NovelToon NovelToon
Cinta Ugal Ugalan Mas Kades

Cinta Ugal Ugalan Mas Kades

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dokter Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Arunika Nrityabhumi adalah gadis cantik berusia dua puluh tujuh tahun. Ia berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit besar yang ada di kotanya.
Gadis cantik itu sedang di paksa menikah oleh papanya melalu perjodohan yang di buat oleh sang papa. Akhirnya, ia pun memilih untuk melakukan tugas pengabdian di sebuah desa terpencil untuk menghindari perjodohan itu.
Abimanyu Rakasiwi adalah seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun yang digadang - gadang menjadi penerus kepala desa yang masih menganut sistem trah atau keturunan. Ia sendiri adalah pria yang cerdas, santun dan ramah. Abi, sempat bekerja di kota sebelum diminta pulang oleh keluarganya guna meneruskan jabatan bapaknya sebagai Kepala Desa.
Bagaimana interaksi antara Abi dan Runi?
Akankah keduanya menjalin hubungan spesial?
Bisakah Runi menghindari perjodohan dan mampukah Abi mengemban tugas turun temurun yang di wariskan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Gawat Darurat

Tokk... Took...

Tok... Tookk...

"Assalamualaikum, bu dokter. Bu dokter tolong bu dokter." Suara seseorang dari luar terdengar.

Malam itu, Runi yang hendak memejamkan mata, langsung terbangun. Runi segera memakai hoodie dan bergo sebelum membukakan pintu rumah.

"Waalaikumsalam. Ada apa, pak?" tanya Runi.

"Maaf mengganggu malam - malam. Saya mau minta tolong bu dokter. Tolong ibu saya." Pinta pria itu.

"Kenapa ibunya?" tanya Runi.

"Tadi kepleset di sumur, Sekarang masih pingsan, hidung dan telinganya mengeluarkan darah." jelas si pria.

"Iya, sebentar ya. Saya ambil tas dan pamit ke pak Kades dulu." Ujar Runi terburu - buru.

Ia segera masuk dan mengambil tas yang berisi perlengkapan juga ponselnya, kemudian mengunci pintu dan berlari ke rumah pak Kades.

Tookk...

Tokk...

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam." Jawab Bu Lastri sembari membukakan pintu rumah.

"Ibu, saya mau ke rumah warga. Ada yang butuh pertolongan." Ujar Runi.

"Siapa, nduk?." Tanya bu Lastri.

"Saya, bu Kades. Ibu saya kepleset dan pingsan. Sampe sekarang belum sadar." ujar si pria.

"Owalah, kamu Yasir kan? Anak bu Parmi?" tanya bu Lastri.

"Iya, benar, bu Kades." jawab pria bernama Yasir itu.

"Kamu duluan saja, Sir. Nanti dokter Runi menyusul bersama Bapak, Abi atau Agil." Jawab bu Lastri.

"Iya, terima kasih banyak, bu. Maaf mengganggu." kata Yasir sebelum berlalu dengan terburu - buru.

"Masuk, nduk. Ibu panggil Mas atau Agil dulu." kata bu Lastri sembari merangkul Runi.

"Iya, bu." jawab Runi yang mengekor pada bu Lastri.

"Mas, Mas Abi..."

"Dalem, bu. Wonten nopo? (Ada apa?)" Tanya Abi yang keluar dari kamarnya.

"Kesel opo ora? Terno genduk moro neng omah bu Parmi. (Capek atau tidak? Antarkan genduk datang ke rumah bu Parmi.)" Kata bu Lastri.

"Njih, bu. Kulo salin sekedap. (Aku ganti pakaian sebentar)" jawab Abi yang bergegas berganti pakaian.

"Mas Abi pasti gak capek lah bu, kalau nganter calon bojonya!" goda Agil yang tadi juga ikut keluar kamar.

"Gak usah mulai, le. Nanti kamu di kethak (jitak) mamasmu, kapok!" jawab bu Lastri.

"Lah, ibu gak percaya. Mas Abi dan mbak Runi lho sudah pacaran." kata Agil.

"Tenane, le? Jare sopo kowe? (Beneran, nak? Kata siapa kamu?)" Tanya bu Lastri yang tampak penasaran.

"Ica to seng cerito. Wong pas dadine neng Balai Kesehatan enek Ica mbarang. (Ica to yang cerita. Orang waktu jadian di Balai Kesehatan ada Ica juga.)" Cerita Agil.

"Ngomongke opo to? Kok seru men? (Ngomongin apa sih? Kok seru banget?)" Tanya pak Karto yang tiba - tiba muncul.

"Ghibah, wes, Ghibah! Agil karo Ica emang biang gosip! Aku pamit nganter Runi dulu pak, bu." ujar Abi yang baru keluar dari kamarnya.

"Iyo, sudah sana cepetan. Genduk nunggu dari tadi." kata bu Lastri mendorong Abi segera pergi, sementara mereka bertiga melanjutkan perghibahan yang tadi sudah di mulai.

***

"Ayo, dek." Ajak Abi yang keluar dari garasi dengan motornya.

"Iya, Mas." jawab Runi yang langsung duduk diboncengan.

"Gak ada yang ketinggalan?" tanya Abi memastikan.

"Gak ada, Sayang." jawab Runi dengan berbisik.

"Kamu, bisa - bisanya godain Mas!" kekeh Abi sembari meraup wajah Runi.

"Pegangan sini yang kenceng. Wedi calon bojoku di gondol memedi! (Takut calon istriku di culik hantu!)" Gurau Abi.

"Ish apaan sih, Mas! Malem lho ini. Kalo ketemu beneran gimana? Ayo udah cepetan!" Ujar Runi sembari mencubit pinggang Abi.

Mendengar jawaban Runi, Abi langsung mengemudikan motornya ke tempat tujuan. Tak butuh waktu lama, mereka berdua sudah sampai di depan rumah bu Parmi.

Runi langsung di persilahkan masuk ke dalam kamar bu Parmi di temani menantu dan suami bu Parmi. Sementara Abi, menunggu di ruang tamu bersama Yasir.

Runi mengamati kondisi bu Parmi dengan seksama. Tampak perubahan fisik di wajah bu Parmi. Separuh tubuh bagian kanannya lemah dan mati Rasa.

"Bu Parmi sudah pernah mengalami kondisi seperti ini sebelumnya?" tanya Runi.

"Gak pernah, bu dokter. Ini pertama kalinya." jawab suami bu Parmi.

"Punya riwayat penyakit?" tanya Runi.

"Gak tau, bu. Ibu saya gak pernah periksa ke balai kesehatan. Paling kalau sakit ya hanya masuk angin." jawab menantu bu Parmi.

"Kita harus bawa pasien ke rumah sakit segera." putus Runi saat itu.

"Loh, kenapa, bu? Gak bisa di rawat di rumah aja?" tanya suami bu Parmi.

"Diagnosa saya, bu Parmi ini terkena stroke. Beliau harus di tangani dengan benar agar bisa pulih. Masih ada harapan untuk beliau pulih seperti sedia kala kalau penanganannya tepat." jelas Runi.

"Tapi, rumah sakit jauh, bu Dokter. Saya gak punya kendaraan. Lagi pula kami gak punya biaya. Biar di rawat di rumah saja. Tolong kasih obat saja ya, bu dokter." Kata suami bu Parmi yang menolak.

"Saya minta tolong pak Sekdes buat antarkan. Nanti saya bantu urus supaya bu Parmi bisa di rawat gratis. Mau ya, pak? Kasihan ibunya." bujuk Runi. Ia tak tega melihat keadaan bu Parmi yang sangat lemah.

"Gimana ya, bu dokter. Saya takut merepotkan bu dokter dan pak Sekdes." jawab suami bu Parmi mencoba mencari celah.

"Saya gak merasa di repotkan, kok. Pak Sekdes juga pasti gitu. Tunnggu sebentar, saya akan bicara sama pak Sekdes." ujar Runi sembari keluar dari kamar bu Parmi.

"Sudah?" tanya Abi ketika melihat Runi keluar dari kamar.

"Belum. Diagnosa saya, bu Parmi terkena stroke. Kondisinya cukup lemah, kita harus bawa ke rumah sakit. Si bapak tadi sempat menolak, tapi sudah saya bujuk." ujar Runi.

"Gimana, Mas Yasir?" tanya Abi. Ia harus meminta pendapat dari anaknya juga.

"Bagaimana yang terbaik aja menurut bu dokter, pak Sekdes." jawab Yasir pasrah.

"Yasudah, Mas ambil mobil dulu. Kamu tunggu di sini sambil membantu persiapkan apa yang harus di bawa. Keperluanmu, ada yang mau di ambil di rumah, dek?" tanya Abi.

"Gak ada, Mas." jawab Runi.

"Yasudah kalau gitu." Ujar Abi.

Ia bergegas pulang ke rumahnya untuk mengambil mobil yang akan membawa bu Parmi ke rumah sakit.

Tak sampai lima belas menit, Abi sudah kembali dengan mobilnya. Ia membuka pintu belakang yang akan di gunakan untuk membawa bu Parmi.

Yasir dan suami bu Parmi, menggotong bu Parmi ke dalam mobil. Suami bu Parmi langsung memposisikan diri untuk memangku kepala bu Parmi, sementara Yasir memilih duduk di bawah, dekat kaki bu Parmi.

Setelah semua selesai, Abi dan Runi segera masuk ke dalam mobil. Perlahan, mobil mulai meninggalkan halaman rumah bu Parmi yang kini hanya di tunggu oleh Istri dan anak Yasir yang masih kecil.

Perjalanan malam hari keluar desa tampak begitu menyeramkan. Penerangan yang minim, membuat suasana semakin terasa horornya.

Runi, sesekali menengok ke kursi belakang untuk memastikan kondisi bu Parmi di bantu cahaya senter ponselnya.

Ckiiiittttt......

Abi tiba - tiba mengerem mendadak, membuat semua orang beristighfar bersamaan.

"Astaghfirullah, Mas Abi, kenapa?" tanya Runi.

"Sssttt..., lihat itu." Ujar Abi sembari menunjuk ke arah jalan.

"Astaghfirullah! Harimau?." Kaget Runi hingga mulutnya menganga. Ini adalah kali pertama ia melihat Harimau yang begitu besar di alam liar.

"Iih kok malah gegoleran di sana, sih! Gak tau apa kalo lagi darurat!" Kata Runi cemas.

Tak hanya Runi, semua orang di dalam mobilpun cemas. Abi sendiri hanya terdiam dan berfikir dengan raut wajah yang sangat serius.

1
Syakira
saya suka dengan cerita nya
Kiran Kiran
Gemesin!
Giselle Bustamante
Siapin tisu buat nangis 😭
Gadislpg: Gak bikin banyak air mata kok, kak ✌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!