Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3
Beberapa menit kemudian Laura sampai dengan menggunakan taksi, mobilnya sudah disita jadi Laura tidak bisa menggunakan mobil pribadi lagi, bisa saja dia membeli mobil dari hasil dibutik namun seluruh gaji dan pendapatan Laura sudah masuk kedalam rekening keluarganya.
Laura hanya mendapat uang dari bonus yang diberikan klien dan untungnya para klien puas sehingga memberikan bonus yang cukup untuk makan sehari-hari Laura.
"Nona kenapa butik hancur seperti ini? Apa sesuatu terjadi tadi malam?" Tanya Karin..
"Tadi malam seseorang datang dan melempar batu dari luar, beritahu karyawan untuk libur hari ini sementara butik direnovasi," ucap Laura.
"Baiklah aku akan memberitahu mereka."
Karin berlalu memberikan informasi pada karyawan lain sedangkan Laura mempersilahkan petugas renovasi untuk memperbaiki kaca yang pecah.
"Haah apa motif pria itu mengambil sebuah kertas, apa mereka tidak ada kerjaan lain, pekerjaan ku tergganggu akibat ulah mereka," gumam Laura sembari menyandarkan kepala di kursi luar.
"Nona muda Laura?"
"Iya benar," jawab Laura sembari menegakkan kepala.
"Bisa ikut kami sebentar? Ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda nona,"
"Denganku?" Tanya Laura sembari mengerutkan kening.
"Benar,"
"Baiklah sebentar ya,"
Laura masuk kedalam dan menyerahkan butik untuk sementara pada Karin.
"Ayo,"
"Silahkan nona," para pengawal membukakan pintu untuk Laura.
"Maaf sebelumnya, apa kalian akan membawaku ke rumah?" Tanya Laura karena dia mengira pengawal ini merupakan kiriman dari papanya.
"Kami akan membawa anda menuju kantor nona,"
"Ah ya baiklah," Laura duduk santai di kursi penumpang hingga mobil tersebut berhenti disalah satu gedung.
"Mm maaf tapi ini bukan kantor papaku," ucap Laura.
"Memang bukan nona, kami hanya ditugaskan membawa anda untuk bertemu dengan seseorang," saut Rain yang menyambut Laura diluar.
Pria itu membukakan pintu dan deskripsi yang ia baca kemarin tidak ada yang salah satu katapun karena gadis ini terlihat sangat sempurna.
"Maaf apa kau yang ingin bertemu denganku?" Tanya Laura dengan sopan.
"Bukan nona ada seseorang yang sedang menunggu anda didalam, silahkan."
"Baiklah terimakasih."
Rain saja cukup kagum melihat kesopanan seorang Laura, mungkin karena dia berasal dari keluarga yang tidak biasa jadi tutur kata dan bahasanya tertata rapi.
"Ruangannya disini nona, aku mengantar hanya sampai disini," ucap Rain.
"Baiklah terimakasih."
Ceklek!
Laura mengurungkan langkahnya ketika melihat seorang pria dan wanita sedang memadu kasih, Tania berada di atas pangkuan Alva yang sedang menikmati leher jenjangnya.
"Maaf tuan," Laura berniat menutup pintu kembali namun Tania berdiri terlebih dahulu.
"Apa dia orangnya sayang?" Tanya Tania.
Alva menatap Laura dari ujung kaki hingga ujung terakhir rambutnya.
"Mungkin,"
"Baiklah kau bicara dengannya dan kita lanjutkan nanti malam," ciuman terakhir diberikan oleh Tania lalu pergi setelah menatap Laura dari ujung hingga ujung.
"Masuklah."
"Baik tuan," Laura menutup pintu setelah masuk kedalam.
Gadis itu duduk tepat di kursi depan yang menghadap langsung kearah Alva.
"Anda ingin membuat kejutan untuk calon istri anda tuan? Wanita itu sangat beruntung," ucap Laura sembari tersenyum tipis mengeluarkan polpen serta buku catatan untuk menulis pesanan gaun pengantin.
"Aku tidak memesan gaun pengantin, aku hanya ingin membuat kesepakatan denganmu," kata Alva mulai serius.
"Kesepakatan?" Laura kembali meletakkan polpen serta buku catatan nya di atas meja.
"Aku ingin kau mengandung anakku."
"Apa?" Laura merasa telinganya kurang berfungsi dengan baik.
"Aku ingin kau mengandung anakku Pretty Laura Angeline," ucap Alva mempertegas kalimatnya.
"Tidak mungkin tuan tugas saya hanya merancang bukan mengandung anak," ucap Laura masih dengan senyum khasnya.
"Aku tidak sedang bercanda Laura,"
"Apa kalian sedang bertengkar? Bicaralah baik baik agar wanita itu tidak kecewa," ujar Laura.
"Dia Tania kekasihku, kami akan menikah sebentar lagi namun Tania tidak ingin memiliki anak karena takut tubuhnya rusak gara gara mengandung."
"Lalu apa hubungannya dengan saya tuan, saya hanya seorang desainer."
"Aku akan membayar berapapun yang kau inginkan."
Laura menggelengkan kepala dengan pelan sembari memasukkan polpen dan buku catatannya kedalam tas.
"Maaf tuan saya tidak bisa melakukan itu," ucap Laura lalu menundukkan kepala dan keluar dari ruangan Alva.