Asti seorang gadis yang berusia 28 tahun, dan memiliki wajah yang baby face, banyak orang yang mengira bahwa Asti seperti gadis belia.
Asti memiliki otak yang cerdas, piawai dalam berkomunikasi dan mempunyai sifat penyayang.
Berjalannya waktu, Asti mengenal sosok pria bernama Tomi.
Asti terkenal dengan sifatnya yang cuek dan jutek.
Apakah sosok Tomi Berhasil meruntuhkan hati sang dosen cantik yang jutek?
Di balik sikap Asti yang cuek dan jutek, ia bersama-sama temannya memiliki wadah untuk saling bertukar informasi, berbanding terbalik keseruan pada saat dia bersama sama di geng bucin.
Keseruan apa yang ada di geng bucin?
mari kita bersama membaca keseruannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RADISYA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketika Buaya Ketemu Pawangnya
Sambil berjalan lesu kearah mobilnya diparkir, Tomi berpikir keras. Ia belum pernah jatuh cinta sedemikian rupa kepada seorang gadis.
Lebih-lebih semenjak kekasihnya dulu memilih lelaki lain dan langsung menikah serta meninggalkannya begitu saja.
Tomi enggan bergaul serius dengan para gadis kendati tidak kurang-kurang gadis lain yang ingin menggantikan tempat kekasihnya yang tidak setia itu.
Tetapi Tomi hanya memandang mereka bagaikan kupu-kupu indah terbang di hadapannya.
Dilihat cuma sesaat dan lalu membiarkannya tanpa pernah sekali pun singgah ke hatinya. Dan itulah sesungguhnya yang terjadi sewaktu matanya terpikat kemolekan dan daya tarik Asti pada pertama kalinya.
Tetapi ketika gadis itu bersikap sedemikian dingin, anggun dan mengambil jarak serta mampu tampil sebagaimana seharusnya seorang dosen kendati kemarahan jelas memancar dari kedua belah matanya, Tomi pun mulai merasa hatinya terenggut oleh Asti.
Dan semakin lama renggutan hati itu semakin kuat sampai ia sekarang harus menghadapi kenyataan itu secara sadar dan mengakui bahwa ia benar-benar telah jatuh cinta kepada gadis istimewa itu.
Celakanya, pada saat kesadaran itu begitu bulat karena tampil dalam pengakuan diri yang utuh, ia tahu bahwa di tempat lain seorang saingan yang teramat kuat juga sedang mencoba meraih hati Asti!.
Tomi menarik nafas panjang Hufff…… Di sepanjang hidupnya, ia selalu memperoleh apa yang diinginkannya kecuali dalam hal urusan percintaan.
Kini usianya sudah tiga puluh dua tahun. Cukup umur untuk mulai memikirkan kehidupan berumah-tangga sebelum kesempatan itu terlambat mengingat umurnya sudah cukup banyak.
Sekarang satu-satunya gadis yang begitu didambakannya, bukan saja telah menempatkannya sebagai seorang anak nakal tetapi juga berada di titik sasaran bidikan seorang lelaki sempurna dan seorang dosen yaitu Pak Eko.
Sambil membanting pintu mobilnya dan menyalakan mesinnya, Tomi membiarkan daya juang dalam diri bergolak.
Banyak hal telah dicapainya dalam kehidupan ini, banyak hal telah diperolehnya dari kehidupan ini.
Maka ia bertekat bahwa sebelum Asti nyata-nyata terjatuh kedalam pelukan Pak Eko, ia ingin merebut perhatian gadis itu tanpa melalui cara seperti sebelumnya.
Ia tidak akan menyudutkannya lagi tetapi dengan cara yang lebih ksatria. Tidak perduli gadis itu adalah dosennya!.
Tiba-tiba daya juang yang menyala-nyala dalam seluruh urat darahnya itu menggelegak dengan kuatnya. Di tepi jalan, ia melihat Asti berada di antara orang-orang yang sedang menunggu kendaraan umum lewat di muka mereka. Itu artinya, gadis itu tidak di jemput oleh ayahnya sebagaimana yang dikatakannya kepada Pak Eko tadi.
Dan itu artinya pula, dosen cantik itu sengaja berbohong untuk menolak tawaran rekannya yang ganteng dan yang tadi telah menyediakan diri untuk mengantarkannya pulang.
Seluruh tubuh Tomi pun penuh dengan kegembiraan. Daya juang yang menggelegak dalam tubuhnya itu menggerakkan tangnnya dengan tujuan mendekati tempat Asti berdiri!.
“Bu Asti, mari saya antar pulang!” Kata Tomi. Mobilnya yang sudah berada di muka Asti. Dan dengan lincahnya ia meloncat turun untuk membukakan pintu sebelah kiri mobilnya.
“Kita searah!” kata Tomi lagi.
Asti kaget, tidak menyangka akan melihat Tomi. Dikiranya lelaki itu masih ada di kampus. Dan karena kaget, ia tak dapat segera menolak ajakan Tomi.
Melihat itu, Tomi segera maju mendekatinya.
“Mari Bu, saya antar pulang!” katanya sambil membungkuk hormat. Ada beberapa mahasiswa yang berada di sekitar tempat itu. Ia merasa harus menjaga citra Asti sebagai seorang dosen.
“Kebetulah saya mempunyai urusan di sekitar tempat tinggal Ibu!” tegas Tomi lagi.
Asti ingin sekali menolak ajakan itu dengan sikap dingin dan air muka keras.
Tetapi seperti Tomi tadi, ia juga mengetahui ada beberapa mahasiswa yang berada di sekitar tempat itu. Karenanya ia berusaha bersikap ramah sebagaimana semestinya seorang dosen yang ditawari jasa oleh mahasiswanya.
“Terimakasih” sahutnya. “Tetapi saya tidak ingin merepotkan Saudara. Lihat, itu bis yang saya tumpangi sudah berjalan kearah sini!”
Tomi menoleh. Bis besar yang sarat penumpang itu laju kecepatannya mulai berkurang ketika mendekati kerumunan orang. Tetapi kondekturnya tetap saja berteriak-teriak.
“Masih kosong…. kosong…”
“Lihat Bu Asti, bisnya penuh. Ibu pasti akan berdiri sepanjang perjalanan menuju ke rumah.
Apa tidak lelah? Mana pengap dan mungkin ada tangan-tangan jahil!” katnya kemudian.
“Marilah Bu, biarkan saya mengantar Ibu sampai depan rumah dengan aman dan cepat!”
“Saya akan naik bis itu saja, Saudara Tomi” kata Asti sambil menatap bis yang semakin mendekati tempatnya berdiri itu.
“Ayolah Bu. Biarkan saya mengantar Ibu pulang!” tegas Tomi lagi.
“Terimakasih saya mau naik….”Suara Asti terhenti oleh suara klakson memekakkan telinga dari arah bis yang merasa terganggu oleh mobil Tomi di hadapannya itu.
“Aduh Bu, jangan bersitegang di sini!” kata Tomi buru-buru. “Pertama, bis itu sudah tidak sabar menunggu kita. Kedua, kita menjadi perhatian orang loh Bu. Kenapa sih Ibu harus merasa sungkan diantar pulang oleh mahasiswa Ibu sendiri.
Apakah itu terlarang?”
Asti ingin membantah kata-kata Tomi tetapi tidak jadi. Sebab bis besar itu mulai menyalak lagi. Merasa terdesak oleh situasi, Asti terpaksa masuk ke dalam mobil Tomi.
Melihat itu, si pemilik segera menutup pintunya dengan hati penuh suka-cita, untuk kemudian kembali duduk di belakang kemudi dan melarikannya ke jalan raya menembus lalu lintas siang hari yang ramai itu.
Begitu Asti merasa dirinya telah terlepas dari pengelihatan orang lain, kemarahannya kepada Tomi pun dilepasnya tanpa dihalanginya lagi.
*
*
“Saudara Tomi!” semburnya melampiaskan hawa amarah yang ditimbulkan oleh situasi tadi dimana ia nyaris tidak mempunyai pilihan lain untuk menolak tawaran Tomi masuk ke mobilnya ini.
“Ya Bu Asti?” Tomi menjawab kalem.
Tetapi Tomi tau betul bahwa Asti sedang marah besar kepadanya.
“Mengapa Saudara selalu menempatkan saya pada posisi terdesak?” Asti menyembur lagi. “Bukankah Saudara tahu betul bahwa saya tidak suka ikut mobil Saudara!”
“Saya tahu, Bu Asti. Tetapi saya merasa kasihan kepada Ibu. Matahari begitu panas terik di luar. Dan Ibu masih harus berdiri desak-desakkan dengan penumpang lain untuk suatu tujuan yang tidak dekat.
Belum lagi sebentar-sebentar bis itu berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Berapa lama Ibu sampai ke rumah, bukan?”
“Itu bukan sesuatu yang patut dikasihani. Sebab bukan hanya saya saja yang mengalami hal semacam itu.
Temannya banyak!” dengus Asti. “Dan itulah yang disebut salah satu dari perjuangan hidup.
"Saudara harus mengerti bahwa kehidupan lebih banyak lubang-lubangnya daripada mulusnya seperti jalan tol yang Saudara jalani selama ini.
Dengan merasakan pahit-getirnya kehidupan, seseorang akan menjadi matang. Kalau seseorang hanya tahu jalan tol saja, ia tidak akan merasakan manisnya berhasil sampai ke seberang dengan selamat!”
Tomi melirik Asti sesaat lamanya. Biasanya ia merasa geli dinasehati oleh seseorang yang lebih muda dan berlagak seperti orang tua hanya karena kebetulan ia berada pada posisi sebagai seorang dosen yang sedang berhadapan dengan mahasiswanya yang bandel.
Tetapi sekarang dalam keadaan gelisah setiap teringat saingannya yang tampan dan telah mapan hidupnya itu, apa yang dikatakan oleh Asti baru saja itu, mengenai hatinya. Tomi terdiam bakan buaya yang tunduk pada pawangnya.
sangat keren