Nabila Althafunisa tiba-tiba saja harus menikah dengan seorang pria bernama Dzaki Elrumi Adyatama, seorang pria yang usianya 10 tahun lebih muda darinya yang masih berstatus mahasiswa di usianya yang sudah menginjak 25 tahun. Dzaki tiba-tiba saja ada di kamar hotel yang Nabila tempati saat Nabila menghadiri pernikahan sahabatnya yang diadakan di hotel tersebut.
Anehnya, saat mereka akan dinikahkan, Dzaki sama sekali tidak keberatan, ia malah terlihat senang harus menikahi Nabila. Padahal wanita yang akan dinikahinya itu adalah seorang janda yang memiliki satu putra yang baru saja menjadi mahasiswa sama seperti dirinya.
Siapakah Dzaki sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Mendadak Nikah
Sontak Vira dan Melly berteriak. “HAH?” Sedangkan Nabila terlalu syok untuk bersuara.
"Gue dikasih tahu sama Tante Dini, ibunya Dzaki, kalau kemarin malam Dzaki kepergok lagi bareng sama Bila di kamarnya. Gue undur honeymoon gue gara-gara denger kabar ini,” terang Gina khawatir.
“APA!?” teriak Melly dan Vira dengan kompak seraya menatap Nabila.
Nabila segera menggeleng dan menatap wajah sahabat-sahabatnya satu persatu, seakan mengatakan, ‘bukan kayak gitu!’.
“Serius, Bil?” tanya Vira tak percaya, sahabatnya yang terkenal paling pendiam dan selalu anggun itu bersama dengan pria yang 10 tahun lebih muda darinya di sebuah kamar? Sungguh ia tak bisa mempercayainya sam sekali.
Gina kembali menatap Nabila dengan lekat dan khawatir. “Sekarang Om Anwar sama Tante Dini bakal minta lo sama Dzaki nikah, sekarang juga.”
"HAH?!" Melly dan Vira kembali ber-'hah' ria. Pagi itu kabar yang datang benar-benar di luar nalar.
“Nabila?” Tiba-tiba ibu dari Dzaki menghampiri meja mereka. Seketika keempat wanita itu melihat ke arah perempuan dengan wajah dingin itu. “Ikut saya."
Nabila kembali bertanya-tanya, apakah ia sedang bermimpi? Ada apa dengan hidupnya yang selama ini datar-datar saja?
Kemudian mereka berada di area privat restoran. Mereka yang ada di sini adalah Nabila beserta ketiga sahabatnya, juga keluarga besar Dzaki yang juga keluarga besar Gina. Mereka terus berdebat dengan keputusan konyol ini.
“Om pasti salah paham! Kalo Dzaki aku gak tahu, tapi Nabila gak mungkin berduaan aja sama cowok! Aku kenal banget sama Nabila dan dia gak mungkin ngelakuin itu!"
Entah berapa kali Gina mengatakan hal itu, namun Anwar, ayah dari Dzaki terus bersikeras keduanya harus segera dinikahkan, daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dzaki pun sejak perdebatan ini dimulai terdiam seribu bahasa. Seakan ia tak merasa keberatan sama sekali jika harus menikah dengan Nabila.
Nabila tak punya pilihan, saking ngotot dan nyolotnya Anwar, terpaksa ia menghubungi sang ibu dan juga adik dari almarhum sang ayah untuk menjadi wali nikah. Keputusan Anwar sudah sangat bulat dan tak bisa diubah. Ibu Nabila pun yang tak paham dengan duduk masalahnya menyerahkan semuanya kepada Anwar.
Nabila sendiri tak tahu apa yang mendasari Anwar begitu 'keukeuh' untuk menikahkan dirinya dengan putranya itu. Namun karena pada dasarnya Nabila memang bukan orang yang bisa berdebat dan cenderung pasrah dengan keadaan, ia pun terpaksa mengikuti keinginan Anwar untuk menikah dengan Dzaki.
Beberapa saat kemudian, adik dari almarhum ayah Nabila yang kebetulan memang sedang ada di Jakarta pun datang ke hotel itu. Singkat cerita, entah bagaimana semuanya terjadi. Dengan satu tarikan nafas, Dzaki mengucapkan ijabnya dan seketika Nabila resmi menikah dengan Dzaki meskipun masih secara siri.
Setelah pernikahan itu Nabila bersama Gina, Vira, dan Melly berkumpul di kamar hotel Nabila.
“Kok bisa semuanya jadi kayak gini, Bil?” tanya Gina masih tak percaya sahabatnya itu, kini sudah menikah dengan sepupunya yang jauh lebih muda darinya dan terkenal sering kali membangkang.
Nabila hanya bisa menggeleng lemas. Ia sendiri tak mengerti tiba-tiba semuanya terjadi tanpa disangka-sangka.
“Udah, Bil, sekarang lo harus terima dengan ikhlas pernikahan ini. Walaupun susah buat diterima, tapi ini yang terbaik. Siapa tahu, ada sesuatu yang baik yang memang Tuhan rencanain buat lo dengan cara kayak gini,” hibur Melly.
“Iya, Bil. Dan gue minta maaf banget, gue gak bisa ngapa-ngapain lagi buat bantu lo ngegagalin semua itu. Gue bener-bener jadi ngerasa bersalah gara-gara sepupu gue itu!” Gina masih begitu emosi.
“Tapi bener kata Melly, siapa tahu ini memang harus terjadi. Kita gak pernah tahu apa yang terjadi dalam hidup kita. Lo jalanin aja semuanya dengan baik. Pasti selalu ada hikmah dari semua peristiwa.” Vira pun ikut menghibur.
“Makasih ya kalian semua, aku emang syok, tapi aku akan berusaha buat nerima semua ini. Tapi aku minta sama kalian, tolong jangan biarin Hazel tahu dulu ya masalah ini. Dia pasti lebih syok dari aku kalau tahu,” pinta Nabila.
“Lo tenang aja, kita pasti rahasiain ini dari Hazel,” janji Melly dan diangguki oleh Gina dan Vira.
Nabila menghela nafasnya dalam-dalam. Ia tak bisa apa-apa lagi selain menerima semuanya. Nabila yakin pada kekuasaan-Nya. Jika ini takdir untuknya, maka Nabila akan mencoba menerimanya dengan hati yang lapang. Seperti dulu saat ia harus menikah dengan Almarhum Hadi. Meskipun mendadak dan saat itu Nabila masih sangat muda, namun akhirnya Nabila bisa mendapatkan keluarga kecil yang bahagia.
Nabila yakin pernikahannya kali ini juga akan ada hikmahnya yang akan ia ketahui nanti.
“Sekarang aku pengen tahu, Dzaki itu sebenernya orangnya kayak gimana, Gin?” tanya Nabila, setidaknya ia harus tahu mengenai laki-laki yang kini sudah berstatus sebagai suaminya itu.
“Iya, Gin, gue juga pengen tahu. Bisa-bisanya dia diem doang tadi pas kita semua sibuk debat. Semua ini kejadian, dia 'kan biang keroknya?!” Vira kembali emosi.
“Dulu dia anak baik, tapi karena sering ditinggal sama orang tuanya, dia jadi kurang perhatian dan salah gaul gitu deh.”
“Hah? Salah gaul?” tanya Melly syok mewakili Nabila.
“Gaulnya sama anak-anak badung. Waktu SMA sih gitu, tapi pas kuliah kalau gak salah dia udah agak tobat. Tapi yang gue denger dia udah tiga tahun gak nyelesain skripsinya. Tahun ini kalau dia gak beresin kuliahnya, dia pasti di DO. Gitulah, gue gak terlalu deket sama dia soalnya, Bil.”
“Hah? Serius lo, Gin? Ya ampun, temen gue yang paling baik, paling kalem, paling sholehah ini, ternyata udah nikahin cowok madesu kayak gitu?!” Vira tak terima.
“Madesu sih enggak. Banyak PR sih iya,” sahut Gina. “Lo tahu, di antara bisnis keluarga gue, yang paling maju itu bisnisnya Om Anwar. Jadi kalau masalah harta warisan sih gak usah khawatir. Cuma ya, harus tahan aja sama tingkah ajaibnya si Dzaki. Makanya Om Anwar sampai ngebet nikahin Dzaki sama, sorry ya Bil, janda yang 10 tahun lebih tua dari dia, gue pikir itu biar si Dzaki lebih mikir dan bisa lebih dewasa. Secara dia udah 25 tahun, tapi masih jadi mahasiswa abadi.”
Sontak Gina, Vira, dan Melly menatap Nabila dengan tatapan tak tega dan memeluknya.
"Maafin gue, Bil" Gina masih merasa bersalah karena tidak bisa menggagalkan pernikahan itu.
"Ya ampun sahabat gue," isak Melly. Pun Vira berkata, "kasih tahu gue kalau si Dzaki macem-macem sama lo. Bakal gue pites sampe gak berbentuk!"
Nabila hanya bisa pasrah, ia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupan yang akan ia lalui selanjutnya. Ia memiliki seorang putra yang baru saja menjadi mahasiswa, namun kini tiba-tiba ia juga menikahi seorang pria yang masih berstatus sebagai mahasiswa.