NovelToon NovelToon
The Last Encore: Star Blood Universe

The Last Encore: Star Blood Universe

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Teen / Fantasi / Romansa Fantasi
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."

Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.

Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.

Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3: Red Neon Masquerade

Lampu neon berwarna merah dan biru dari papan reklame digital di luar gedung stadion memantul di kaca jendela koridor, menciptakan pola cahaya yang tumpang tindih seperti topeng yang menari-nari di wajah Wonyoung. Ia berdiri mematung selama beberapa detik setelah Sunghoon menghilang di balik tikungan lorong. Aroma salju yang ditinggalkan pria itu masih tertinggal di udara, kontras dengan bau mesiu dan debu monster yang baru saja mereka basmi.

Wonyoung segera teringat peringatan terakhir Sunghoon. Ia meraba bagian belakang gaun peraknya. Benar saja, kain sutra mahal itu terkoyak sekitar sepuluh sentimeter, memperlihatkan kulit punggungnya yang seputih porselen.

"Sial," umpatnya pelan. Bagi seorang idola kelas atas, robekan pada gaun saat acara penghargaan adalah bencana nasional yang akan dibahas di forum komunitas selama berminggu-minggu. Namun bagi seorang Hunter, itu adalah bukti bahwa maut baru saja lewat dalam jarak beberapa inci.

Wonyoung memejamkan mata, berkonsentrasi pada sisa energi bintang yang masih tersisa di nadinya. Ia menjentikkan jarinya, dan sebuah ilusi cahaya tipis menutupi robekan itu, membuatnya terlihat utuh di mata manusia biasa. Itu adalah teknik Glitch Mask, kemampuan untuk memanipulasi persepsi cahaya orang lain. Ia hanya punya waktu sekitar tiga puluh menit sebelum energinya benar-benar habis dan ilusi itu runtuh.

Ia berjalan cepat kembali menuju ruang tunggu IVE. Di sepanjang jalan, ia harus memasang kembali topengnya—senyum manis yang sempurna, tatapan mata yang ramah namun berjarak, dan keanggunan yang seolah tanpa cela. Itulah Masquerade yang sebenarnya di tahun 2025. Bukan topeng pesta dansa era Joseon, melainkan citra digital yang harus dijaga setiap detik di depan ribuan lensa kamera.

"Wonyoung-ah! Dari mana saja kau?" Yujin, sang leader IVE, langsung menghampirinya begitu ia masuk ke ruangan. Wajah Yujin tampak cemas. "Manager mencari-cari ke mana-mana. Katanya kau tiba-tiba menghilang setelah turun panggung."

Wonyoung memaksakan tawa kecil yang terdengar sangat alami. "Aku hanya butuh udara segar di balkon belakang, Unnie. Stadion ini terasa sangat pengap karena terlalu banyak orang."

Yujin menatap Wonyoung dengan tajam. Sebagai sesama anggota klan Star Enchanter yang telah diberi darah pelindung oleh Wonyoung, Yujin memiliki insting yang lebih peka daripada manusia biasa. Ia mendekat dan berbisik tepat di telinga Wonyoung.

"Kau bau es... dan bau The Void. Kau bertarung lagi?"

Wonyoung hanya memberikan anggukan kecil yang hampir tidak terlihat. "Ada retakan di basement. Tapi semuanya sudah terkendali. Sunghoon ada di sana."

Mata Yujin membelalak. "Sunghoon? Maksudmu Sunghoon ENHYPEN? Dia... dia salah satu dari kita?"

"Entahlah. Dia menyebut dirinya Shadow Vanguard. Tapi yang pasti, dia bukan manusia biasa," jawab Wonyoung sambil duduk di kursi rias, membiarkan penata rambutnya merapikan beberapa helai rambut yang berantakan.

Di sisi lain stadion, di ruang tunggu ENHYPEN, suasananya jauh lebih dingin—secara harfiah. Sunghoon duduk di sudut ruangan dengan jaket hitam yang menutupi luka sayatan kecil di bahunya. Anggota ENHYPEN lainnya sibuk mengobrol, namun Jungwon, sang pemimpin, menyadari aura dingin yang tidak biasa dari arah Sunghoon.

Jungwon menghampiri Sunghoon dan menyodorkan sebotol minuman energi berwarna merah pekat minuman yang telah dicampur dengan Essence of Void murni. "Kau terlalu banyak menggunakan kekuatanmu hari ini, Hyung. Waktu membeku lima detik itu sangat mahal harganya."

Sunghoon menerima botol itu dan meminumnya dalam sekali teguk. "Aku tidak punya pilihan. Gadis IVE itu hampir membuat kita semua tertangkap kamera."

"Wonyoung-ssi?" Jungwon mengangkat alisnya. "Jadi benar rumor yang beredar di klan kita. IVE memang berisi para penyihir cahaya. Apa dia sekuat yang diceritakan di piringan hitam?"

Sunghoon teringat bagaimana panah cahaya Wonyoung menerangi seluruh ruang bawah tanah yang gelap tadi. Cahaya yang begitu murni hingga hampir membakar matanya yang terbiasa dengan kegelapan. "Dia kuat. Tapi dia ceroboh. Dia terlalu peduli pada manusia di sekitarnya hingga melupakan keselamatannya sendiri."

"Bukankah itu alasan kenapa klan cahaya selalu menjadi pasangan klan bayangan sejak dulu?" goda Jungwon.

Sunghoon menatap Jungwon dengan tatapan membekukan. "Jangan bicara omong kosong. Masa itu sudah lewat. Sekarang, kita hanya idola yang kebetulan memegang senjata."

Acara puncak Global Disc Awards dimulai. Semua idola diminta naik ke panggung besar untuk pengumuman Grand Prize (Daesang). Ini adalah momen yang paling ditakuti sekaligus dinanti. Ribuan lampu flash kamera dari jurnalis dan penggemar menyambar dari segala arah, menciptakan efek Strobe yang menyakitkan bagi mata vampir.

Wonyoung berdiri di barisan depan bersama grupnya. Di barisan belakangnya, tepat di posisi diagonal, berdiri ENHYPEN. Wonyoung bisa merasakan kehadiran Sunghoon tanpa harus menoleh. Aroma salju itu seolah menjadi kompas bagi indranya.

"Pemenang Daesang tahun ini adalah... IVE dan ENHYPEN!"

Suara pembawa acara disambut oleh ledakan kembang api panggung yang sangat keras. Wonyoung tersenyum lebar, menyapa penggemar dengan lambaian tangan yang elegan. Namun, tepat saat asap kembang api memenuhi udara, ia melihat sesuatu yang mengerikan di layar LED raksasa di belakang mereka.

Layar itu tidak lagi menampilkan video profil mereka. Layar itu bergetar, berganti menjadi warna ungu gelap yang pekat. Sebuah pesan muncul di layar, tertulis dalam aksara kuno yang hanya bisa dibaca oleh para Hunter :

"THE GENESIS VINYL IS BREATHING. THE ENDING FAIRY WILL BE YOUR LAST."

Jantung Wonyoung mencelos. Ia melirik ke arah Sunghoon. Pria itu juga sedang menatap layar dengan wajah tegang. Ternyata The Void tidak hanya menyerang secara fisik, tapi mereka mulai meretas teknologi manusia untuk memberikan teror mental.

Tiba-tiba, lampu stadion berkedip-kedip tak beraturan. Kekuatan ilusi Glitch Mask di punggung Wonyoung mulai melemah karena ia terlalu banyak menggunakan energi untuk menahan rasa sakit di kepalanya akibat pesan rahasia itu.

"Ah," desis Wonyoung pelan. Ia merasa kain ilusi di punggungnya mulai retak.

Dalam hitungan detik, ilusi itu akan hilang, dan robekan besar di gaunnya akan terlihat oleh jutaan penonton di seluruh dunia yang sedang menonton siaran langsung. Di tahun 2025, hal sekecil itu sudah cukup untuk menghancurkan reputasi "sempurna" yang ia bangun.

Namun, sebelum itu terjadi, sebuah jas hitam panjang tiba-tiba tersampir di pundaknya.

Wonyoung menoleh dengan terkejut. Sunghoon berdiri di belakangnya, sedang menyesuaikan letak jas itu agar menutupi seluruh punggung Wonyoung. Sunghoon melakukan itu dengan gerakan yang sangat natural, seolah ia hanya seorang idola pria yang bersikap sopan kepada rekan wanitanya karena cuaca yang "dingin".

"Apa yang kau lakukan?" bisik Wonyoung di tengah kebisingan musik kemenangan.

"Menyelamatkan mukamu, Tuan Putri," jawab Sunghoon tanpa menatapnya. Ia tetap menatap ke arah kamera dengan wajah datar yang profesional. "Ilusimu runtuh. Jika kau tidak ingin besok pagi menjadi pembicaraan karena gaun robek atau sesuatu yang lebih buruk, pakailah jas itu."

Wonyoung terdiam. Ia bisa merasakan kehangatan yang tersisa di jas itu, bercampur dengan aroma parfum woody dan salju yang menjadi ciri khas Sunghoon. Ia segera merapatkan jas itu di tubuhnya, menutupi kecacatan gaunnya.

Di bawah lampu panggung yang menyilaukan, kamera menangkap momen tersebut. Para penggemar di stadion berteriak histeris melihat interaksi "manis" antara visual utama IVE dan ENHYPEN. Dalam beberapa menit, tagar #SunghoonWonyoung dan #SunghoonGentleman mulai meledak di Twitter (X).

Mereka tidak tahu bahwa jas itu bukan sekadar tanda kesopanan, melainkan pelindung untuk menyembunyikan sisa pertempuran berdarah di bawah tanah.

Tengah malam, sesuai kesepakatan, Wonyoung menyelinap keluar dari asramanya. Ia mengenakan tudung hitam dan masker, bergerak lincah di atas atap-atap gedung Seoul seperti bayangan yang melintasi rembulan. Ia menuju gedung agensi besar di pusat kota wilayah netral yang mereka sepakati.

Di atas atap gedung yang berlantai tiga puluh itu, Sunghoon sudah menunggu. Ia berdiri di tepi gedung, menatap hamparan lampu kota Seoul yang tak pernah padam.

"Kau terlambat tiga menit," ucap Sunghoon tanpa menoleh.

"Aku harus melewati tiga gerombolan Sasaeng (fans fanatik) yang berkemah di depan asramaku," jawab Wonyoung sambil melepas maskernya. Ia mengeluarkan pecahan Genesis Vinyl yang ia dapatkan tadi. "Benda ini... dia bergetar saat kau memakaikan jasmu tadi."

Sunghoon berbalik, mengeluarkan pecahannya sendiri. Kedua pecahan itu mulai bersinar secara sinkron, menciptakan melodi frekuensi rendah yang menenangkan sekaligus mengerikan.

"Vinyl ini adalah jantung dari dunia kita, Wonyoung. Dulu kita menggunakannya untuk menyegel gerbang. Sekarang, ia digunakan oleh seseorang untuk menarik kita ke dalam perang yang sama sekali baru," ucap Sunghoon serius.

"Maksudmu... ada orang lain yang memiliki pecahan lainnya?" tanya Wonyoung.

"Ada tiga belas pecahan secara total. Sama dengan jumlah anggota grup kita jika digabungkan," Sunghoon menatap mata Wonyoung dalam-dalam. "Ini bukan kebetulan. Agensi kita, kontrak kita, bahkan debut kita di tahun yang hampir bersamaan... seseorang telah merencanakan ini sejak lama."

Wonyoung merasakan bulu kuduknya meremang. "Siapa?"

"Aku tidak tahu. Tapi malam ini, di stadion tadi, aku merasakan energi yang sangat kuat dari arah kursi eksekutif. Bukan energi monster, tapi energi Hunter yang telah membusuk."

Tiba-tiba, dari arah kegelapan pintu atap, terdengar suara tepuk tangan pelan.

"Luar biasa. Aku tidak menyangka klan Star dan klan Shadow bisa bertemu secepat ini tanpa bantuan dariku."

Wonyoung dan Sunghoon serentak mengeluarkan senjata mereka, busur cahaya dan pedang es mengarahkan mereka ke arah sosok yang baru muncul.

Seorang pria paruh baya dengan setelan jas rapi keluar dari bayangan. Ia tersenyum ramah, namun matanya tidak menunjukkan emosi apa pun. Wonyoung mengenalnya. Dia adalah salah satu produser musik paling berpengaruh di Korea, pria yang menciptakan lagu-lagu hits yang mereka nyanyikan.

"Kau..." desis Wonyoung. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku hanya ingin memastikan bahwa aset berhargaku tetap aman," ucap sang produser. Ia melirik piringan hitam di tangan mereka. "Kalian menyebutnya The Genesis Vinyl. Aku menyebutnya The Chart-Topper. Karena dengan frekuensi di dalamnya, aku bisa mengendalikan emosi seluruh dunia melalui musik kalian."

Sunghoon menerjang maju dengan pedang esnya, namun pria itu menghilang seperti kabut asap dan muncul kembali di sisi lain atap.

"Jangan terburu-buru, Sunghoon-ssi. Kita masih punya 197 bab lagi untuk saling membenci," ucap pria itu dengan nada mengejek. "Untuk sekarang, fokuslah pada misi kalian. Monster yang lebih besar akan muncul di konser kalian minggu depan. Jika kalian gagal, bukan hanya karier kalian yang hancur, tapi seluruh jiwa fans kalian akan menjadi milikku."

Pria itu menghilang sepenuhnya, menyisakan tawa yang bergema di udara malam.

Wonyoung dan Sunghoon berdiri terpaku. Musuh mereka bukan lagi monster tanpa otak, melainkan orang yang selama ini memegang kendali atas hidup mereka sebagai idola.

"Ini baru permulaan, bukan?" tanya Wonyoung, suaranya terdengar letih.

Sunghoon menyarungkan pedangnya, menatap Wonyoung dengan tatapan yang sedikit lebih lunak dari biasanya. "Pakailah jas itu untuk pulang. Udara malam ini akan menjadi sangat dingin."

Wonyoung menatap jas hitam yang masih tersampir di pundaknya. Ia baru menyadari bahwa di balik topeng neon yang mereka kenakan, ada beban yang jauh lebih berat dari keabadian itu sendiri. Mereka adalah idola, mereka adalah hunter, dan sekarang, mereka adalah bidak dalam permainan yang jauh lebih besar.

Malam itu, di bawah langit Seoul yang penuh kepalsuan, topeng mereka tidak lagi terasa asing. Mereka tahu, untuk bertahan hidup, mereka harus menjadi aktor yang lebih hebat dari siapa pun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!