleponmu terlebih dahulu sebelum aku melakukannya semalam?" Sean kembali berucap saat tidak terdengar sepatah katapun keluar dari mulut Sandra di seberang sana.
"Aku dan Kanaya hanya menjalankan tugas yang kamu berikan pada kami."
"Sean ...." Sandra tidak bisa menahan tangisnya kali ini. Perempuan itu terisak sambil menutup mulutnya.
"Aku sudah meminta izin padamu semalam kalau aku tidak akan menyentuh perempuan itu karena aku tidak ingin mengkhianatimu. Akan tetapi ...." Sean tidak melanjutkan ucapannya.
Rasanya, ia tidak mampu menceritakan kembali bagaimana semalam Sandra begitu semangat menyuruhnya melakukan malam pertama dengan Kanaya.
"Aku akan pulang sekarang juga jika kamu memang menginginkan aku pulang. Aku–"
"Jangan! Aku baik-baik saja. Aku akan menyuruhmu pulang ke sini setelah urusan kamu di sana selesai. Jangan membuat kedua orang tua Kanaya khawatir apalagi sampai mencurigaimu."
"Aku tidak mau jika rencanaku sampai gagal!" Setelah mengucapkan kata-kata itu, Sandra kemudian menutup panggilan teleponnya secara sepihak.
Perempuan itu kemudian menangis. Sementara, Maya sang manager mendekati Sandra kemudian memeluknya.
"Aku sudah pernah mengatakan padamu bagaimana rasanya bukan?" Sandra mengangguk dalam pelukan Maya.
"Kamu hanya perlu bersabar sebentar lagi. Setelah rencana kamu berhasil, suamimu pasti akan kembali lagi padamu."
"Sean sangat mencintaimu. Aku yakin, dia tidak akan mengkhianatimu meskipun perempuan itu suatu saat nanti akan melahirkan darah daging dari suamimu."
***
Sean menghela napas panjang. Perasaannya tidak menentu. Rasa cintanya pada Sandra membuat laki-laki itu merasa bersalah karena sudah mengkhianati kesetiaannya pada perempuan itu.
Semalam, karena marah mendengar ucapan Sandra yang menyuruhnya bercinta dengan Kanaya, Sean akhirnya menyentuh Kanaya. Membobol keperawanan gadis itu.
Namun, Sean yang awalnya menyentuh Kanaya karena kesal terhadap Sandra, perlahan berubah menjadi kecanduan saat dirinya merasakan kenikmatan yang tiada tara saat menyentuh perempuan yang telah dipilih Sandra untuk menjadi istri keduanya.
Sementara itu, Kanaya duduk di tepian ranjang menunggu Sean selesai berbicara dengan sahabatnya sekaligus istri pertama dari laki-laki yang baru sehari menjadi suaminya itu.
Kedua tangannya saling meremas. Merasa gelisah sekaligus sakit secara bersamaan saat samar-samar terdengar suara Sean yang begitu mengkhawatirkan Sandra.
Aku yakin, saat ini Sandra sedang cemburu karena memikirkan aku dan Sean.
Sandra sangat mencintai Sean, begitupun sebaliknya. Wajar saja jika Sandra merasa cemburu. Membayangkan perempuan lain dekat dengan orang yang kita cintai saja membuat kita sakit, apalagi sampai mengetahui kalau suaminya sedang berbagi kenikmatan dengan perempuan lain.
Akan tetapi, bukankah ini adalah keinginan kamu sendiri, Sandra? Seandainya kamu tidak punya ide gila menikahkan aku dengan suamimu, kamu pasti tidak akan merasa terluka seperti ini.
Kanaya menutup wajahnya dengan kedua tangan. Mencoba menetralkan perasaannya juga hatinya yang berdenyut ngilu kala ia mendengar sendiri betapa laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya itu begitu mencintai Sandra, istri pertamanya.
"Ada apa?" Sean tiba-tiba berdiri di depan Kanaya yang terlonjak kaget melihat kedatangannya.
"Kenapa kamu senang sekali membuatku kaget?" kesal Kanaya kesal. Bibirnya mengerucut beberapa centi.
Sementara itu, sudut bibir Sean tertarik membentuk senyuman mendengar gerutuan Kanaya.
"Kita keluar menemui orang tuamu. Keluarga kamu pasti menunggu kita." Sean menatap perempuan di depannya itu dengan seksama.
"Bagaimana keadaan Sandra?" Kanaya mendongak, memberanikan diri menatap manik mata lelaki itu.
"Sandra baik-baik saja. Semalam, dia hanya ingin memastikan apakah kita melakukan malam pertama atau tidak."
"Apa?"
BERSAMBUNG ....
Baca juga karya punya temen aku yang satu ini yuk!
Blurb
Flavia Gu, adalah anak dari selir kesayangan Tuan Gu. Dibawa olehnya masuk ke dalam keluarga Gu. Ketika ibunya meninggal
Namun, tidak pernah dianggap sebagia anggota keluarga Gu.
Bahkan dia harus menghidupi dirinya sendiri dari keahlian yang dia miliki. Keahlian yang dia sembunyikan dengan baik.
Tidak hanya itu saja, bahkan Flavia dijadikan tumbal malam pertama untuk menggantikan peran Olivia Gu yang ingin menjadi menantu utama keluarga Lin
Siapa sangka Flavia yang selama ini diam akan menyerang balik mereka semua, yang pernah mencelakainya. sampai pada akhirnya takdir membawa Flavia ke pangkuan Eryk Lin, seorang Mysophobia yang sengaja memilih menjadi dokter Forensik demi mengatasi rasa takutnya yang berlebihan.
Akankah ketika konflik bersemi, justru malah akan membuat keduanya saling jatuh cinta dan menginginkan satu sama Iain?